Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Dr. Najih Ibrahim: Hendaklah Senantiasa Membarui Iman


Topswara.com -- Salah satu nasehat menggugah dari Dr. Najih Ibrahim adalah agar senantiasa membarui keimanan. Sebab pembaruan iman sangatlah penting bagi setiap Muslim pada umumnya, apalagi seorang pengemban dakwah. 

“Saudaraku aktivis Islam, hendaklah anda membarui iman anda terus-menerus. Pembaruan iman ini sangatlah penting begi setiap Muslim pada umumnya, apalagi para aktivis dakwah secara khusus,” tulisnya dalam buku yang berjudul Pesan-Pesan Menggugah untuk Pengemban Dakwah, Cetakan 4, Maret 2011 M, halaman 184-186. 

Pasalnya, sering sekali karena kesibukan dalam menjalankan tugas-tugas dakwah, atau mempelajari masalah-masalah dakwah dan memikirkannya, atau mencurahkan segenap tenaga demi perjuangan Islam atau perjuangan melawan musuh Islam dengan cara yang diperintahkan oleh syariat, para aktivis Islam tidak lagi sempat mengurusi kalbunya. Serta tidak memberikan perhatian maksimal penuh kepadanya. 

Padahal menurutnya, seorang Muslim berjalan kepada Allah SWT dengan kalbunya, bukan dengan organ fisiknya. Kalaupun organ fisik melakukan kebajikan maka hal itu karena kebajikan kalbu dan semangatnya akan kebajikan. 

Ia mengatakan, pengabaian perkara ini secara berlarut-larut tanpa penanganan serius sering menjadikan aktivis Islam berkurang kadar keimanan dan amal-amal batiniyahnya semisal ikhlas. Bahkan boleh jadi sebagian dari aktivis Islam tidak memiliki keikhlasan sejak awal ia berkomitmen dalam memperjuangkan Islam. 

“Amaliah batin lainnya seperti jujur, yakin, zuhud, tawakal, takut, tobat, menyerahkan diri, dan cinta kepada Alah SWT juga boleh hilang dari dirinya,” jelasnya. 

Lalu, beberapa saat kemudian sang aktivis tersebut ingin kondisinya pulih seperti semula saat  awal bergabung dengan barisan dakwah. Semua itu katanya, karena aktivis Islam mengabaikan kalbunya. 

Dalam kondisi demikian, boleh jadi kondisi aktivis Islam yang bersangkutan menjadi hanya banyak berkata-kata tidak berguna, makan berlebihan, berinteraksi dengan orang lain bukan karena demi agama, banyak tidur, dan bermalas-malasan, tidak berusaha mengatur waktunya, menghabiskan waktu untuk hal-hal yang tidak berfaedah. Meskipun mungkin tidak sampai jatuh kepada yang makruh maupun haram. 

“Kalaupun waktunya digunakan pada hal-hal mubah, hal itu dilakukan secara berlebihan dan tanpa memperhatikan aspek agama atau dunia,” lanjutnya dalam buku tersebut. 

Orang yang demikian kata Dr. Najih, cenderung lupa akan perintah Rasulullah SAW kepada siapapun-tanpa melihat derajat keimanannya. Serta amal dan posisinya dalam gerakan dakwah-untuk selalu membarui iman. 

Ia mengutip salah satu hadis dari Rasulullah SAW, “Jaddu dinakum. Perbaruilah agama (iman) kalian." (HR. at-Tardmizi dan Ahmad)

Bahkan tuturnya dalam buku tersebut, Rasulullah SAW pun sering bersumpah dengan kalimat, demi Zat yang membolak-balikkan hati. Itulah sebabnya, sebagian aktivis Islam mungkin didapati dalam kondisi keimanan yang merosot, atau terjerumus ke dalam lautan syahwat dan subhat. 

“Saya sering melihat sebagian aktivis dakwah itu komitmen dalam perjuangan dakwahnya bahkan menghabiskan sebagian usia di sana. Namun, ia berbalik dan keluar dari barisan dakwah. Semua itu tidak lain karena pasti mengabaikan amal kalbunya. Lalu bagaimana mungkin ia berjalan menuju Allah semnetara kalbunya mogok, dan tidak punya bekal lagi?” bebernya. 

Bekal kalbunya telah ia gunakan untuk mengarungi salah satu tahapan perjalanannya menuju Allah. Kemudian saat kehabisan bekal, ia gugur di tempat berbahaya, yaitu kesesatan, syubhat, dan kehinaan syahwat. 

Bahkan beragam penyakit menyerang sebagian mereka di separoh perjalanan dakwah. Seperti cinta dunia, egois, rakus (sebelumnya zuhud dan wara’), bersikap kasar kepada kaum Muslim (padahal sebelumnya lembut), dekat dengan orang-orang zalim, ujub, sombong, congkak, dan sok penting. 

Semua penyakit demikian kata Dr. Najih disebabkan karena kalbu mereka tidak diberi porsi perhatian yang cukup dan kualitas iman cenderung diabaikan. Padahal kalbu tidak mungkin hidup tanpa iman. Semua penyakit itu juga disebabkan karena upaya pembaruan iman yang cenderung disepelekan. [] M. Siregar
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar