Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Suami, Ini Beberapa Kondisi yang Membuat Istri Stress (Bagian 1)


Topswara.com -- Apakah para suami sadar bahwa tingkat stress pada perempuan bisa dua sampai tiga kali lebih besar dibandingkan pada kaum lelaki? National Center for Health Statistics (NCHS) pada bulan Februari 2018 pernah melansir data bahwa stress yang dialami kaum wanita nyaris dua kali lipat dibandingkan yang menimpa kaum lelaki. Kaum perempuan bisa lebih sering alami kecemasan, sedih, dan tertekan.

Pada kaum perempuan ada empat titik dalam siklus kehidupan mereka yang rawan mengalami tekanan emosional; pertama, di masa pubertas dimana setiap remaja mengalami perubahan fisik dan emosional. 

Bila orang tua tidak mempersiapkan remaja putri-nya dengan berbagai informasi yang cukup soal masa pubertas (seperti kondisi haid dan perubahan fisik) amat mungkin anak perempuan mengalami masa stress seperti malu karena perubahan fisik, canggung karena sedang haid.

Kedua, saat menstruasi dimana biasanya kaum perempuan mengalami perubahan mood yang drastis (mood swinging) yang menyertai rasa nyeri saat haid. Kondisi ini sering dikaitkan dengan Premenstrual Syndrome (PMS) dimana hormon dalam tubuh perempuan mempengaruhi perubahan emosi yang mendadak seperti cemas, gelisah, marah, dan sebagainya.

Ketiga, saat kehamilan. Banyak wanita yang mengalami perubahan emosional dan mengalami stress ketika hamil. Hal ini terjadi karena seorang ibu hamil mengalami kecemasan sehingga memproduksi hormon kortisol secara banyak. 

Hormon ini yang bertanggung jawab dalam membangun kewaspadaan dan kecemasan, namun ketika jumlahnya berlebih dapat menyebabkan stress. Ini terjadi pada ibu hamil yang merasa cemas akan perubahan tubuhnya saat hamil, khawatir suaminya tidak menyukainya lagi, mencemaskan kesehatan dirinya dan bayinya, dan sebagainya. 

Bila kecemasan dan ketakutan ini memburuk maka bisa berdampak negatif pada kesehatan ibu juga bayi dalam kandungan, bahkan bisa mengakibatkan keguguran.

Para suami juga perlu mewaspadai baby blues syndrome yang bisa terjadi pada istri usai melahirkan. Sejumlah wanita mengalami emosi yang tidak stabil seperti mudah marah, cemas, atau sedih berlebihan.

Keempat, masa perimenopause (menjelang menopause). Berbeda dengan lelaki yang tidak mengalami kondisi seperti ini, sejumlah wanita rawan mengalami tekanan emosional selama masa transisi menuju menopause. Kondisi ini diakibatkan naik-turunnya kadar hormon reproduksi yang menyebabkan gejala depresi pada wanita usia lanjut.

Tidak sedikit perempuan mengalami gejala seperti lelah berkepanjangan, energi rendah, kehilangan minat dalam kegiatan normal, kesedihan, lekas marah, gangguan tidur, agitasi, perubahan berat badan dan penurunan gairah seks.

Para istri juga sering merasa sedih, cemas, atau kosong. Sebagian dari mereka merasa putus asa atau pesimis, gampang tersinggung atau merasa bersalah, dan merasa tidak berharga atau hilang semangat hidup.

Dukungan Suami: Wajib!

Para suami wajib memahami keadaan-keadaan di atas yang bisa dialami istri. Banyak perempuan yang semakin depresi karena tidak mendapat support dari suami mereka. Ada di antara suami yang menganggap kondisi stress para istri itu lebay, cengeng. Ada juga yang dengan mudah menyebut istri mereka kurang tawakal dan kurang sabar. Ujungnya konflik atau istri makin tertekan.

Padahal kondisi stress pada istri bisa berdampak bukan saja pada kesehatan mental, tetapi juga fisik istri. Selanjutnya bisa merembet pada pengasuhan anak dan pastinya pada relasi suami-istri. 

Suami yang tidak mau paham kondisi istri biasanya mudah menyalahkan istri. Sikap ini justru makin memperburuk situasi rumah tangga. Ingatlah dengan pesan Nabi SAW:

 Ø®ÙŠØ±ÙƒÙ… خيركم لأهله، وأنا خيركم لأهلي

“Sebaik-baik kalian adalah yang terbaik sikapnya terhadap keluarga. Dan aku adalah yang terbaik di antara kalian terhadap keluargaku.” (HR Ibnu Majah)

Para istri membutuhkan support suami, pelukan, dan bantuan untuk menangani sejumlah pekerjaan rumah termasuk sesekali memegang anak. Tidak banyak, tetapi amat berarti untuk menentramkan istri. Bagaimana, para suami, semoga kian paham kondisi mental istri. (Bersambung)


Oleh: Ustaz Iwan Januar
Direktur Siyasah Institute


Sumber: iwanjanuar.com
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar