Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Menahan Amarah


Topswara.com -- Setiap manusia bisa marah. Hanya saja yang membedakan adalah apa yang menyebabkan manusia marah dan bagaimana merespons amarah tersebut. Marah dilarang dalam Islam, karena marah dapat menghilangkan akal. 

Sedihnya, dia bisa melakukan kejahatan yang tak terkendalikan, terlebih ketika marah manusia dengan mudah mengikuti bisikan-bisikan setan. Inilah mengapa marah dilarang di dalam Islam. Dalam sebuah hadis dikatakan, "Janganlah marah, maka bagimu surga." (HR Ath-Thabrani). 

Rasulullah Muhammad shalallahu alaihi wasallam bersabda, "Barang siapa menahan amarah padahal ia mampu melakukannya, pada hari Kiamat Allah akan memanggilnya di hadapan seluruh makhluk, kemudian Allah menyuruhnya untuk memilih bidadari yang ia sukai." (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah).

Marah adalah godaan setan yang terkutuk. Jika sudah terbawa bujuk rayunya, maka setan akan terus menghembuskan kedengkian, hasad, dan dikhawatirkan menyebabkan pelaku yang marah melakukan kecurangan, kejahatan, kemaksiatan yang lebih parah lagi. Oleh karena itu, ketika marah dan untuk menahannya, dalam sebuah hadis dianjurkan untuk diam dan meminta perlindungan Allah Subhanahuwa wata'ala. 

"Dan jika setan datang menggodamu, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar Maha Mengetahui." (TQS. Al- Araf: 200)

Rasulullah Muhammad shalallahu alaihi wasallam bersabda: "Apabila seorang dari kalian marah, hendaklah ia diam." (HR Ahmad dan Bukhari).

Banyak kasus karena tersulut amarah, terjadi baku hantam hingga sama-sama saling menyakiti, bahkan sampai tewas. Contohnya, marah karena tidak punya uang, anaknya disiksa hingga ada yang meninggal. Marah karena cemburu, hingga membunuh pasangannya, dan masih banyak lagi. 

Terkadang segala permasalahan yang sedang mendera kita, dicarikan solusinya. Tetapi, karena manusia belum bisa menerima kenyataan, justru marahnya yang didahulukan. Padahal, masalahnya tidak akan selesai dengan marah, justru marah malah memperuncing keadaan. Di sinilah mengapa pahala menahan amarah begitu besar.

Tetapi, ada kalanya Islam menyuruh umatnya untuk marah terhadap suatu hal. Marah yang diperbolehkan adalah marah karena agama Islam dihina, marah melihat kemungkaran, dan marah ketika Nabi, ulama, atau saudaranya dilecehkan. Marah tersebut adalah cerminan keimanan kita. Hanya saja semarah-marahnya umat Islam ketika agamanya dihina harus tetap marah sesuai tuntunan syariat, tidak boleh marah mengikuti hawa nafsunya.

Oleh karena itu, ketika kita marah, harus dicek kembali. Kita marah karena apa? Marah itu letaknya di dalam hati dan pikiran, tetapi sikap kita harus tetap terkontrol. 

Jangan sampai kemarahan menghilangkan akal, sehingga melanggar hukum syarak. Fokus ke solusi, bukan ke bisikan nafsu dan setan. Pasti, orang-orang yang ekspresi marahnya tidak sesuai dengan syariat akan berbuah penyesalan. Semoga Allah memberi kita hati yang lembut dan mampukan diri untuk menahan amarah. Aamiin ya Rabb.[] Ika Mawarningtyas
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar