Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Ketika Negara Gagal Melindungi Ulamanya


Topswara.com -- Di dalam Islam, ulama punya kedudukan yang tinggi. Kedudukan ulama berbeda dengan orang biasa, meskipun mereka penguasa. Bahkan ada satu ungkapan, "Daging ulama itu beracun". Ungkapan yang sangat populer itu dikatakan oleh seorang pakar hadis, sekaligus sejarawan dari Damaskus (Suriah) yang bernama Ibnu Asakir. 

Walaupun ungkapan itu bukan merupakan hadis Rasul Muhammad SAW, namun sangat tmasyhur, dan mempunyai arti. Betapa kita harus menjaga lisan dan perbuatan, jangan sampai menghina, menjelek-jelekkan ulama, menyakiti hati dan perasaan ulama, memfitnah ulama. Karena jika hal itu sampai terjadi maka akan terkena nasib buruk, bagaikan tubuh yang terkena racun.

Seperti yang terjadi baru-baru ini, ketika  Ustaz Abdul Somad yang biasa disebut UAS hendak pergi ke Singapura, namun ditolak oleh pemerintah Singapura. Menteri Hukum dan Dalam Negeri Singapura, K.Shanmugam, memberi komentar terkait penolakan tersebut. 

Sang menteri mengatakan ada beberapa alasan, mengapa UAS ditolak di Singapura, di antaranya, isi dari ceramah UAS itu dari bahasanya, retorikanya, sangat memecah belah. UAS juga dianggap menyebarkan  ajaran ekstremis dan segregasi yang tidak diterima oleh rakyat Singapura yang multi ras dan multi agama. Selain itu UAS juga menyebut nonmuslim sebagai kafir. (cnbcindonesia.com, 24/5/ 2022)

Sebagaimana dilansir dari Tempo (20/5), UAS pergi ke Singapura itu dalam rangka liburan, bukan ceramah. Duta besar Indonesia untuk Singapura, Suryopratomo mengatakan bahwa UAS bukan dideportasi hanya tidak diijinkan masuk ke Singapura hingga diminta untuk kembali ke Indonesia.

Alasan UAS ditolak di Singapura, sungguh tidak masuk akal. Hanya karena menyampaikan ceramah yang memang harus disampaikan pada umat Islam, hal itu bisa berujung pada penolakan seorang ustaz untuk memasuki suatu negara. 

Padahal ceramah beliau disampaikan sudah beberapa waktu yang lalu. Beliau pun pergi ke Singapura bukan dalam rangka untuk ceramah melainkan hanya sekadar liburan semata. Ternyata Singapura pun mengalami islamofobia akut.

Di Indonesia, banyak yang protes terhadap sikap pemerintah Singapura karena sudah menolak kehadiran UAS. Walaupun ada juga yang membela Singapura terkait penolakan terhadap UAS. Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Prof. Mahfud MD juga menegaskan bawa pemerintah tidak bisa mencampuri keputusan Singapura yang menolak UAS. Mahfud beralasan bahwa pemerintah Singapura punya kebijakan sendiri dan tidak bisa diintervensi negara lain. (cnnindonesia, 18/5/ 2022)

Sikap pemerintah Indonesia yang seperti itu, seolah-olah berlepas tangan dan tidak mau tahu. Ada masalah penolakan dari negara tetangga terhadap warga negaranya yang notabene seorang ulama pun mereka tak bergeming. Sikap yang tidak terpuji memang kerap ditunjukkan oleh negara jika menyangkut apapun yang terkait dengan ulama yang menyampaikan sesuatu secara benar.

Indonesia, dengan jumlah Muslim terbesar di dunia, membiarkan begitu saja ketika ulamanya mendapat perlakuan diskriminatif dari negara tetangga. Itu membuktikan bahwa negara sudah gagal melindungi warga negaranya. 

Walaupun banyak yang protes terkait masalah tersebut, namun negara tidak bergeming, tidak mengambil tindakan apa-apa. Kasus seperti itu dibiarkan begitu saja. Negara seakan-akan ingin mengatakan, hormati keputusan tuan rumah yang tidak mau menerima tamu.

Sikap negara juga tidak jauh berbeda, ketika Kedutaan Besar Inggris yang ada di Jakarta mengibarkan bendera pelangi. Negara, melalui Kementerian Luar Negerinya hanya memanggil duta besar Inggris untuk membicarakan mengenai pengibaran bendera pelangi itu. Negara sama sekali tidak melakukan tindakan tegas, hanya menuntut permintaan maaf.

Sementara protes tetap terjadi dari kalangan umat Muslim. Sungguh suatu sikap yang sangat lunak terhadap Inggris. Padahal dengan pengibaran bendera pelangi tersebut, Inggris secara tidak langsung ingin "memberi pelajaran" pada rakyat Indonesia agar menghargai HAM dan kaum pelangi. (detiknews.com, 25/5/2022)

Dari kedua kasus yang terjadi, sikap yang diambil negara seharusnya sangat tegas. Bisa saja negara memutuskan hubungan diplomatik dengan Singapura dan Inggris. Atau bisa saja negara mengusir duta besar Inggris yang ada di Jakarta kembali ke negaranya. Namun semua itu tidak dilakukan. Padahal negara sudah dilecehkan sedemikian rupa.

Faktor utama mengapa negara begitu lunak ketika ulamanya mendapat perlakuan diskriminasi dari negara lain, dan begitu lunak pula sikap negara ketika negara lain mengkampanyekan kaum pelangi atas nama HAM. Tidak lain adalah sistem yang saat ini diterapkan. 

Sistem demokrasi yang diusung negara memang lebih mementingkan segelintir orang, tanpa peduli pada kemaslahatan umat. Dalam hal ini umat Islam tetap yang dirugikan. Karena begitu ingin menyuarakan Islam kaffah, langsung diberangus dengan berbagai macam peraturan.

Berbeda ketika Islam diterapkan dalam sebuah negara. Para ulama begitu dimuliakan. Karena ulama disebut oleh nabi Muhammad SAW sebagai pewaris para Nabi. Hal itu sesuai dengan sabda beliau dalam hadis yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, Ahmad, ad-Darimi, Abu Dawud dan Ibnu Majah, yang artinya: "Sungguh ulama adalah pewaris para nabi. Sungguh para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, sungguh mereka hanya mewariskan ilmu. Siapa saja yang mengambil warisan tersebut, dia sudah mengambil bagian yang banyak.

Karena itu siapa saja yang menyakiti para ulama maka akan dijatuhi hukuman sesuai dengan hukum Islam. Bila negara di luar Islam yang melakukannya, bisa diperangi.

Karena hukum yang berlaku adalah  hukum Islam. Maka keadilan bisa terwujud bagi semua lapisan masyarakat. Sanksinya juga mampu memberikan efek jera. Sehingga kasus penistaan terhadap ulama tidak akan berulang.

Sistem Islam sesungguhnya sebuah sistem terbaik yang pernah ada. Allah SWT menciptakan bumi dengan segala isinya berikut aturan yang sangat jelas. Semua terdapat pada Al-Qur'an dan sunah sebagai sumber hukum, agar manusia tidak tersesat di dalam menjalankan kehidupannya. 

Semoga Islam kembali diterapkan dalam kehidupan yang bisa menjamin keadilan bagi seluruh umat. Hal itu sudah terbukti, di mana Islam menguasai 2/3 dunia dalam institusi daulah khilafah.

Wallahu a'lam bishawwab


Oleh: Yuli Juharini
(Sahabat Topswara)



Oleh: Yuli Juharini
(Sahabat Topswara)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar