Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Marak Perselingkuhan, Ustaz Bendri: Ini Mengerikan


Topswara.com -- Menanggapi kasus perselingkuhan yang akhir-akhir ini makin marak, Pakar Pengasuhan Anak (Parenting), Ustaz Bendri Jaisyurrahman menilainya mengerikan.

"Ini mengerikan," tuturnya dalam diskusi "Perselingkuhan & Perceraian Jadi Lifestyle?" di kanal YouTube Cinta Qur'an TV, Kamis, 23 Mei 2023.

Ia menilai, saat ini pernikahan tidak lagi memiliki nilai istimewa di masyarakat, melainkan sebatas seremonial penghalalan hubungan kelamin. 

"Masyarakat memandang nikah sebatas ada seremonial penghalalan hubungan kelamin, ya. Dan mereka menganggap itu tidak lebih dari sekadar bahwa adanya pengesahan di masyarakat," ungkapnya.

Ustaz Bendri menilai paradigma tersebut mesti diluruskan. Sebab menurutnya, dalam Islam pernikahan memiliki nilai yang tinggi, bahkan mengguncang arsy Allah dan Allah menyebutkan pernikahan sebagai mitsaqan ghalidza (perjanjian yang kokoh). 

"Karena, ketika laki-laki ngucapin kalimat (akad nikah) ini, maka bergetarlah istana Allah, menunjukkan ini bukan kalimat yang biasa. Dan itulah yang membuat akhirnya, kalau kalimat ini dipegang kuat banget maka akan memberi pengaruh kepada setiap orang yang menikah," terangnya. 

Lebih lanjut ia menerangkan bahwa ada tiga ayat dalam Al-Qur'an yang Allah menyebutkan tentang perjanjian yang kokoh (mitsaqan ghalidza). Yaitu perjanjian antara Allah dengan Nabi (QS. al-Ahzab: 7), perjanjian antara Allah dengan Bani Israil (QS. an-Nisa: 154), dan pernikahan. Ia menyatakan, ketika direnungkan ketiganya memiliki hubungan dan memberi pelajaran. 

"Ketiga, Allah membuat perjanjian juga antara pernikahan itu dengan mitsaqan ghalidza. Jadi, Nabi dengan Allah, mitsaqan ghalidza. Bani Israil dengan Allah, mitsaqan ghalidza. Dan pernikahan suami istri mitsaqan ghalidza," ujarnya.

Ustaz Bendri menyebut, mitsaqan ghalidza antara Allah dan Nabi ialah realitas contoh perjanjian yang ditepati. Sementara, perjanjian dengan Bani Israel ialah contoh mitsaqan ghalidza yang dikhianati. Sedangkan pernikahan ada di antara dua posisi tersebut, yaitu mulia layaknya Nabi atau terlaknat laksana Yahudi.

"Pernikahan ada di dua posisi. Jika seseorang setelah menikah dia komitmen dengan perjanjiannya, meskipun perasaannya mungkin naik dan turun, mungkin hilang, atau tidak sesuai harapan, tetapi dia komitmen untuk menjaga perasaan pasangannya, tidak lirik kanan dan kiri kecuali dengan cara yang halal, maka dia akan mulia layaknya Nabi. Dia dimuliakan layaknya Nabi," ujarnya.

"Tetapi sebaliknya, siapa yang sudah menikah kemudian dia berpikir mencari yang lain, maka dia terlaknat laksana Yahudi," imbuhnya.

Ustaz Bendri menyayangkan, fenomena yang muncul di masyarakat saat ini ialah mental layaknya Yahudi (mengkhianati) hingga poligami pun dilakukan dengan cara yang tidak baik. 

"Hari ini banyak orang kegep selingkuh baru minta izin poligami. Saya termasuk orang yang berpendapat bahwa poligami yang dilakukan setelah kegep selingkuh statusnya bisa dosa double. Kenapa? Karena syarat poligami rusak gara-gara oknum ini," sesalnya.

Ia mengingatkan, jika pun seseorang berpoligami, hendaknya dilakukan dengan cara yang baik, bukan karena ketahuan selingkuh. Menurutnya, penjagaan terhadap komitmen pernikahan menentukan kualitas seseorang.

"Pernikahan ini menentukan kualitas seseorang. Tatkala menikah, mau dimuliakan layaknya Nabi maka jagalah komitmen pernikahan agar jangan mengkhianati kecuali dengan cara yang baik," tutupnya.[] Saptaningtyas
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar