Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Dakwah dengan Tulisan: Salah Satu Sumbangsih Membangun Peradaban Islam


Topswara.com -- Dalam sebuah surah Fushilat ayat 33 Allah Subhanahuwa wata'ala berfirman: Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah dan mengerjakan kebajikan dan berkata, 'Sungguh, aku termasuk orang-orang muslim (yang berserah diri)?' 

Sejatinya perkataan yang paling baik adalah dakwah, amar makruf nahi mungkar. Yakni, mereka yang ucapannya senantiasa terisi untuk mengajak dalam kebaikan atau mencegah dari keburukan. Jika perkataan terbaik adalah dakwah, begitu pun tulisan. Sebaik-baiknya tulisan adalah tulisan dalam rangka dakwah. Menulis untuk mengajak dalam kebaikan dan mencegah dari keburukan.

Mampu menulis untuk dakwah tentunya butuh effort (usaha) yang lebih. Karena itulah sebaik-baiknya tulisan. Oleh karenanya, menulis untuk dakwah bukan karena kita sudah seperti malaikat yang tak pernah salah. Justru menulis untuk dakwah digunakan untuk menyeru diri sendiri dan pembaca kepada kebaikan. 

Mengapa menulis untuk dakwah itu penting? Pertama, menulis dapat dilakukan untuk mengabadikan ilmu. Coba bayangkan, andai saja para ulama dan orang-orang shalih terdahulu tidak menulis tentang tsaqofah Islam dan banyak ilmu yang mereka temukan, tentunya kita akan menjadi generasi yang buta akan Islam. Tetapi, karena dakwah via perkataan maupun tulisan dilakukan. Kitab-kitab para ulama shalih mampu kita kaji dan nikmati turun temurun hingga saat ini. 

Kedua, menulis dapat berbagi pengalaman atau kisah yang dapat diambil hikmahnya. Peristiwa, kejadian, dan tragedi yang menimpa manusia memang tidaklah sama. Tetapi, jika kita mampu belajar dari kisah seseorang dengan membaca kisah-kisahnya dan pengalamannya tentunya kita mampu mendapatkan kebaikan. Tentunya tulisan kisah tersebut juga ada pesan-pesan dakwah, agar hikmah yang didapatkan pembaca dapat ditargetkan. 

Ketiga, menjadi tabungan pahala. Sesungguhnya dakwah yang kita lakukan mampu menjadi tabungan pahala. Apabila kebaikan yang kita sebarkan diikuti orang lain, balasan kebaikan juga mengalir kepada orang yang mengajaknya. Dalam kitab Sahih Muslim dari Ibnu Mas'ud al-Anshari al- Badari, bahwa Rasul ï·º bersabda: "Barang siapa yang menunjukkan pada kebaikan, maka baginya pahala seperti orang yang mengamalkannya."

Diriwayatkan dalam kitab Sahih Muslim, dari Abu Hurairah Radiyallahu anhu (RA), bahwa Rasul ï·º bersabda: "Barang siapa mengajak menuju hidayah, maka baginya pahala sebagaimana orang yang mengamalkannya, pahala-pahala mereka tiada mengurangi sedikit pun dari pahalanya. Dan barang siapa mengajak menuju kesesatan, maka baginya dosa sebagaimana dosa orang yang mengikutinya, dan dosa tersebut tidak mengurangi sedikit pun dosanya." 

Keempat, menulis untuk dakwah mampu menjadi benteng diri. Ketika menulis untuk dakwah semata-mata mengharapkan Ridha Allah Subhanahuwa wata'ala, akan berdampak kebaikan untuk penulisnya. Apa yang dia tulis mampu menjadi pengingat dirinya ketika futur (lemah iman) dan menguatkannya dalam menjalani kehidupan. Karena manusia hidup tidak lepas dari masalah. Berdakwah lewat tulisan bisa menjadi salah satu cara untuk mengurai masalah yang dihadapi dan mencari solusinya dalam pandangan Islam.

Kelima, dakwah dengan menulis salah satu sumbangsih membangun peradaban Islam. Peradaban Islam dibangun bukan dengan megahnya bangunan dan majunya teknologi, tetapi peradaban Islam yang agung hanya dapat dibangun dengan akidah dan pemahaman Islam yang menghujam kuat pada setiap pemeluknya. Inilah sejatinya yang membangun peradaban Islam. Ketika unsur dari dalam ini terwujud dan mampu mempengaruhi kehidupan, di saat itulah peradaban emas kembali. 

Tidak ada alasan untuk tidak menulis. Semua pasti bisa menulis. Apalagi menulis untuk dakwah, semua hanya butuh terus berlatih. Karena, sejak masuk sekolah, semua diajari menulis. Menulis adalah cara untuk mengungkapkan perasaan dan pemikiran. 

Menulis adalah cara untuk merangkai kata dan kalimat, sehingga menjadi paragraf tulisan yang memiliki gagasan dan jiwa. Maka, seolah-olah jika kita membaca sebuah tulisan, mampu tergambar maksud dan tujuan tulisan tersebut. 

Jika menulis itu mampu menggambarkan jiwa, alangkah indahnya tulisan yang berjiwa dakwah. Semoga kita mampu mengukir pena-pena kebaikan dalam rangka mewujudkan kehidupan yang lebih baik lagi. Yakni, kehidupan Islam yang mampu membawa rahmat ke seluruh alam.[]


Oleh: Ika Mawarningtyas
Pemimpin Redaksi TintaSiyasi.com



Disampaikan dalam Seminar Opini bertajuk Dakwah dengan Tulisan: Salah Satu Sumbangsih Membangun Peradaban Islam yang diselenggarakan Komunitas Corak Karya, Selasa (27/6/2022) di WhatsApp Group Corak Karya.
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar