Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Dampak Penolakan Muslim Rohingya terhadap Aspek Politik, Sosial, dan Ekonomi Indonesia


Topswara.com -- Siapa yang mau hidup puluhan tahun sebagai pengungsi? Hijrah dari negara ke negara lain, terkatung-katung di lautan, bahkan ada yang sampai mati di lautan karena ingin mendapatkan perlindungan dan keamanan. Tentu tidak ada yang mau mengalami nasib seperti Muslim Rohingya. Oleh karena itu, sebagai seorang Muslim dan negeri Muslim seharusnya menolong Rohingya, bukan malah mengusir mereka atau mengembalikan mereka ke rezim zalim Myanmar. 

Membiarkan kaum Muslim Rohingya hidup di lautan dan menolak kedatangan mereka ke Indonesia sama saja menimpakan kezaliman lagi terhadap mereka. Mereka ingin bebas dari kezaliman, justru saudaranya sesama Muslim menimpakan kezaliman lagi terhadap mereka. 

Tiba-tiba jiwa nasionalisme dan xenophobia bangkit demi mengusir warga yang tidak sebangsa dengannya. Walaupun mereka berbeda suku atau bangsa dengan Rohingya, tetapi sebenarnya umat Islam di Indonesia memiliki akidah yang sama dengan Muslim Rohingya, maka tidak pantas umat Islam menolak mereka. Sebuah kewajiban menolong saudara sesama Muslim dari kejahatan dan kezaliman rezim Myanmar.

Sebagaimana yang ada di surah Al-Maidah ayat 2. Perintah untuk tolong menolong dalam hal kebaikan difirmankan oleh Allah SWT secara langsung dalam surah Al-Maidah ayat 2 yang berbunyi,

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُحِلُّوْا شَعَاۤىِٕرَ اللّٰهِ وَلَا الشَّهْرَ الْحَرَامَ وَلَا الْهَدْيَ وَلَا الْقَلَاۤىِٕدَ وَلَآ اٰۤمِّيْنَ الْبَيْتَ الْحَرَامَ يَبْتَغُوْنَ فَضْلًا مِّنْ رَّبِّهِمْ وَرِضْوَانًا ۗوَاِذَا حَلَلْتُمْ فَاصْطَادُوْا ۗوَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَاٰنُ قَوْمٍ اَنْ صَدُّوْكُمْ عَنِ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اَنْ تَعْتَدُوْاۘ وَتَعَاوَنُوْا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوٰىۖ وَلَا تَعَاوَنُوْا عَلَى الْاِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۖ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِ ٢

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syiar-syiar (kesucian) Allah) jangan (melanggar kehormatan) bulan-bulan haram) jangan (mengganggu) hadyu (hewan-hewan kurban) dan qalā'id (hewan-hewan kurban yang diberi tanda) dan jangan (pula mengganggu) para pengunjung Baitul Haram sedangkan mereka mencari karunia dan rida Tuhannya!) Apabila kamu telah bertahalul (menyelesaikan ihram), berburulah (jika mau). Janganlah sekali-kali kebencian(-mu) kepada suatu kaum, karena mereka menghalang-halangimu dari Masjidil Haram, mendorongmu berbuat melampaui batas (kepada mereka). Tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah sangat berat siksaan-Nya.

Dari Abu Musa RA, Nabi Muhammad SAW bersabda, "Seorang mukmin dengan mukmin yang lain bagai sebuah bangunan yang sebagiannya mengokohkan sebagian yang lain." (HR Bukhari). 

Dari An-Nu'man bin Basyir RA, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, "Perumpamaan kaum mukmin dalam saling cinta, saling mengasihani, dan belas kasih mereka bagaikan satu jasad. Apabila satu anggotanya sakit maka seluruh tubuh akan merasakan tidak bisa tidur dan demam." (HR Muslim)

Sungguh dalil-dalil di atas cukup menjadi dasar umat Islam untuk menolong Muslim Rohingya. Seharusnya umat Islam di Indonesia tidak terkena xenophobia (fobia terhadap orang asing) karena Muslim Rohingya adalah saudaranya dan bukan orang asing bagi kaum Muslim. Berbeda dengan kaum kafir dari negara lain, justru mereka ini adalah orang asing. Seumpama ada kecurigaan atau kekhawatiran atas mereka itu lumrah karena kakafirannya. Dijelaskan dalam surah Al-Imran ayat 118.

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya. (Al-Imran: 118).

Dampak penolakan Muslim Rohingya terhadap negeri ini ada tiga aspek. Pertama, secara politik, jika Indonesia menolak kedatangan Muslim Rohingya artinya pemerintah Indonesia tidak ada bedanya dengan rezim Myanmar yang kejam dan bengis. Atas dorongan UUD 45 dan Pancasila seharusnya Indonesia menerima dan mengopeni kaum Muslim Rohingya bukan malah berniat mengembalikan mereka ke Myanmar. Kalau sampai Rohingya dikembalikan ke Myanmar itu sama saja menyerahkan nyawa Muslim Rohingya untuk dibantai oleh junta militer Myanmar. Sebagai negeri Muslim yang katanya ingin menghapuskan segala bentuk penjajahan, seharusnya Indonesia lantang menyerukan pembelaan terhadap kaum Muslim Rohingya.

Kedua, dalam aspek sosial, sungguh sikap pemerintah Indonesia yang tidak bisa melindungi sepenuh hati Muslim Rohingya membuat aroma kebencian terhadap Muslim Rohingya makin berkobar dan menimbulkan gesekan-gesekan sosial di tengah masyarakat. Pemerintah Indonesia seharusnya bisa melindungi Muslim Rohingya karena itu tuntutan konstitusi, selain itu jika ditemui pengungsi yang melakukan pelanggaran atau kriminal ya dihukum saja. Selain itu, pemerintah Indonesia melakukan edukasi dan pendidikan kepada mereka agar mereka bisa menjadi bangsa mulia. Mulia karena akidah Islam mereka. 

Ada laporan-laporan mereka tidak shalat, tidak bisa baca syahadat. Seharusnya mereka diedukasi, bukan malah diusir dari Indonesia. Dari mana mereka akan mendapatkan khazanah Islam jika tidak ada yang mengajari mereka? Justru hal tersebut menjadi tanggung jawab kaum Muslim untuk amar makruf nahi mungkar atau berdakwah kepada Muslim Rohingya.

Ketiga, tuduhan mengopeni kaum Muslim Rohingya hanya menghabiskan anggaran ekonomi kabupaten, provinsi, atau pun negara adalah tuduhan yang dangkal. Karena pengungsi Rohingya mendapatkan bantuan dana dari UNHCR, lembaga filantropi, dan pemerintah pusat. Memang ada anggaran untuk mereka. Soal kondisi warga Indonesia yang kesulitan ekonomi dan seharusnya anggaran diberikan kepada warga negara Indonesia bukan untuk pengungsi Rohingya ini adalah pernyataan yang jahil. 

Sejatinya malapetaka ekonomi yang menimpa umat karena diterapkan sistem ekonomi kapitalisme. Sistem ini meniscayakan terjadinya korupsi, kolusi, dan nepotisme. Banyak anggaran untuk rakyat tidak sampai ke rakyat karena uangnya dijadikan bancakan oleh koruptor. Perlu diingat, koruptor tidak sendirian ketika "merampok" uang rakyat, mereka terorganisir. Selain itu, kapitalisasi atau swastanisasi sumber daya alam membuat Indonesia yang kaya raya menjadi miskin dan hanya bisa hidup dengan utang dan pajak. Inilah kezaliman terstruktur yang diciptakan kapitalisme. Oleh karena itu, jangan pelit dan kikir membantu Muslim Rohingya dengan alasan penderitaan yang diciptakan oleh sistem kapitalisme. Di sinilah umat Islam harus sadar, kebutuhan akan diterapkan sistem Islam kaffah adalah sesuatu yang penting, mendesak, dan wajib segera ditegakkan.

Ika Mawarningtyas
Direktur Mutiara Umat Institute 

Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar