Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Makna Silaturahmi dalam Islam

Topswara.com -- Momen Hari Raya Idulfitri 1443 Hijriah menjadi ajang bagi para politikus untuk bersilaturahmi lebaran. Kegiatan bernuansa politik berbalut silaturahmi mulai sejak hari H lebaran hingga masa libur lebaran dimanfaatkan untuk saling berkunjung. Meski ada kegiatan yang dinilai tidak bernuansa politik, tetap saja ada pihak-pihak yang menggunakan simbol-simbol yang mengarah kepada persiapan menuju Pemilu 2024.

Sejak 10 hari terakhir Ramadhan hingga Kamis (5/5/2022) malam, setidaknya ada dua tokoh yang rajin tampil di muka publik. Keduanya termasuk kandidat kuat calon presiden 2024 di beberapa hasil survei publik, yakni Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Prabowo tercatat melakukan safari silaturahmi sejak hari raya Idul Fitri 1443 Hijriah yang jatuh pada 2 Mei 2022 lalu. Setelah shalat Idul Fitri di kediamannya yang terletak di Hambalang, Bogor, Prabowo langsung berkunjung ke tokoh politik. Kunjungan pertama, usai shalat Ied bersilaturahmi ke Presiden Jokowi di Jogjakarta.

Dalam pertemuan di istana kepresidenan Yogyakarta itu, Jokowi mengaku pertemuan dihadiri olehnya bersama istri, Iriana Widodo dan anak bungsunya Kaesang Pangarep. Prabowo hadir bersama anaknya Didit Prabowo. Jokowi pun mengaku ada perbincangan dengan Prabowo mesti mengklaim tidak ada pembahasan politik maupun ekonomi.

“Tadi kami banyak berbincang-bincang tetapi hal-hal yang ringan-ringan. Bukan politik, nggak, ekonomi juga nggak, dengan semua yang kita bicarakan. Saya rasa yang paling penting sudah saling Silaturahmi, dan juga saling bermaafan. Yang paling penting itu”, imbuh Jokowi, Senin (2/5/2022).tirto,id.

Sudah menjadi suatu kebiasaan setelah bulan Ramadhan dan merayakan hari Raya Idhul Fitri kaum muslimin menjalin silaturahmi dengan keluarga, kerabat, teman-teman sejawat. 

Silaturahmi saling mengunjungi dalam rangka saling bermaafan dan juga menjalin tali kekeluargaan. Namun faktanya yang terjadi akhir-akhir ini para pejabat menjalin silaturahmi berkaitan dengan tujuan kepentingan politik seperti ketika seorang menteri berkunjung kepada presiden, gubernur kepada pimpinan partai. Hari Raya Idul Fitri  dimanfaatkan untuk pendekatan, menguatkan berkaitan dengan agenda-agenda yang akan datang seperti Pemilu tahun 2024.

Penting memahami Silaturahmi atau Silaturahim (ashilah ar-rahim) yang menurut bahasa berasal dari kata “Shilah” dan “arrohimshilah artinya hubungan . Ar-rahim itu (bentuk Jamak dari ar-arham berarti rahim dan kerabat. Kata Arham dalam Al-Qur'an disebut sebanyak tujuh kali dengan makna rahim dan lima kali dengan makna kerabat karena itu silaturahmi secara bahasa adalah hubungan yang muncul karena rahim atau hubungan kekerabatan yang terikat melalui rahim.

Dengan siapa kita menjalin silaturahim? Allah SWT ternyata memerintahkan kita untuk menjalin hubungan dengan kerabat serta berbuat baik kepada mereka kerabat ada dua macam, pertama, kerabat yang mewarisi dan kerabat yang tidak mewarisi seorang jika orang yang tersebut meninggal, mereka berdua kelompok enak Ashabul furudh (orang-orang yang tercantum dalam data penerima warisan) dan al ashabah (mereka yang tidak memiliki bagian yang ditentukan dan dan dari warisan tapi syariah mengatakan bahwa mereka bisa mengambil sisa dari harta warisan)

Kedua, dzawi al-arham. Mereka adalah orang-orang yang tidak mendapatkan bagian dan bukan pula asal bahkan mereka berjumlah 10 orang, caranya menjalin silaturahmi kita bisa dilakukan kapan saja tidak bisa dipungkiri karena kesibukan, jauhnya yang sangat tidak memungkinkan kita untuk bertemu kerabat saat hari raya. 

Oleh karena itu momen ini dimanfaatkan untuk kedekatan satu sama lain dengan kerabat itu hanya ingin mencari ridha Allah dan untuk supaya tidak memutuskan tali silaturahmi karena hukumnya haram. 

Bagimana Islam mengatur hubungan silaturahmi sudah jelas dalam QS.Muhammad 47:22.

هَلْ عَسَيْتُمْ اِنْ تَوَلَّيْتُمْ اَنْ تُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِ وَتُقَطِّعُوْٓااَرْحَامَكُمْ 

Apakah sekiranya kalian berkuasa, kalian akan berbuatkerusakan di bumi dan memutuskan hubungan kekeluarga? (TQS.Muhammad [47]: 22)

Adapun yang dilakukan oleh pejabat pemerintahan pada saat di terapkan sistem sekulerisme, sangat berbeda dalam makna melakukan silaturahmi. Justru mereka menggalang dukungan untuk maju di arena perpolitikan 2024 depan. Jelas yang mereka lakukan bukan silaturahmi, justru menunggangi silaturahmi untuk memuluskan kepentingan politik mereka.

Hal tersebut berbeda pandangan dalam sistem Islam. Aktivitas khalifah yang berkunjung ke daerah-daerah adalah untuk mengontrol seluruh aktivitas yang dilakukan para pembantu khalifah dalam meriayah rakyat.

Pada masa Kekhalifahan Umar Khathab selalu mengontrol pekerjaan yang dilakukan pejabat, menjalankan kebijakan yang diputuskan, yang mana kebijakan tersebut harus merujuk kepada hukum (syariat) untuk kepentingan rakyak, tidak seperti saat ini kebijakan yang dikeluarkan tidak untuk kepentingan rakyat semata kalaupun ada perbuatan yang secara hukum dibolehkan. 

Namun jika yang dilakukan berakibat pada terganggunya prasangka tidak baik di tengah masyarakat, sehingga menimbulkan ketidak nyamanan, maka perbuatan-perbuatan yang memang harus ditinggalkan, karena semata-mata akan menimbulkan polemik yang berkepanjangan, layak untuk di tidak dilakukan atau dibatalkan. 

Islam mengedepankan rakyat dibanding kepentingan sendiri lebih membantingkan di saat yang sama berbenturan dengan walaupun secara hukum, tidak boleh apalagi jika melakukan perbuatan yang melanggar hukum syariah dan tidak untuk kepentingan rakyat, seperti Khalifah Umar pasti akan hukumi,  itulah dalam Islam ya mengontrol apa yang dilakukan oleh para pejabat pembantu Khalifah jumpai kesalahan dalam melakukan riayah kepada rakyat, pasti akan dilakukan untuk memberikan hukuman dan bimbingan atas apa yang dilakukan, mereka tujuannya agar kebenaran tetap terjaga demi memberikan pembelajaran yang baik, buat pejabatnya dengan demikian begitu mereka benar-benar menjalankan hukum syariah dan mengedepankan kepentingan rakyat. Waalahu ‘alam bi ashawwab.

Oleh: Kania Kurniaty
Aktvis Muslimah Asshabul Abrar Kayumanis
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar