Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Perbuatan Amoral, Produk Sistem Gagal


Topswara.com -- Kisah tragis dialami oleh satu keluarga di Magelang. Pasalnya satu keluarga tersebut diracun hingga tewas. Yang lebih mengenaskan lagi, pelaku adalah anak bungsu keluarga tersebut. Karena motif sakit hati, pria berinisial DDS (22 tahun) menghabisi seluruh anggota keluarganya (tvonenews.com, 30/11/2022). Ia diduga mencampur teh dan es kopi yang diminum keluarganya dengan racun sianida. 

Sakit hati menjadi alasan kuat terjadinya pembunuhan tersebut. Plt Kapolres Magelang Kota AKBP M. Sajarod Zakun mengatakan motif pembunuhan berencana itu adalah sakit hati. Sebagaimana diketahui oleh warga sekitar (wahananews.co, 30/11/2022). 

Kisahnya berawal karena sang orang tua baru saja pensiun. Sementara, orang tua mengidap penyakit sehingga selalu membutuhkan biaya cukup tinggi untuk berobat. Di samping itu, biaya hidup sehari-hari pun tak sedikit. Pelaku sakit hati karena semua beban harus dipikulnya sendiri. Sementara kakak pelaku tak diberi beban. Ini pun menimbulkan rasa sakit hati mendalam bagi pelaku. Karena beban yang dipikulnya terasa berat. 

Sebetulnya, pembunuhan berencana ini pernah dilakukan sebelumnya. Dengan mencampur racun pada minuman dawet. Namun, karena dosis yang diberikan terlalu rendah, maka hanya menimbulkan pusing dan mual saja. 

Sungguh kejadian yang memprihatinkan. Saat anak merasa terbebani dalam menanggung beban hidup orang tua beserta keluarganya. Sistem sekuler kapitalistik-lah biang keroknya. Sistem ini menjauhkan segala aturan agama dalam menjalankan kehidupan. Tak ayal, segala kekacauan pasti ditimbulkan. Mulai dari sifat egois, sensitif, tak mau direpotkan, hingga akhirnya berujung pada tindakan nekat yang brutal. Inilah sikap amoral yang dihasilkan dari sistem yang gagal mengatur kehidupan. 

Diperparah lagi, adanya sistem yang kapitalistik. Segalanya dihitung dengan materi. Segala kehidupan tanpa pondasi iman dan takwa, semakin terbebani dengan kebutuhan hidup yang mahal. Akhirnya hidup tak dianggap sebagai anugerah. Semuanya membuat gerah. Frustasi, depresi menjadi ujung setiap masalah. 

Segala situasi ini pun, secara tak langsung dipengaruhi berbagai kondisi yang ada. Negara yang acuh terhadap segala kebutuhan rakyatnya. Segala sumberdaya dikapitalisasi. Hasilnya, semua harga-harga kebutuhan hidup mahal. Mulai dari sandang, pangan, papan, pendidikan hingga kesehatan. Semuanya memberatkan kehidupan. 

Jika ditengok dari sudut pandang Islam, setiap nafkah yang diberikan kepada keluarga adalah bernilai ibadah yang luar biasa. Syariat Islam menyetarakan setiap manusia yang mencari nafkah untuk kehidupan keluarga setara dengan pahala berjihad. Dengan syarat, segala tindakan dilakukan atas dasar iman dan takwa hanya kepada Allah SWT. semata. 

Baginda Rasulullah SAW menyebutkan pada suatu riwayat bahwa Allah SWT mencintai pekerja keras yang mencari nafkah bagi keluarganya. Allah SWT. pun mencintai tulang punggung keluarga yang memilih bekerja keras daripada meminta-minta untuk memenuhi kebutuhan nafkah keluarganya.

Imam Al-Ghazali mengutip hadits riwayat Ibnu Majah dari Imran bin Hushain, yang artinya “Dalam hadis lain Rasulullah SAW bersabda, ‘Allah menyukai orang fakir yang apik dan yang menjadi tulang punggung keluarga,’” (HR Ibnu Majah).

Dalam sebuah riwayat, Rasulullah SAW. bersabda, yang artinya
"Memangnya jihad di jalan Allah itu hanya yang terbunuh (dalam perang) saja? Siapa yang bekerja untuk menghidupi orang tuanya, maka dia di jalan Allah, siapa yang bekerja menghidupi keluarganya maka dia di jalan Allah, tetapi siapa yang bekerja untuk bermewah-mewahan (memperbanyak harta) maka dia di jalan thaghut.” (HR Thabrani).

Dalam kitab Riyadlus Shalihiin, Syaikh Muhammad bin Sholeh Al ‘Utsaimin rahimahullah menjelaskan mengenai pahala sedekah untuk keluarga, 
“Sebagian orang tatkala bersedekah untuk fakir miskin atau yang lainnya maka mereka merasa bahwa mereka telah mengamalkan amalan yang mulia dan menganggap sedekah yang mereka keluarkan itu sangat berarti. Adapun tatkala mengeluarkan harta mereka untuk memberi nafkah kepada keluarganya maka seakan-akan perbuatan mereka itu kurang berarti, padahal memberi nafkah kepada keluarga hukumnya wajib dan bersedekah kepada fakir miskin hukumnya sunnah. Dan Allah lebih mencintai amalan wajib daripada amalan sunnah.”

Betapa utamanya posisi para pejuang nafkah keluarga. Di dalamnya terkandung maslahat yang luar biasa. Bahkan dijanjikan akan bersanding dengan Baginda Nabi SAW. MasyaAllah.

Saat akidah Islam menjadi pedoman kehidupan, segalanya menjadi aman. Bahkan rahmat dan berkah Allah SWT. tercurah melimpah. Akidah Islam memberikan pondasi yang luar biasa bagi setiap Muslim dalam berpikir dan bertindak. Menghindarkan diri dari segala perbuatan buruk yang dilarang syariat Islam. Syariat Islam pun menjadi benteng yang tangguh bagi setiap Muslim. 

Akidah yang sempurna hanya dapat dilahirkan dalam penerapan Islam yang menyeluruh di setiap bidang. Dalam satu wadah yang shahih, khilafah manhaj an Nubuwwah. Tak ada pilihan lain. Karena inilah satu-satunya metode yang dicontohkan Rasulullah SAW. untuk mencapai kesejahteraan umat. Sejahtera lahir dan batin.

Wallahu a'lam bisshawwab.


Oleh: Yuke Octavianty
Forum Literasi Muslimah Bogor
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar