Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Mengenal Fenomena Generasi Sandwich


Topswara.com -- Direktur Institut Muslimah Negarawan, Dr. Fika Komara menjelaskan terkait fenomena generasi sandwich yaitu generasi dengan beban atau jepitan ekonomi yang luar biasa. 

"Berdasarkan survei yang dilakukan Kompas (8/9/2022) ditemukan fenomena generasi sandwich di Indonesia sebesar 56 juta dan yang termasuk generasi sandwich yaitu generasi dengan beban atau jepitan ekonomi yang luar biasa," bebernya dalam kanal YouTube Peradaban Islam ID: "Kenalan Sama Generasi Sandwich, Apa yang Membuat Mereka Terjepit? Senin (19/9/2022).

Kemudian ia melanjutkan bahwa proporsi terbesar dalam generasi ini adalah pertama, generasi gen Y (24-30 tahun), kedua, generasi gen X (40-55 tahun) dan ketiga, generasi gen Z (kurang dari 24 tahun). 

"Generasi sandwich ini menanggung beban tiga generasi sekaligus yaitu generasi orang tuanya, dirinya, dan anak-anaknya dan generasi sandwich ini identik dengan beban finansial atau beban ekonomi," tambahnya. 

Lalu ia menyampaikan bahwa penyebab generasi sandwich ini bisa dikembalikan kepada dua hal yaitu: Pertama, tata nilai (sistem nilai). Di mana semua dinilai dengan materi. Sebagai contoh, orang yang sekarang sudah bekerja keras tapi gajinya tidak pernah naik tapi suguhan di media sosial selalu memamerkan gaya hidup yang membuat mereka menilai bahwa dirinya telah gagal dan tidak pernah mencapai kesuksesan. 

"Jadi generasi sandwich ini dikaitkan dengan frustasi sosial sebagaimana disampaikan oleh sosiolog dari Universitas Islam Negeri Jakarta yang mengatakan, nasib generasi sandwich di Indonesia, terutama yang berpendapatan rendah. Mereka dipaksa oleh keadaan untuk bekerja tanpa pernah mencapai tingkat kesejahteraan yang memadai," paparnya. 

Maka menurutnya, kalau kita berbicara nilai maka harus dikenbalikan pada Al-Qur'an contohnya dalam surat Thaha ayat 125 dalam surat ini Allah menggambarkan orang yang berpaling dari nilai-nilai Islam atau buta maka akan memperoleh kehidupan yang sempit. 

"Lalu yang kedua, terkait sistem. Negara harus berperan sebagai pihak yang melindungi rakyatnya. Melihat pada sistem ekonomi makro saat ini, terlihat bahwa politik ekonomi kapitalis telah memberikan kehidupan yang sempit," ungkapnya. 

Lalu menurutnya, berbeda dengan Islam sebagaimana digambarkan dalam kitab ekonomi Islam karya Syekh Taqiyuddin An-nabhani, jaminan kebutuhan pokok rakyat harus dilihat secara individu perindividu. Sementara pada sistem sekarang negara mengambil sistem ekonomi kapitalis. 

"Inilah yang menyebabkan individu-individu rakyat tidak bisa berpikir panjang karena rakyat fokus pada kebutuhan perutnya sehingga mustahil menghasilkan pemimpin yang besar dan berprestasi," tegasnya. 

Ia pun menyampaikan bahwa, generasi sandwich itu ada karena dia merupakan potret produk bangunan dari sistem kapitalis yaitu manusia yang terjepit dalam kehidupan yang sempit, cinta dunia, jiwa yang kerdil dan akhirnya dihantui oleh penyakit-penyakit mental. 

"Mereka ini adalah anak-anak kita yang harus kita selamatkan. Maka, kita harus mampu menggambarkan bahwa Islam itu sebuah tawaran dan solusi, agar generasi sandwich ini bisa berubah menuju lebih baik, lebih kritis, tidak mudah terbawa arus," tutupnya.[] Emmy
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar