Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Mahal dan Langkanya Ketenangan Jiwa


Topswara.com -- Founder Cinta Qur'an Ustaz Fatih Karim menuturkan, ketenangan jiwa sebuah hal yang mahal dan langka. 

"Betapa ketenangan jiwa sebuah hal yang amat mahal bahkan tak terbeli dengan apa pun. Dan hal ini menjadi langka karena banyak sekali orang-orang yang membeli ketenangan jiwa," tuturnya dalam Renungan Fajar: Mahalnya Ketenangan Hidup, di YouTube Cinta Qur'an, Selasa (27/12/20). 

Ia menjelaskan banyak sekali orang yang membeli ketenangan jiwa, ada yang membelinya dengan obat-obatan supaya tubuh merasa tenang. Ada yang berusaha pergi ke pantai untuk melihat indahnya pemandangan sunset, pun sunrise. Ada yang ke gunung sampai mendaki Mahameru, gunung Fuji hanya sekadar untuk mendapatkan ketenangan jiwa. 

"Apalagi di Negara maju seperti Jepang, Amerika, Eropa, Australia. Di negara tersebut seolah-olah ketenangan itu mereka dapatkan dengan harta. Mereka pergi bekerja dari pagi sampai malam untuk mendapatkan materi. Mereka meyakini dengan materi yang melimpah, mendapatkan mobil mewah, rumah megah, sudah bisa membeli tanah yang luas maka akan mendapatkan ketenangan jiwa," ujarnya. 

Ia mengatakan, di Jepang lebih aneh lagi, mereka mencari ketenangan jiwa mencari kebahagiaan dengan mengawini boneka. Mereka membeli boneka dan nikah dengan boneka. Ada juga yang menikah dengan binatang. Hal ini termasuk krisis kemanusiaan. Saat ini banyak sekali orang-orang yang mengalami krisis ketenangan jiwa secara pribadi maupun keluarga. Banyak orang depresi bahkan dikabarkan rumah sakit jiwa pun dipenuhi banyak orang-orang yang mengalami gangguan jiwa. Fisik kelihatan sehat tapi jiwanya sakit. 

"Sakit jiwa bukan hanya dialami oleh orang-orang pengusaha, selebriti, bahkan sampai anak-anak selevel SMP pun mengalami gangguan jiwa, bahkan ada anak berani membunuh ibunya kandungnya sendiri. Di Indonesia dikatakan sebagai negara dengan peringkat nomor satu paling tinggi angka bunuh diri di Asia Tenggara. Muaranya karena tidak ada ketenangan jiwa. Bahkan di Australia, di kota Sydney kota bisnis di kawasan elite ada tempat bunuh diri," katanya. 

Ia melanjutkan, krisis ketenangan jiwa terjadi karena kita lupa punya sang pencipta. Kita lupa kita ini makhluk, hamba ciptaan Allah yang lemah. Mereka yang sakit jiwanya itu lupa diri harusnya mereka kembali kepada bagaimana sesungguhnya hakiki mereka diciptakan, sehingga mereka akan hidup secara fitrah, hidup secara normal dan wajar. 

"Tapi hari ini kita tidak dapati itu, banyak manusia kemudian memutuskan hubungan dengan Allah dengan Rabb mereka, seolah-olah Rabb mereka hanya bisa mengaturnya dengan ibadah di masjid, mushala tetapi mereka tidak mendapati Rabb mereka di pasar, kantor, parlemen, di arena pertarungan politik, dan sebagainya. Sehingga muncullah jiwa-jiwa yang terasing dari Tuhannya. Jiwa-jiwa yang merasa cukup, merasa di level kesombongannya. Mereka sudah merasa bisa membangun gedung-gedung yang tinggi, kereta cepat. Mereka sudah bisa melewati antarbenua dengan pesawat super cepat. Mereka sudah bisa mendarat di bulan. Mereka lupa sehebat apa pun mereka adalah hamba Allah SWT," terangnya. 

Ia menambahkan, kesombongan mereka melalaikannya pada Allah, mereka ingkar pada Allah sebagaimana firman Allah dalam surah Al-Baqarah Ayat 28,

كَيْفَ تَكْفُرُوْنَ بِاللّٰهِ وَكُنْتُمْ اَمْوَاتًا فَاَحْيَاكُمْۚ ثُمَّ يُمِيْتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيْكُمْ ثُمَّ اِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ

'Bagaimana kamu ingkar kepada Allah, padahal kamu (tadinya) mati, lalu Dia menghidupkan kamu, kemudian Dia mematikan kamu lalu Dia menghidupkan kamu kembali. Kemudian kepada-Nyalah kamu dikembalikan.'

"Bagaimana bisa kita ingkar kepada Allah, betapa kita merasakan manusia itu lemah. Manusia tidak bisa menolak matahari terbit dan tidak bisa mempercepat matahari tenggelam. Siapa yang bisa menolak datangnya badai, tsunami, enggak ada yang bisa. Siapa yang bisa menolak datangnya Covid, Allah yang mendatangkan Covid untuk menguji manusia. Saya ingatkan jangan lupa diri, kita ini hambanya Allah, tidak ada daya apa-apa, kita bukan siapa-siapa. Lupa jati diri sebagai pangkal kesombongan dan mereka tidak dapat ketenangan dengan kesombongan. Mereka tidak merasa zikir itu mampu menenangkan jiwa mereka. Ketenangan jiwa itu tidak mahal, bahkan tidak bisa dibeli karena ini anugerah dari Allah," tuturnya. 

Ia mengutip surah Ar-Ra'd ayat 28,

الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِ ۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُ ۗ

'(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.' Dan juga 
Surah Ar-Ra'd Ayat 29,

اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ طُوْبٰى لَهُمْ وَحُسْنُ مَاٰبٍ

'Orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka mendapat kebahagiaan dan tempat kembali yang baik.'

"Apa yang kemudian kita cari jauh-jauh naik gunung, melewati lembah enggak ada yang bisa membeli ketenangan jiwa. Hanya dengan zikrullah jiwa bisa tenang, hanya dengan mengerjakan kebajikan maka kita akan mendapatkan kebahagiaan," ujarnya. 

Ia menambahkan, orang-orang yang mengalami sakit jiwa ini tidak dipanggil dengan panggilan khusus dan hanya orang-orang beriman yang mengalami ketenangan jiwa, yang Allah panggil dengan mutmainah, kembalilah kepada Allah jiwa-jiwa yang tenang dengan ridha Allah. Sebagaimana Surah
Al-Fajr ayat 27-30, 

يٰٓاَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَىِٕنَّةُۙ

'Wahai jiwa yang tenang!'

ارْجِعِيْٓ اِلٰى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً ۚ

'Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhai-Nya.'

فَادْخُلِيْ فِيْ عِبٰدِيْۙ

'Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku.'

وَادْخُلِيْ جَنَّتِيْ 

'Dan masuklah ke dalam surga-Ku.'

"Apalagi yang mau kita cari, apa yang mau kita kejar. Muhasabah akhir tahun, untuk siapa kita berkurban, untuk siapa kita mati, ke mana kita mati, karena setelah mati ini hakikat kehidupan yang kita cari. Semoga Allah jadikan kita jiwa-jiwa yang tenang tugas kita mengharap ridha Allah SWT," pungkasnya. [] Rina
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar