Topswara.com -- Menulis maupun berbicara adalah salah satu cara berkomunikasi. Menulis akan menjadi aktivitas mulia, apabila dilakukan untuk dakwah. Dakwah adalah aktivitas para Nabi dan Rasul.
Menulis khazanah Islam adalah aktivitas para ulama dan salafus shalih. Bahkan, dalam nasihat Ali bin Abi Thalib r.a. pernah menyampaikan, "Semua penulis akan meninggal, karyanya akan abadi sepanjang masa, maka tulislah yang akan membahagiakan dirimu di akhirat kelak."
Kira-kira tulisan apa yang bisa membahagiakan kita di akhirat kelak? Tentunya tulisan yang akan membuat Allah SWT ridha dan Rasulullah SAW menyukainya. Tulisan apalagi kalau bukan tulisan dakwah.
Oleh karena itu, penting menjaga spirit menulis dan melejitkannya agar kemampuan tidak menguap terdistraksi oleh aktivitas lain. Ada beberapa catatan agar spirit menulis tetap terjaga.
Pertama, niat dan spirit menulis harus benar yaitu menjadikan Allah SWT sebagai spirit menulis. Banyak alasan untuk menulis, tetapi alasan yang membuat kita kekal dalam menulis karena kita mengharapkan ridha Allah SWT.
Ada yang menulis karena ingin mendapatkan pujian, ketika pujian tidak kunjung datang, bahkan malah cacian yang menerpa, spirit menulis pupus di tengah jalan.
Mengharapkan keridhaan manusia hanya akan membuat kita jatuh dan kecewa, tetapi jika yang diharapkan adalah keridhaan Allah SWT, pasti akan ada seribu jalan keluar agar tetap istiqamah dalam menulis.
Kedua, menulis impian yang diharapkan. Ketika menulis harus diiringi dengan impian. Impian ini yang akan menjadi spirit terus mengalir dalam suka dan dukanya membuat menulis.
Kira-kira, impian Anda apa ketika menulis? Ada yang impiannya membuat buku yang bisa menjadi penyumbang tegaknya peradaban Islam, ada juga yang impiannya agar tulisan yang dibuat bisa menjadi amal jariyah yang mengalir, meskipun sudah meninggal, dan ada pula yang memiliki impian tulisannya bisa mengubah dunia. Impian ketika menulis penting, tetapi bukan untuk memuaskan keangkuhan diri, tetapi impian yang benar dan bisa menjadi spirit menulis agar tidak mudah putus di tengah jalan.
Ketiga, memiliki target dan disiplin. Ketika sudah terjun di dunia dakwah menulis, maka perlu memasang target dan disiplin mengikuti target yang telah dibuat.
Tentunya bikin target yang sesuai kemampuan. Jangan terlalu muluk-muluk targetnya, akhirnya kandas di tengah jalan. Buat target sesuai kapasitas diri dan ditingkatkan perlahan-lahan tetapi pasti.
Khawatirnya, kalau pasang target terlalu tinggi, tidak mengukur kemampuan, akhirnya target itu tidak terealisasi dengan baik.
Keempat, ikut komunitas menulis. Berkumpul dengan kawan-kawan yang memiliki visi misi yang sama mampu menjaga dan menguatkan spirit menulis.
Komunitas dakwah menulis yang baik akan mampu membawa kebaikan untuk para penulis, yaitu menjaga semangat menulis dan sebagai pengingat diri agar terus berkarya di jalan dakwah.
Sebagai pendakwah dan penulis, maka akan menjadikan menulis sebagai jalan ninja untuk amar makruf nahi mungkar, iya bukan?
Kelima, jadikan menulis sebagai hal yang disenangi dan jangan mudah mutung. Agar enjoy dalam menulis, harus senang dulu dengan aktivitas menulis.
Walaupun terkadang awalnya kita harus memaksa diri untuk menulis, tetapi jangan jadikan itu beban. Inilah hal yang menyenangkan yang harus dilalui agar Allah SWT makin ridha terhadap kita. Selain itu, jangan mudah mutung.
Dalam perjalanan menulis, kecewa dengan suatu hal itu lumrah, tetapi kekecewaan itu disikapi dengan sabar dan ikhlas, bukan mutung atau marah.
Karena dengan mutung dan marah akan mematahkan spirit menulis kita, maka menyikapi kekecewaan dengan baik penting agar spirit tidak mudah luntur.
Contohnya, ketika tulisan ditolak dan tidak bisa tayang, kecewa lumrah, tetapi harus disikapi dengan baik. Sehingga respons terbaik tetap menghiasi diri kita dalam kondisi apa pun.
Setelah spirit menulis terjaga, jangan berhenti di situ, tetapi perlu melejitkan potensi menulis agar kualitas tulisan makin baik. Kualitas tulisan makin baik, ketika tulisan tersebut mudah dicerna, komunikatif, tidak lompat, dan alurnya dapat dinikmati dengan baik. Cara untuk melejitkan kemampuan menulis ada beberapa cara.
Pertama, mau menerima saran dan kritik. Tidak semua saran dan kritik itu manis dirasakan dan merdu di telinga, terkadang ekstra pedas. Tetapi, selama kritikan itu benar, anggaplah kritikan tersebut datang dari Allah SWT disertai ujian kesabaran untuk menerimanya.
Bisa jadi dengan mau mendengarkan kritikan tersebut bisa membuat kemampuan menulis melejit menembus impian yang selama ini diukir untuk diwujudkan.
Namanya manusia, ketika melihat karya sendiri, tentunya sudah merasa sudah baik, tetapi kekurangan dan kekeliruan karya kita bisa terlihat dari sudut pandang teman-teman yang mau mengkritik tulisan kita.
Kedua, upgrading atau mengikuti kelas-kelas yang berkaitan dengan peningkatan kemampuan menulis. Ketika menulis, jangan merasa cukup, contohnya, yang penting saya menulis, kirim, dan tayang.
Perlu meningkatkan kemampuan dengan menempa diri ikut kelas-kelas kepenulisan. Bertemu dengan banyak teman atau guru akan memperkaya khazanah kepenulisan kita. Kalau kita mencukupkan diri, enggan belajar, dan tidak saling berbagi pengalaman, maka kemampuan akan jalan di tempat.
Ketiga, banyak membaca dan mendengarkan. The power of reading and listening adalah makin meningkatkan dan melejitkan kemampuan untuk menulis.
Di sanalah akan ditemukan inspirasi-inspirasi menulis. Inspirasi ini akan mengeksplorasi kemampuan menulis dan menemukan ide-ide yang makin kreatif untuk membuat tulisan yang memikat pembaca.
Menjaga spirit menulis adalah bagian dari istiqamah menulis. Mereka yang bisa istiqamah dalam melakukan kebaikan sejatinya lebih baik dari seribu karamah.
Begitu pun ikhtiar untuk melejitkannya adalah bagian dari menuntut ilmu yang kebaikannya akan mengalir untuk kita. Semoga sedikit catatan di atas mampu menjaga spirit kita dan mampu melejitkan kemampuan kita dalam menulis.
Karena teman-teman yang sedang membaca tulisan saya ini adalah orang-orang hebat yang dipilih Allah SWT untuk bertemu dengan saya. Barakallah, semoga Allah memberikan ketetapan iman Islam hingga akhir hayat. Aamiin ya Rabb.[] Ika Mawarningtyas
Disampaikan dalam Grup WhatsApp Komunitas Menulis Itu Asik
📆 Kamis, 15 Juni 2023
🕰️19.30—20.30 WIB
0 Komentar