Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Sistem Rusak Menjauhkan Anak Taat Syariat

Topswara.com -- Generasi adalah aset berharga bagi bangsa dan umat manapun. Generasi yang kita harapkan adalah generasi yang tidak hanya unggul dalam sains dan teknologi, tetapi juga taat kepada Allah SWT. sebagai Penciptanya. Menjalankan seluruh apa yang Allah perintahkan dan menjauhi segala yang Allah larang. Sehingga terbentuk dalam dirinya kepribadian Islam.

Namun sayang melalui sistem pendidikan yang berlaku saat ini, hal di atas tidak mudah diwujudkan bahkan cenderung sulit. Dilansir dari detik.com (29 Juli 2022), Yuliani, seorang siswi kelas 10 di SMAN 1 Banguntapan Bantul  Daerah Istimewa Yogyakarta, melapor bahwa ia dipaksa harus memakai hijab oleh guru BK di sekolah tersebut saat MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah). Bahkan mengaku dirinya sempat depresi, mengurung diri di kamar dan tidak mau berbicara dengan orang tuanya. 

Kejadian tersebut mendapat atensi dari beberapa pihak seperti Ombudsman setempat hingga Disdikpora. Beberapa pihak tenaga BK akan dipanggil untuk dimintai keterangan, benarkah ada pemaksaan atau bagaimana? 

Dinas sendiri memberi penjelasan bahwa tidak boleh seorang siswi diwajibkan mengenakan hijab kalau belum bersedia, apalagi kalau sekolahnya bukan berbasis agama. Pemaksaan penggunaan hijab di sekolah negeri yang bukan berbasis agama bisa termasuk kategori perundungan.

Betapa sedih menyaksikan peristiwa tersebut. Sekolah yang ingin membiasakan muridnya menutup aurat disebut pemaksaan bahkan dikategorikan sebagai perundungan. Padahal orang tua yang menghendaki anaknya menutup aurat yang diwajibkan oleh Allah SWT. akan sangat terbantu bila sekolah turun tangan dalam pelaksanaannya. 

Kita akui ada kondisi anak lebih nurut kepada gurunya di sekolah dibanding orang tuanya. Diharapkan pembiasaan menutup aurat kemudian ditindaklanjuti dengan penjelasan bahwa menutup aurat adalah kewajiban dari Allah SWT. sehingga akan muncul kesadaran walaupun awalnya terkesan dipaksakan.

Anak sekolah yang sudah sampai usia balig, bukan hanya tidak mau menutup aurat, shalat lima waktu, shaum di Bulan Ramadan sudah banyak yang meninggalkan, bahkan terjerembab kepada berbagai kemaksiatan dan tindak kriminal. 

Miras, seks bebas, pelacuran, geng motor, perjudian semakin mengkhawatirkan. Mereka pun terbuai dengan bermacam hiburan, permainan, pesta-pesta dan hura-hura. Mereka lakukan semata-mata untuk mencari kepuasan dan kesenangan, tak peduli kepada agamanya.

Kondisi di atas berpulang kepada satu penyebab mendasar yaitu penerapan sistem kapitalisme sekular. Kapitalisme dengan ide liberalnya telah menjauhkan anak didik bahkan masyarakat secara umum dari ketaatan. 

Syariat dipojokkan, HAM selalu jadi alasan untuk membungkam amar makruf nahi mungkar. Asas pendidikan yang sekuler (memisahkan agama dari kehidupan) secara perlahan terus menggerus identitas keislaman pelajar. 

Pelajaran agama yang diajarkan di sekolah hanya formalitas belaka, tidak ada strategi menjadikan tuntunan agama dipahami, berikutnya diamalkan oleh peserta didik. Sebaliknya paham kebebasan atas nama HAM semakin menguat hingga berpengaruh dalam prilaku kesehariannya. 

Perbaikan tambal sulam sistem pendidikan, baik kurikulum, sertifikasi guru, metodologi pengajaran, dan yang lainnya tidak akan menghasilkan out put yang diharapkan, selama asasnya masih sekular. Barat dijadikan kiblat, berlepas diri dari pendidikan ala Nabi.

Para orang tua yang menghendaki anaknya shalih dan shalihah dibuat bingung memilih sekolah. Sebab sebagus apapun lembaga pedididikan yang ada di bawah naungan kapitalisme sekular, akan dipaksa mengikuti kebijakan yang berlaku. 

Anak didik yang sekolahnya islami suatu saat harus kembali ke tengah masyarakat yang bercorak sekuler. Para orang tua hanya bisa memaksimalkan ikhtiar memilihkan sekolah yang banyak pelajaran agamanya di samping pelajaran lainnya.

Menyelamatkan generasi haruslah menjadi perhatian kita semua. Sebab generasi yang akan datang ditentukan oleh generasi sekarang. Di antara mereka kelak akan ada yang menjadi pemimpin. Bagaimana bisa seorang pemimpin yang melanggar syariat atau fasik akan mampu membawa bangsa dan umatnya selamat dari murka Allah SWT.

Corak sebuah sistem pendidikan bergantung kepada asasnya. Jika asasnya sekular maka out put yang dihasilkan adalah generasi sekuler. Begitupun pendidikan Islam, karena asasnya akidah Islam, out put yang dihasilkan adalah generasi yang menjadikan Islam sebagai tuntunan kehidupannya. 

Pendidikan berbasis akidah Islam mensyaratkan negara menerapkan Islam kaffah. Sehingga akan terbentuk sinergi antara orang tua, lembaga pendidikan, dan aturan negara yang diberlakukan. Orang tua atau keluarga sebagai elemen pertama dan utama mengenalkan berbagai kewajiban yang dibebankan oleh Allah SWT. di rumah. Melakukan pembiasaan semisal menutup aurat sejak dini. Agar kelak setelah dewasa sudah siap melaksanakannya tanpa terpaksa. 

Masyarakat yang di dalamnya ada sekolah melanjutkan pendidikan dengan membina mereka taat syariat, serta menghidupkan amar makruf nahi munkar. 

Peran negara yang menerapkan sistem Islam menduduki posisi strategis membentuk generasi islami melalui penyelenggaraan sistem pendidikan berbasis akidah Islam. Selain itu negara berperan memberlakukan sanksi bagi yang melanggar syariat, sehingga umat berada dalam rel ketaatan. 

Melaksanakan kewajiban tidak ditunggu adanya kesadaran, tapi harus disadarkan. Tidak akan terjadi seperti saat ini pelaku kemaksiatan begitu berani menunjukkan eksistensinya karena didukung sistem sekuler.

Oleh karena itu hanya dengan kembali kepada sistem Islam generasi akan terselamatkan, dunia hingga akhiratnya. Selama berabad-abad sistem Islam yaitu khilafah yang dulu tegak telah membuktikannya. Banyak yang mengusai ilmu-ilmu kehidupan, sekaligus memiliki keluhuran akhlak dan menjadi pribadi yang taat.

Wallahu a'lam bi ash shawwab



Oleh: Enok Sonariah
Pegiat Dakwah dan Ibu Rumah Tangga
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar