Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Produktivitas dan Tujuan Hidup dalam Islam


Topswara.com -- Sobat. Agar menjadi produktif anda harus memiliki tiga unsur : tokus, energi dan waktu. Jika Anda memiliki fokus dan waktu, tetapi kekurangan energi, Anda akan merasa sangat lelah dan lesu untuk menangani tugas-tugas Anda. 

Jika anda memiliki banyak energi dan waktu tetapi kurang fokus, konsetrasi Anda akan terus-menerus terganggu, melompat dari satu tugas ke tugas lain, sehingga tidak bisa menyelesaikan tugas yang sedang anda hadapi. 

Jika anda memiliki energi dan fokus, tetapi tidak mempunyai waktu maka Anda tidak bisa produktif. Oleh karena itu, produktivitas merupakan hasil dari ketiga unsur tersebut. 

Sehingga rumus Produktivitas = Fokus × Energi × Waktu.

Jadi produktivitas adalah tentang membuat pilihan yang cerdas secara terus menerus dengan energi, fokus, dan waktu anda untuk memaksimalkan potensi anda serta meraih hasil yang bermanfaat.

Sobat. Kadang lebih mudah mendefinisikan sesuatu jika Anda memahami apa kebalikan dari hal itu. Berikut adalah empat mitos tentang produktivitas yang sejak awal ingin saya klarifikasi.

Pertama. Produktivitas bukan berarti sibuk. Anda bisa saja sibuk sepanjang hari, tetapi mungkin tidak produktif. Kok bisa? Anda hanya membuang-buang energy, fokus, dan waktu dalam aktivitas yang taka da artinya seperti meeting, menelpon, dan mengirim e-mail yang tidak memberikan nilai tambah bagi kehidupan Anda atau mencapai tujuan-tujuan Anda. 

Sebenarnya saya sendiri berpendapat bahwa orang yang produktif seharusnya tidak terlalu sibuk dan tidak terlihat stress! Artinya sobat, dia begitu produktif sehingga dia dapat mengerjakan semuanya tepat waktu dan dapat rileks setelahnya.

Kedua. Produktivitas bukanlah sebuah kejadian. Produktivitas adalah sebuah proses; butuh waktu untuk menjadi seorang yang produktif. Tentang membuat pilihan cerdas setiap hari, hingga kebiasaan-kebiasaan yang bermanfaat tertanam dan sikap produksi menjadi gaya hidup.

Ketiga. Produktivitas itu tidak membosankan. Menjadi produktif berarti mengetahui kapan Anda bersenang-senang dan kapan harus bekerja keras, kapan bersikap rileks dan kapan bersikap serius. Produktif adalah membuat pilihan-pilihan cerdas.

Keempat. Anda tidak bisa selalu menjadi produktif. Salah satu tantangan yang dihadapi manusia berkaitan dengan produktivitas adalah mempertahankan rutinitas produktif yang konsisten. 

Namun walaupun ada banyak cara untuk mempertahankan tingkat produktivitas dalam kehidupan Anda, jangan pernah berpikir bahwa Anda adalah sebuah mesin yang dapat bekerja secara konsisten dengan kecepatan dan tingkat produktivitas yang tinggi. Bahkan mesin sekalipun akan rusak jika selalu bergerak dengan kecepatan tinggi. Gunakan pit stop dulu seperti dalam balapan mobil.

Sobat. Dalam paradigma Islam produktivitas yang dikendalikan oleh tujuan. Menemukan tujuan dan makna dalam kehidupan kita memberi dampak yang sangat besar bagi produktivitas kita. Tujuan adalah satu dari tiga pilar motivasi utama manusia menurut psikologi modern, dua lainnya adalah otonomi dan kemahiran.

Sobat. Ada dua ayat dalam Al-Qur’an di mana Allah dengan jelas menyampaikan tujuan kita dalam kehidupan Ini :

1. Untuk menjadi hamba Allah. ( QS. Adz Dzariyat : 56 ). Menerima peranan kita yang sebenarnya sebagai hamba Allah sangatlah penting untuk menjadi penduduk dunia yang sehat dan produktif. 

Tanpa penerimaan ini, anda beresiko menjual diri, nilai-nilai, dan jiwa Anda untuk ditukar dengan bisnis kecil atau besar yang hanya ingin memeras anda tanpa memedulikan dampaknya bagi kesehatan, keluarga, dan atau masyarakat Anda. 

Makin dalam anda merenungkan konsep menjadi hamba Allah dan kaitannya dengan produktivitas, anda akan semakin menyadari betapa pentingnya masalah ini dalam menjalani kehidupan yang benar-benar produktif.

Allah SWT berfirman :
وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِيَعۡبُدُونِ  
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” ( QS. Adz-Dzariyat (51) : 56 )

Sobat. Ayat ini menegaskan bahwa Allah tidaklah menjadikan jin dan manusia melainkan untuk mengenal-Nya dan supaya menyembah-Nya. 

Dalam kaitan ini Allah swt berfirman: 
Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang MahaEsa; tidak ada tuhan selain Dia. Mahasuci Dia dari apa yang mereka persekutukan. (at-Taubah/9: 31) 

Pendapat tersebut sama dengan pendapat az-Zajjaj, tetapi ahli tafsir yang lain berpendapat bahwa maksud ayat tersebut ialah bahwa Allah tidak menjadikan jin dan manusia kecuali untuk tunduk kepada-Nya dan untuk merendahkan diri.

Maka setiap makhluk, baik jin atau manusia wajib tunduk kepada peraturan Tuhan, merendahkan diri terhadap kehendak-Nya. Menerima apa yang Dia takdirkan, mereka dijadikan atas kehendak-Nya dan diberi rezeki sesuai dengan apa yang telah Dia tentukan. Tak seorang pun yang dapat memberikan manfaat atau mendatangkan mudarat karena kesemuanya adalah dengan kehendak Allah. 

Ayat tersebut menguatkan perintah mengingat Allah swt dan memerintahkan manusia supaya melakukan ibadah kepada Allah swt.

2. Untuk menjadi wakil atau penguasa bumi secara berkesinambungan. (QS. Al- Baqarah : 30). Perhatikan bagaimana konsep ini bisa diterapkan dalam karir, kehidupan keluarga, dan perkembangan masyarakat Anda. 

Disamping itu, ingatlah bahwa kita akan ditanya atau dihisab oleh Allah dengan kata lain dimintai pertanggung jawaban oleh-Nya pada hari kiamat nanti, jadi ini bukan urusan yang dianggap enteng.

Allah SWT berfirman :
وَإِذۡ قَالَ رَبُّكَ لِلۡمَلَٰٓئِكَةِ إِنِّي جَاعِلٞ فِي ٱلۡأَرۡضِ خَلِيفَةٗۖ قَالُوٓاْ أَتَجۡعَلُ فِيهَا مَن يُفۡسِدُ فِيهَا وَيَسۡفِكُ ٱلدِّمَآءَ وَنَحۡنُ نُسَبِّحُ بِحَمۡدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَۖ قَالَ إِنِّيٓ أَعۡلَمُ مَا لَا تَعۡلَمُونَ  

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". (QS. Al-Baqarah (2) : 30).

Sobat. Ketika Allah SWT memberitahukan kepada para malaikat-Nya ) bahwa Dia akan menjadikan Adam a.s. sebagai khalifah ) di bumi, maka para malaikat itu bertanya, mengapa Adam yang akan diangkat menjadi khalifah di bumi, padahal Adam dan keturunannya kelak akan berbuat kerusakan dan menumpahkan darah di bumi. Para malaikat menganggap bahwa diri mereka lebih patut memangku jabatan itu, sebab mereka makhluk yang selalu bertasbih, memuji dan menyucikan Allah SWT.

Allah SWT tidak membenarkan anggapan mereka itu, dan Dia menjawab bahwa Dia mengetahui yang tidak diketahui oleh para malaikat. Segala yang akan dilakukan Allah SWT adalah berdasarkan pengetahuan dan hikmah-Nya yang Mahatinggi walaupun tak dapat diketahui oleh mereka, termasuk pengangkatan Adam a.s. menjadi khalifah di bumi.

Yang dimaksud dengan kekhalifahan Adam a.s. di bumi adalah kedudukannya sebagai khalifah di bumi ini, untuk melaksanakan perintah-perintah-Nya, dan memakmurkan bumi serta memanfaatkan segala apa yang ada padanya. Pengertian ini dapat dikuatkan dengan firman Allah:
 “Wahai Daud! Sesungguhnya engkau Kami jadikan khalifah (penguasa) di bumi " (sad/38: 26)

Sebagaimana kita ketahui Daud a.s. di samping menjadi nabi juga menjadi raja bagi kaumnya. Ayat ini merupakan dalil tentang wajibnya kaum Muslimin memilih dan mengangkat seorang pimpinan tertinggi sebagai tokoh pemersatu antara seluruh kaum Muslimin yang dapat memimpin umat untuk melaksanakan hukum-hukum Allah di bumi ini.

Sobat.Para ulama telah menyebutkan syarat-syarat yang harus dimiliki oleh tokoh pimpinan yang dimaksudkan itu, antara lain ialah: adil serta berpengetahuan yang memungkinkannya untuk bertindak sebagai hakim dan mujtahid, tidak mempunyai cacat jasmaniah, serta berpengalaman cukup, dan tidak pilih kasih dalam menjalankan hukum-hukum Allah.

Sobat. Produktivitas dalam Islam memiliki maksud tertentu, bukan sesuatu yang tanpa tujuan. Ada dorongan konstan dari dalam yang mengarah pada kehidupan dengan tujuan untuk mendapatkan inspirasi Ilahi, yang dibentuk menjadi fitrah kita. Hal ini dinyatakan dengan jelas dalam Al-Qur’an tanpa keraguan sedikit pun. Memahami tujuan ini dan menjadikannya sebagai bagian dari aktivitas kita sehari-hari benar-benar akan menjadi pengubah bagi siapa pun.


Oleh: Dr Nasrul Syarif M.Si. 
Penulis Buku Gizi Spiritual dan Buku BIGWIN. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar