Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Kerusakan Pemuda Kian Masif, Generasi Butuh Junnah


Topswara.com -- Generasi muda merupakan calon pemimpin masa depan, seperti ungkapan bahwa masa depan bangsa terletak pada genggaman generasi pemuda. Artinya baik buruk suatu umat atau bangsa tergantung pada pemudanya. Namun moralitas anak bangsa Indonesia saat ini kian tergerus oleh paham sekularisme-liberalisme yang menghasilkan kebebasan berperilaku di kalangan kaum muda.

Seperti dilansir dari laman berita (Beritasultra.id, 15/05/2022) Kasus pembusuran makin marak terjadi di Kota Kendari Sulawesi Tenggara (Sultra) yang dilakukan orang tak dikenal (OTK) membuat warga Kendari resah. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Kendari LM Rajab Jinik angkat bicara soal maraknya teror busur akhir-akhir ini. Ia Mengajak lurah dan RT-RW bisa mengidentifikasi remaja yang ada di setiap wilayah. Dan meminta peran orang tua untuk memperketat pengawasan terhadap anak-anaknya karena mayoritas pelaku pembusuran tersebut terjadi di kalangan remaja.

Sementara itu, kasus kejahatan jalanan lainnya seperti begal, gangster, dan tawuran yang kian marak di Jakarta, Depok, Bekasi, dan Tangerang didominasi remaja berusia di bawah 20 tahun dan masih berstatus pelajar. Para remaja ini membentuk komunitas dan ingin menunjukkan eksistensi sebagai kelompok yang kuat dan berani.  (Kompas.com,12/3/2022).

Dari kasus di atas dapat kita nilai bahwa moralitas anak bangsa Indonesia pada zaman sekarang ini sudah sangat memperhatinkan, semakin membuat degradasi moral yang dapat berakibat kepada hancurnya generasi penerus cita-cita bangsa. Sehingga bangsa Indonesia akan mengalami krisis sumber daya manusia yang berkualitas dalam mengisi pembangunan di masa depan.  

Jika kita amati lebih jauh kasus kejahatan jalanan dilakukan oleh pemuda yang dijuluki generasi Milenial dan generasi Z. Itu sebabnya kelompok ini sering mendapatkan sorotan di tengah masyarakat. Generasi ini terdiri dari orang-orang yang lahir pada tahun 80an dan 90an ke atas. Sering juga disebut sebagai generasi NET dan dikenal memiliki karakter yang kuat.

Berikut ciri yang melekat kuat pada kelompok generasi ini:    

Pertama, terlalu berambisi. Sebenarnya generasi milenial dan Z ini cenderung memiliki ambisi yang kuat dalam hidupnya dan hal tersebut mengarah ke sesuatu yang positif. Sayangnya ambisi ini bisa membawa ke arah yang negatif jika tidak dikontrol dengan baik. Ambisi yang terlalu tinggi justru dapat mempersulit untuk bertahan hidup di tengah masyarakat.

Kedua, menyukai hal yang instan. Salah satu karakteristik generasi ini adalah menyukai hal-hal yang instan. Hampir sama seperti generasi milenial yang juga menyukai berbagai hal instan dan mudah. Sifat ini juga sebenarnya tidak terlalu baik karena bagaimanapun juga dalam hidup ini kita harus mengenal dan menghargai sebuah proses. 

Ketiga, cenderung malas. Sehubungan dengan sikap generasi milenial dan Z yang menyukai hal-hal instan, mereka juga cenderung memiliki sifat malas. Mereka tidak terlalu suka melakukan hal-hal yang sulit dan membutuhkan proses panjang. Rasa malas ini jelas menjadi sisi negatif yang sebaiknya dihindari oleh para anggota kelompok generasi Z. 

Keempat, suka membandingkan. Orang-orang yang masuk ke dalam kelompok generasi ini ternyata cenderung suka membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Tidak heran jika banyak orang dari kelompok generasi ini yang mudah mengalami depresi. Hal ini tentu mudah terjadi karena mereka akan melihat kehidupan sendiri tidak sesuai dengan kehidupan orang lain yang menjadi keinginannya.  

Kelima, terlalu bebas di media sosial. Generasi Z juga menjadi kelompok yang sangat akrab dengan media sosial. Generasi ini mengenal teknologi dengan sangat baik dan sering menggunakan media sosial untuk berbagai keperluan. Sayangnya mereka sering kali menggunakan media sosial dengan cara yang tidak bijak atau bisa dikatakan terlalu bebas. 

Keenam, lebih cuek. Kelompok generasi ini juga cenderung cuek dengan kehidupan sosial. Mereka lebih memilih fokus pada diri sendiri dari pada harus bersosialisasi. Sifat ini juga sebenarnya tidak terlalu baik karena bagaimanapun juga manusia adalah makhluk sosial yang butuh sosialisasi. Sementara generasi Z lebih suka mengurus diri sendiri dan justru ingin terhindar dari kehidupan sosial.    

Adapun penyebab kerusakan remaja, pertama, krisis identitas. Krisis identitas ini tidak lain terjadi karena di umur remaja anak akan mengalami perasaan untuk mendapatkan pengakuan dilingkungannya, serta adannya identitas peran yang mulai dijadikan. 

Kedua, kurangnya perhatian dan kasih sayang dari kedua orang tua. Dalam hal ini keluarga memang menjadi lingkungan pendidikan utama dan paling pertama untuk mendidik anak menjadi orang yang berperilaku baik di masyarakat.

Ketiga, kurangnya pemahaman agama. Orang tua perlu memberikan pendidikan agama yang baik kepada anak sedari dini. Sebab melalui pendidikan agama anak bisa mendapatkan nilai-nilai moral yang berlaku di masyarakat. Sehingga mengerti hal-hal apa saja yang mempunyai nilai kebaikan dan yang bersifat merusak yang perlu dihindari.

Keempat, pengaruh lingkungan sekitar. Teman sepermainan atau sebaya memberikan peranan penting bagi setiap remaja yang sedang berkembang. Seorang anak yang berada pada lingkungan pertemanan buruk maka akan mendapat banyak perilaku buruk.

Kelima, tempat pendidikan. Sekolah menjadi lingkungan kedua yang memiliki potensi sebagai tempat dilakukannya kenakalan remaja. Anak-anak bisa saja melakukan berbagai tindakan atau sikap yang melanggar di jam-jam kosong pelajaran.

Sebagaimana kita ketahui pemuda memiliki andil besar dalam sejarah kebangkitan bangsa. Maju mundurnya bangsa tergantung pada kondisi para pemudanya. Jika pemudanya memiliki jiwa yang maju, jiwa besar, dan jiwa kepemimpinan, maka bangsa itu akan maju, besar dan mampu memimpin peradaban dunia. 

Sebaliknya, jika pemudanya menghabiskan waktunya untuk hal-hal yang tidak bermanfaat, apalagi bertentangan dengan nilai-nilai agama, seperti mabuk-mabukan, tawuran, pornografi, dan porno aksi, maka masa depan bangsa itu akan suram.

Yusuf Qardawi pemikir dari Mesir mengatakan “apabila ingin melihat suatu negara di masa depan, maka lihatlah para pemudanya hari ini” ungkapan tersebut menjadi standardisasi dan barometer dalam pembinaan dan pendidikan generasi muda, untuk melanjutkan perjuangan dan menjadi pilar kebangkitan.

Dalam kaidah bahasa Qur’ani generasi muda atau yang disebut “asy-syabab” didefinisikan dalam ungkapan sifat dan sikap seperti: berani merombak dan bertindak revolusioner terhadap tatanan sistem yang rusak. Memiliki standar moralitas (iman), berwawasan, bersatu, optimis dan teguh dalam pendirian serta konsisten dengan perkataan. Seorang yang tidak berputus-asa, pantang mundur sebelum cita-citanya tercapai. 

Oleh sebab itu, kita harus menanamkan karakter kepemimpinan Islam kepada para pemuda. Dengan adanya pendidikan agama sejak dini kepada anak-anak diharapkan bisa menerapkan ilmu agama untuk bekal dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Pemuda yang berakhlak mulia akan menjadi pemimpin yang akan membawa bangsa lebih maju dan bermoral.

Wallahu ‘alam bis shawab

Oleh: Nahmawati
Pegiat Opini
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar