Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Berhias Kejujuran dalam Mendidik (Bagian Pertama)


Topswara.com -- Orang yang paling dipercaya oleh anak adalah ayah bundanya, apapun yang dikatakan oleh ayahnya ataupun ibunya lebih dia percaya dibandingkan siapapun, anak sangat bergantung pada lisan ayah bundanya. 

Apalah jadinya jika anak hadir di tengah orang tua yang suka berdusta, berkata tidak jujur, bisa dibayangkan ananda akan bertumbuh dan berkembang sejalan dengan lontaran-lontaran kata-kata yang  jauh dari kejujuran.

Padahal disisi lain orang tua itu tidak mau dan tidak suka jika ananda berbohong dan menyembunyikan sesuatu dari dirinya lain di kata lain di kenyataan. Orang tua akan memuncak emosinya ketika mereka mengetahui bahwa ananda telah berdusta dan sakit hatinya tak terperi karena anak yang diharapkan baik-baik saja ternyata pribadinya tidak terpuji.

Namun ada juga orang tua yang merasa aman-aman saja dengan kebohongan yang mereka lakukan dengan berbagai alasan, bahkan asal ananda bisa diam dan mau menuruti apa kata-kata ayah bundanya meski itu adalah kebohongan. Dan juga ada orang tua menanggapi datar kebohongan yang dilakukan oleh ananda tanpa menegurnya dan meluruskannya karena dianggap biasa masih anak-anak. 

Fenomena ketidakjujuran itu bisa kita saksikan saat memberi jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan ananda, misal kenapa tidak boleh hujan-hujanan, jawabannya nanti sakit, kenapa tidak boleh bermain HP, dijawab nanti matanya buta. Kalau sudah tahfidz nanti dikasih hadiah, hadiapun tidak kunjung datang, pulang dari kantor nantia ayah belikan es krim, ditunggu sampai sore ayah pulang tetapi tidak bawa es krim dan santai saja ketika menghadapi ananda protes dan cemberut. 

Tahukah kita bahwa dari sinilah ananda belajar tidak jujur. Sadarkah kita bahwa Pendidikan yang dijalani dengan ketidakjujuran besar dampaknya kepada kepribadian ananda, berdampak langsung kepada pola berpikir dan pola sikap anak-anak kita kelak ketika dia dewasa karena ananda mengambil pola kebohongan itu dari ayah bunda.

Dampak yang tidak kalah seriusnya adalah perasaan ananda terluka, bisa jadi sembuhnya teramat lama dan membutuhkan energi yang lebih besar untuk memulihkannya dan beragam cara untuk mengembalikan perasaannya seperti sediakala, “Kenapa ayahku tidak jujur, kenapa ibuku harus berbohong?” Batinnya.

Ketidakjujuran ayah bunda juga bisa mengikis kepercayaan ananda terhadap perkataan ataupun perbuatan yang ayah bunda lakukan. Karena realitas kebohongan itu sangat melekat dalam kehidupan ananda maka apapun yang dikatakan oleh ayah bunda dianggap angin lalu, bukan sesuatu yang penting dan berharga untuk dia pahami dan turuti, toh itu kebohongan.

Ketidakjujuran ayah bunda berdampak juga kepada sikap tidak terbuka ananda dalam mengkritisi sesuatu yang salah disebabkan sudah tertanam mindset apapun masalah yang harus dibereskan yang dibukakan kepada ayah bunda  seringkali tidak jujur pada apa yang terjadi, percuma jika dibahas juga. 

Ketidakjujuran ayah bunda bagaikan ruang kelas yang langsung dipelajari dan diamalkan oleh ananda. Dari pembelajaran di kelas itulah ananda mendapatkan pelajaran kebohongan. Dari situ juga Ananda dapat belajar menghindari masalah dan menghindari resiko tanggung jawab. 

Rasulullah SAW. Bersabda :

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِى إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا

“Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan mengantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Hati-hatilah kalian dari berbuat dusta, karena sesungguhnya dusta akan mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan akan mengantarkan pada neraka. Jika seseorang sukanya berdusta dan berupaya untuk berdusta, maka ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.” (HR. Muslim no. 2607)

Kejujuran merupakan bentuk kesesuaian antara ucapan dan perbuatan atau antara informasi dan kenyataan. Kejujuran adalah bagian akhlak seorang Muslim baik berada di tengah-tengah hiruk pikuk manusia maupun dalam kesendirian.


Oleh: Ustazah Yanti Tanjung 
Pakar Parenting
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar