Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Merindukan Kemerdekaan Hakiki bagi Negeri


Topswara.com -- “Aku menyeru kalian untuk menghambakan diri kepada Allah dan meninggalkan penghambaan kepada sesama hamba (manusia). Aku pun menyeru kalian agar berbeda dalam kekuasaan Allah dan membebaskan diri dari penguasaan oleh sesama hamba (manusia).” (Al-Hafizh Ibnu Katsir, Al Bidayah wa An-Nihayah, v/553).

Bulan Agustus identik dengan peristiwa yang sangat luar biasa. Menurut historis sejarah, tepatnya pada tanggal 17 Agustus 1945 yang pada saat itu dikumandangkannya proklamasi sebagai tanda bahwa rakyat Indonesia telah merdeka dan terbebas dari para penjajahan.

Pada tahun ini, berarti telah memasuki peringatan HUT RI ke-77 dengan mengusung tema “Pulih lebih cepat, bangkit lebih hebat”. Penyambutan HUT RI ke-77 kali ini tentunya digelar secara meriah bahkan hal itu disambut antusias oleh masyarakat dengan melakukan pemasangan bendera merah putih dan mengadakan berbagai macam perlombaan.

Namun, dibalik itu semua timbul tanda tanya dibenak kita, apakah Indonesia ini telah merdeka seutuhnya? Memaknai “Merdeka” tentunya dapat diartikan sebagai bebas dari belenggu dan cengkeraman penjajahan. 

Jika ditelisik memang selama ini kita sudah merdeka karena tidak terjadi lagi peperangan serta pertumpahan darah yang terjadi melalui perlawanan fisik. Tetapi secara nonfisik kita masih dicengkeram dan dijajah oleh penjajahan gaya baru yakni penjajahan melalui kontrol penjajah atas aspek ekonomi, politik, hukum, sosial, keamanan, pendidikan, hingga kesehatan yang tujuan akhirnya sama, yaitu mengalirkan kekayaan wilayah yang dijajah ke negara penjajah.

Evaluasi dan refleksi kemerdekaan mesti berfokus pada makna hakiki kemerdekaan. Kemerdekaan yang dimaksud meliputi merdeka individu, masyarakat, dan negara. 

Jika kita merefleksi semua peristiwa di negeri ini, tentunya dampak penjajahan gaya baru ini jauh lebih mengerikan dibandingkan dengan penjajahan lama. Jika penjajahan lama hanya menyerang bagian fisik saja, sedangkan penjajahan gaya baru hari ini menyerang lewat pemikiran asing yang dicekoki ke tubuh kaum Muslim. 

Orang-orang kafir penjajah tidak akan lelah untuk terus mendangkalkan akidah umat melalui fashion, food, dan fun, tidak sedikit generasi remaja yang terjebak dalam gaya hidup bebas ala barat. Adapun dampaknya yaitu pergaulan bebas, penyalahgunaan miras dan narkoba, tawuran, hingga pembunuhan.

Kemerdekaan meliputi merdeka secara individu, masyarakat, dan negara. Bagaimana dengan Individu yang dikatakan merdeka? Individu yang merdeka yaitu terbebas dari belenggu kekufuran serta bebas dari pemikiran asing kapitalis-sekularisme yang merusak. 

Sedangkan masyarakat merdeka yaitu pola pikir dan gaya hidupnya terbebas dari jeratan budaya barat serta sesuai dengan hukum syarak. Masyarakat merdeka bermakna bahwa kaum muslim berhak bebas untuk menerapkan aturan bermasyarakat sesuai hukum Islam. 

Namun nyatanya, hari ini masih banyak penindasan, diskriminatif, penistaan agama yang terjadi pada kaum Muslim. Apakah itu yang disebut dengan merdeka? Tentu tidak! Kemudian negara merdeka adalah negara yang terbebas dari belenggu penjajahan, baik secara fisik maupun nonfisik. Serta dapat melindungi rakyatnya dan tentunya tidak ada tekanan dari negara lain.

Dalam Islam, kemerdekaan hakiki ialah kemerdekaan yang bersumber dari Sang Khaliq yaitu bebas dari penghambaan pada makhluk lain serta tunduk dan patuh dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya sebagai wujud penghambaan kepada Allah SWT. itulah yang dinamakan kemerdekaan hakiki. Islam mampu memerdekakan manusia dan bangsa dari segala bentuk penjajahan, eksploitasi, penindasan, diskriminatif, kezaliman juga penghambaan kepada manusia lainnya.

Wahai kaum muslim, sesungguhnya negeri ini belum merdeka seutuhnya karena pada faktanya hari ini penghambaan kepada sesama manusia serta kepentingan asing masih terjadi di negeri ini. 

Maka, sudah seharusnya kita melihat kembali dan berusaha memperbaiki kondisi di negeri ini agar jangan terlena dengan urusan dunia yang sementara, sebab merdeka artinya hanya menghamba kepada Allah SWT. bukan kepada materi juga manusia. Sudah saatnya kita kembali ke sistem Islam kafah karena hanya Islam saja yang mampu memberikan kemerdekaan secara hakiki dan dapat membebaskan manusia dari penghambaan selain kepada Allah.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

ÙˆَÙ…َا Ø®َÙ„َÙ‚ْتُ الْجِÙ†َّ Ùˆَا Ù„ْاِ Ù†ْسَ اِÙ„َّا Ù„ِÙŠَعْبُدُÙˆْÙ†ِ
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Az-Zariyat [51]: 56).

Wallahualam bissawab.


Oleh: Tasyati Nabila
Aktivis Muslimah
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar