Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Investasi Asing Masuk Kota Medan dan Ancaman Liberalisasi Sumber Daya Alam


Topswara.com -- اَفَحُكْمَ الْجَـاهِلِيَّةِ يَـبْغُوْنَ ۗ وَمَنْ اَحْسَنُ مِنَ اللّٰهِ حُكْمًا لِّـقَوْمٍ يُّوْقِنُوْنَ

“Apakah hukum jahiliah yang mereka kehendaki? (Hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang meyakini (agamanya)?” (QS. Al-Ma’idah [5]: 50).

Kedatangan Gwangju ke Kota Medan dengan mengunjungi pasar Petisah yang bertujuan ingin menjalin kerja sama dibidang pemasaran. Usai pertemuannya dengan Wali Kota Bobby Nasution, perwakilan dari pemerintah Korea Selatan tersebut meminta agar diizinkan menanam investasi atau modal di sekitar Petisah.

Dengan ia membuka cabang yang bernama Y-Mark di sekitar Petisah. Permintaan ini tentu disambut baik oleh Wali Kota Medan, karena katanya dapat menunjang perekonomian untuk Kota Medan. (tribunnews.com, 21/6/2022).

Mengapa setingkat Wali Kota di zaman sekarang makin mudah menerima ajakan untuk bekerja sama dengan pihak asing? Padahal dibalik itu semua mereka tahu dari kepentingan tersebut ada konsekuensi yang harus dihadapi. 

Jangankan berbicara mengenai nasib warga Medan, bagaimana perihal yang lebih besar lagi yaitu Indonesia? Akibat menjalin kerja sama dengan pihak asing, tidak sedikit SDA yang begitu berlimpah dikeruk habis-habisan dan dikuasai oleh pihak asing.

Hal ini pun tidak menutup kemungkinan akan terjadi juga bagi warga Medan, mengapa Wali Kota tidak memikirkannya dengan waktu yang cukup lama, tetapi begitu sebentar saja sudah langsung menyetujuinya. Perihal ini bukan hanya mengancam perekonomian rakyat, tetapi akan mengancam nasib hidupnya, karena yang dikhawatirkan, akibat dari teken kontrak yang dilakukan Wali Kota, rakyat kecil yang berpenghasilan minim akan tersingkirkan. Bayangkan, bukankah ketika Gwangju berinvestasi, ada kemungkinan ia akan berkuasa dan bertindak sesukanya dalam menguasai perekonomian?

Nasib penjual kaki lima atau kios-kios yang sudah lama berjualan akan tersingkirkan. Sebab, warga sekitar pasti banyak yang berkunjung dan membeli ke tempat yang bernama Y-Mart.

Yang mana akan dibangun sebagai pusat perbelanjaan yang diharapkan Wali Kota bisa membangun perekonomian rakyat. Padahal, ini bukti menyengsarakan rakyat, dan kejadian ini serupa dengan pusat perbelanjaan Suzuya, Trasmedan, dan masih banyak lagi pusat perbelanjaan yang serba modern dan rata-rata pemiliknya adalah asing.

Memang betul, jika soal rezeki ada ditangan Allah SWT. yang tidak akan pernah tertukar kepada pemiliknya selama usaha terus dijalankan. Namun persoalannya, dalam hukum kehidupan sesuatu bisa berubah ketika ada usaha dari manusia, pastilah bisa saja keadaan rakyat Medan terancam berubah dengan tidak baik-baik saja akibat pihak asing akan menguasai perekonomian yang seharusnya menjadi hak milik rakyat Medan kini beralih ke tangan asing.

Betapa mirisnya masyarakat Indonesia terkhusus Medan ketika hidup dikubang kapitalistik. Makin terpuruk tidak ada lagi kepedulian pejabat negeri, sudah hilang bak ditelan bumi, demi kepentingan pribadi sampai hati menelantarkan nasib hidup rakyat sendiri.

Tidak salah memang ketika banyak di antara kaum Muslim ingin sistem Islam segera memimpin negeri karena melihat rakyat makin terpukul, berbagai kebutuhannya tidak dijamin oleh negara, rakyat harus berjuang seorang diri untuk memenuhinya. Sementara penguasanya berlepas diri.

Dalam sistem Islam, bekerja sama dengan asing seperti bencana besar yang selalu banyak kerugian yang datang. Seperti yang dialami kaum Muslim ketika Rasulullah SAW. ditawarkan oleh bangsa Romawi sebuah tahta megah di dunia, harta berlimpah, tetapi Rasul tidak diperkenankan memimpin dunia sebagai penguasa.

Jelas ini menjadi ancaman besar untuk Rasul dan manusia yang hidup dimasa itu, karena ketika Rasul menerima tawaran Romawi, maka kaum Muslim akan diperbudak, disingkirkan hak hidupnya. 

Bahwa yang namanya orang asing, non Muslim tidak akan pernah mau memakmurkan kaum Muslim, mereka tidak akan sudi berlaku adil sebagaimana yang dilakukan Rasul selaku pemimpin. Mereka akan berkuasa dengan kekuasaan yang rakus tanpa memedulikan nasib rakyat. Begitulah gambaran nyata dari orang asing, itulah alasan mengapa dalam Islam kaum Muslim dilarang dan berhati-hati mengambil tawaran dari pihak asing.

Sebenarnya masih banyak lagi bukti akibat kerja sama atau kelicikan orang asing terhadap kaum Muslim. Semasa Islam memimpin, seorang pemimpin tidak akan sudi memberikan peluang asing menguasai bahkan memimpin sebuah negeri, tidak sedikit pun dibiarkan pemimpin Muslim, karena ada konsekuensi yang harus dihadapi dan itu sangat menyakitkan untuk masyarakat. 

Seorang khalifah (pemimpin) tidak akan meninggalkan kewajibannya sebagai pemimpin atau sebagai pelayan rakyat, ia akan memberikan hak-hak rakyat dengan penuh tanpa adanya penelantaran. Seperti yang dialami rakyat diera kapitalistik saat ini makin dirugikan dan ditelantarkan secara terang-terangan, bukannya pejabat tidak paham, ia tahu, tetapi sudah buta melihat keadaan sebenarnya bagaimana.

Maka, sekalipun berada di Medan yang kata Wali Kotanya akan menjamin kemakmuran rakyat, akan tunai dengan baik padahal kenyataannya belum sama sekali dapat terwujud dan masih tega memberikan peluang asing menguasai perekonomian negeri. 

Dengan demikian, solusi yang akan memakmurkan Kota Medan memanglah harus sistem Islam, dengan dihadirkannya pemimpin dan pejabat yang memahami akan tugas dan kewajiban mereka sesungguhnya. Kejadian miris, rakyat tidak hidup dengan makmur, tidak pernah ada selama Islam memimpin negeri.

Wallahualam bissawab.


Oleh: Muzaidah
Aktivis Dakwah Muslimah
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar