Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Astaghfirullah, Fasilitas Umum Digunakan untuk Mesum?


Topswara.com -- Jatuh cinta bagi setiap insan manusia adalah hal yang lumrah. Pada setiap orang yang sedang jatuh cinta atau dimabuk asmara pasti akan merasakan perasaan yang meletup-letup indah seperti kembang api, perut yang terasa penuh kupu-kupu dan hati yang selalu berbunga-bunga. 

Sehingga tidak salah juga sampai ada pepatah yang menyatakan, “Bila sedang jatuh cinta, dunia serasa milik berdua, yang lain pada ngontrak” atau sering kali kita juga mendengar “cinta itu buta.”

Selain itu ada juga stereotipe unik bagi orang jatuh cinta. Katanya salah satu orang-orang yang paling sulit dinasihati, selain supoter sepak bola, fans K-Pop, dan pendukung capres tertentu. Orang yang jatuh cinta juga sulit menerima nasihat.

Perasaan ini sejatinya adalah penampakan dari naluri nau’ atau naluri berkasih sayang, yang juga merupakan karunia dari Allah SWT. Karena ini merupakan karunia, maka Allah memberikan petunjuk untuk menghadapinya pula. Tidak serta merta manusia diberikan kebebasan dalam mengekspresikannya.

Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada solusi untuk kedua insan yang saling mencintai, kecuali pernikahan.” (HR. Ibnu Majah). Dalam hadits lain, Rasulullah SAW juga bersabda, “Hai sekalian pemuda, barangsiapa di antara kalian sudah memiliki kemampuan, segeralah menikah, karena menikah menjaga pandangan dan memelihara kemaluan. Dan barangsiapa belum sanggup menikah, berpuasalah, karena puasa akan menjadi benteng baginya.”

Dengan begitu sudah jelas, tindakan yang dilakukan manusia ketika sedang jatuh cinta, adalah pilihan hidupnya sendiri. Apakah ia akan menuruti jalan dan petunjuk yang telah Allah berikan, atau memilih jalan kemaksiatan dengan mengabaikan petunjuk-Nya.

Di masa sekarang ini, di mana sistem sekularisme dan liberalisme menjadi nadi kehidupan. Banyak generasi muda menafikkan agama. Begitu jauh dari Islam, lebih takut tidak bisa memenuhi gengsi dan gaya hidup daripada takut pada kemurkaan Allah bila jauh dari taat.

Akibat propaganda masif dan hegemoni Barat, pacaran yang sejatinya haram di dalam Islam kini telah menjadi budaya. Tidak hanya generasi muda yang merasa aneh atau merasa ada yang kurang di dalam hidupnya jika tidak memiliki pacar. 

Bahkan tidak sedikit para orang tua Muslim yang mengkhawatirkan anaknya tidak memiliki pacar di usia muda. Pada titik ini, Islam kini telah menjadi asing bagi orang Islam itu sendiri.

Cinta Salah Tempat 

Pacaran adalah salah satu bentuk ekspresi jatuh cinta yang jamak dilakukan oleh generasi kita hari ini. Dalam pacaran aktifitas yang dilakukan biasanya sudah melewati batasan interaksi pria dan wanita yang diperbolehkan dalam Islam, misalnya khalwat, berpegangan tangan, ikhtilat dan lain-lain.

Semakin tua peradaban kapitalisme ini berlangsung, pacaran kini tidak sebatas pertemuan makan berdua, namun tidak ubahnya suami istri yang sedang berbulan madu. Dalam peradaban kapitalisme inilah banyak generasi muda, alih-alih mencintai dakwah dan jihad. Mereka menanggung aib dengan hamil di luar nikah, aborsi hingga terserang penyakit kelamin mematikan.

Tidak sedikit pula yang telah kehilangan rasa malu, atas nama cinta. Tidak hanya di media sosial menampakkan kemaksiatan, bahkan berani bersikap mesum di fasilitas umum, dimana seharusnya banyak orang yang melihat. Hal inilah yang pernah terjadi di kota Malang, Jawa Timur.

Pemandangan tidak biasa terlihat di sepanjang trotoar Jalan Ijen Kota Malang. Pasalnya bangku di sana telah disegel menggunakan palang kayu oleh DLH (Dinas Lingkungan Hidup) Kota Malang pasca viral pemuda-pemudi berbuat mesum di sana.

Noer Rahman Wijaya, Kepala Dinas DLH Kota Malang menyatakan harapan dengan penyegelan ini masyarakat menjadi sadar agar tidak menggunakan fasilitas umum/publik sebagai tempat mesum, karena hal tersebut merupakan salah satu bentuk penyalahgunaan dan bisa merugikan semua pihak (Surabaya.kompas.com).

Kasus ini berawal dari banyaknya laporan warga dan satpol PP yang menemukan banyak pemuda dan pemudi kerap kali berbuat mesum di sana. Padahal trotoar adalah jalan umum yang bebas dilewati oleh siapa saja. Hal ini kemudian viral yang menimbulkan reaksi masyarakat dan pejabat setempat.

Fenomena ini, meskipun memalukan bukannya tidak aneh bisa terjadi. Generasi kita kehilangan urat malu karena memiliki banyak figure public yang bisa mereka contoh. Mulai dari tingkat pejabat hingga pekerja seni yang lalu-lalang di televisi.

Mengembalikan Potensi Generasi 

Kerusakan generasi kita hari ini, bukan tanpa sebab yang pasti. Hal ini menunjukkan bahwa ada yang salah dengan sistem pendidikan kita. Sistem pendidikan sekulerisme yang sedang kita jalani sekarang, hanya menghasilkan budak korporasi tanpa tahu nilai potensi dirinya sebagai hamba dari Sang Maha Pengasih.

Pengaruh pola pikir tentang kebebasan ala barat melenakan generasi muslim hingga lupa akan jati dirinya. Melupakan bahwa hidupnya adalah untuk beribadah kepada Allah, bukan untuk memenuhi hawa nafsu pribadi dengan mencampakkan aturan-Nya.

Selain itu tidak ada dukungan dari keluarga, masyarakat dan negara yang serempak untuk mengembalikan generasi muslim ke jalan yang benar. Individu dan keluarga tersibukkan beban kehidupan yang tidak sedikit, sementara masyarakat acuh tidak acuh kepada sekitarnya, kebanyakan hanya memikirkan diri sendiri, keluarga dan kelompoknya. Dan negara yang tidak menerapkan kewajibannya sebagai pelaksana hukum syariat.

Bila menginginkan generasi yang siap dan akan bisa membangun peradaban kembali. Maka harus mengikuti tata cara yang benar sesuai tuntunan yang sudah Allah tetapkan. Jangan terperdaya sekulerisme buta, cara pandang hidup yang muncul dari gagasan makhluk, jika tidak mengacaukannya, pasti akan menghancurkan umat manusia.


Oleh: Helmiyatul Hidayati, S.Ilkom.
Blogger Profesional
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar