Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Banjir Berulang, Buah Kerakusan Kapitalis


Topswara.com -- Musim penghujan beberapa pekan terakhir telah berdampak bencana banjir di beberapa daerah di Indonesia, tak sedikit mengeluhkan akan bencana banjir yang terus berulang apabila telah masuk musim penghujan.

Hujan dengan intensitas tinggi terjadi di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, selama dua hari terakhir. Cuaca ekstrem itu menyebabkan sejumlah titik terjadi bencana. BPBD Cilacap menyebut ada tiga jenis bencana yang terjadi selama dua hari ini antara lain tanah longsor, banjir, dan tanah bergerak.

"Bencana tanah longsor dialami enam desa di empat kecamatan, bencana tanah bergerak ada di dua desa di dua kecamatan, dan bencana banjir di empat desa di dua Kecamatan," kata Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Cilacap Budy Setiawan, Rabu (26/10/2022).

Kemudian banjir juga terjadi di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya diguyur hujan dengan intensitas sedang hingga lebat pada Selasa, 25 Oktober 2022. Akibatnya, Bendung Katulampa menjadi Siaga 3 (Waspada), Pos Depok Siaga 3 (Waspada), dan Pintu Air Manggarai Siaga 3 (Waspada) serta terdapat genangan di beberapa titik di wilayah DKI Jakarta.

Banjir juga terjadi akibat curah hujan yang tinggi hingga mengakibatkan luapan Sungai Cikidang dan Citanduy di Desa Tanjungsari, Sukaresik, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat belum surut hingga Rabu (26/10/2022) petang. Ketinggian air di permukiman serta jalan mencapai 70 centimeter hingga 1 meter.
Bahkan, dampak banjir justru semakin meluas. 

Berdasarkan data Desa Tanjungsari, jumlah warga yang terdampak banjir mencapai 745 Kepala Keluarga. Selain permukiman, banjir juga merendam 90 hektare lahan pertanian. Alhasil, petani terancam gagal panen karena mayoritas padi siap panen. Dan masih banyak lagi wilayah tanah air yang terendam banjir.

Banyaknya bencana alam yang melanda Indonesia ini, semakin menunjukkan dampak kerakusan para pemilik modal. Harusnya kita menyadari bahwa bencana ini datang disebabkan dosa-dosa dan kemaksiatan manusia.

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia agar Allah menimpakan kepada merka sebagian dari (akibat ) perbuatan manusia, supaya mereka kembali (ke jalan yang benar.” (TQS. Ar-Rum [30]: 41)

Akan tetapi, kebanyakan manusia tidak menyadari hal ini. Justru para pemilik modal semakin tumbuh subur dalam habitat sistem kapitalisme dengan demokrasi sebagai sistem politiknya. 

Kalau kita telusuri lebih lanjut, keserakahan pemilik modal dalam eksploitasi sumber daya alam secara besar-besaran tidak terjadi dengan sendirinya. Ada tangan-tangan birokrasi yang mempermulus hegemoninya. Sesuai dengan mandate Washington Consensus, harus terjadi liberalisasi, privatisasi, dan deregulasi agar tercipta negara neo liberal.

Pembabatan hutan yang tidak lagi mengindahkan keseimbangan ekologi tersebut semata-mata dilakukan demi kepentingan ekonomi. Tentu ini berdampak negatif terhadap kelangsungan hidup penduduk Indonesia dalam jangka panjang. 

Deforestasi tersebut tidak hanya meningkatkan produksi gas emisi karbon yang membuat suhu udara semakin panas tetapi juga berdampak negatif bagi kehidupan masyarakat, seperti longsor, banjir. Keanekaragaman hayati hutan yang bermanfaat bagi manusia, dimusnahkan tanpa ampun, termasuk melalui pembakaran, yang membahayakan banyak orang. Pendek kata, pengelolaan lahan secara liberal telah mengakibatkan kerugian yang tak terpermanai bagi penduduk Indonesia.

Alhasil, konsep Islam dalam masalah pertanahan sangat berbeda dibandingkan dengan sistem kapitalisme yang diterapkan di negara ini, yang kerap didikte oleh kepentingan pemodal.

Adapun hukum Islam, sepenuhnya digali dari sumber hukum yang berasal dari Zat Yang Mahaadil, Allah SWT. Namun, hukum-hukum tersebut hanya dapat diterapkan jika suatu negara mengadopsi Islam sebagai dasar negara, sekaligus menjadikannya sebagai satu-satunya sumber hukum.

Sistem ekonomi Islam membagi kepemilikan menjadi tiga bagian, yaitu kepemilikan individu, kepemilikan umum, dan kepemilikan negara. Islam hanya memberikan ruang kompetisi antarindividu pada kepemilikan individu. Adapun kepemilikan umum dan negara masuk ke baitulmal dan dikelola negara.

Rasulullah SAW. bersabda:

“Kaum Muslim berserikat dalam tiga perkara, yaitu padang rumput, air, dan api.“ (HR Abu Dawud)

Ketiga elemen penting ini tidak boleh di miliki atau di kuasai oleh individu yang rakus akan kepemilikan, sehingga tak peduli dampak yang akan terjadi di karenakan kerakusan para Kapitalis. Oleh karenanya sistem Islam lah satu-satunya harapan yang akan menyelamatkan negri. Sehingga terwujud Islam Rahmatan Lil A'lamiin.

Wallahu a'lam Bishshawwab


Oleh: Wakini
Aktivis Muslimah
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar