Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

A Sweet Moment, Setelah Satu Tahun Menunggu


Topswara.com -- “Qabiltu nikahaha wa tazwijaha..." ucap pria bernama Gigih Prasetyo, yang duduk di depan penghulu di hari itu. Saksi-saksi pun mengatakan 'sah' secara bersamaan.

Aku pun tersenyum merekah, tanganku tiba-tiba terasa dingin, seketika tubuhku agak sedikit tidak terkontrol enggak tahu rasanya ingin saja yang mau digaruk, bergerak-gerak pegang ini itu. Karena tidak menyangka dengan kalimat itu statusku sudah berubah menjadi seorang istri. 

Kalimat agung itu benar-benar menggetarkan dada, kalimat yang ditunggu-tunggu setiap perempuan di dunia ini, alhamdulillah hari itu tanggal 30 Juli 2021, aku yang bernama Munamah binti Partono dan suamiku Gigih Prasetyo bin Wagino Parto Atmono sah dan resmi menjadi suami-istri.

Allah kirimkan jodoh di usiaku 23 tahun, alhamdulillah setelah melewati perjalanan lumayan melelahkan. Ada ujian dan qadha Allah SWT yang tidak bisa dihindarkan, ujian pernikahanku adalah satu tahun aku menunggu dalam proses menuju halal itu.

Sempat kecewa waktu itu, karena satu tahun bukanlah waktu yang singkat, serasa satu abad aku menunggu hari itu. "Kenapa lama sekali sih!" gumamku.

Pada suatu hari keluarga suami datang dan menjelaskan alasanya kenapa waktu pernikahan ditunda, dikarenakan kakak suami yang ke-4 ternyata habis menikah dan qadarullah dapat istri yang lumayan jauh luar pulau Jawa yaitu dapat istri orang Medan, sehingga perlu waktu dalam prosesi akadku.

"Ujian kesabaran ini ya Allah, sabar, sabar, sabar ya Allah" batinku. Hari demi hari kulalui, senantiasa kupanjatkan doa agar Allah menjaga hati ini dari godaan yang setiap kali lalu lalang melintang.

Kepada Allah SWT suamiku telah mengucapkan janji suci, kami pun menandatangani buku nikah dan aku pun diminta mendekat ke tempat suami ijab kabul.

Suara cekrek-cekrek kamera masih terdengar, kemudian, ada arahan dari penghulu untuk mencium tangan suami, "Ya Allah, tangan suami dingin banget" sambil kucium tangannya, cukup lama karena diiringi shalawat sampai berhenti. Jangan ditanya betapa deg-degannya hati ini, rasanya pertama kali mencium tangan laki-laki yang baru saja sah. Memang terasa sangat beda jika menikah dengan proses ta'aruf.

Syukuran sederhana dalam pernikahanku, memang tidak direncanakan acara besar, kebetulan juga waktu itu ada aturan pemerintah untuk menangani kasus Covid-19 yaitu pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM). Sehingga ada beberapa persyaratan khusus menjelang pernikahan seperti tes swab, dalam acara pernikahan tidak boleh makan minum ditempat, pakai masker, tidak boleh mengundang tamu lebih dari 30 orang dan lain-lain.

Setelah ijab kabul, tamu dari suami datang, kami duduk dikursi berdua. "Ya Allah malunya duduk berduaan di depan tamu undangan, walaupun sudah sah bersanding dengan suamiku sendiri" ucapku kepada suami.

"Sama, aku juga malu, tapi ya gimana dinikmati saja" kata suamiku. Sebelumnya tamu dari mempelai laki-laki pulang kami menyempatkan foto bersama keluarga.

Sesi foto berduaan yang lagi-lagi tak kalah menggetarkan dada. "Aduh, aku tidak kuat memandang suamiku sendiri, rasanya masih geli aneh dan tubuh ini terasa kaku banget," perasaanku waktu itu. Dilihat saudara-saudara malah bersorak sorai menertawakanku dan meminta untuk berpose ala-ala pengantin pada umumnya.

"Ya Allah aku kok tidak bisa foto dan bergaya ala-ala pengantin-pengantin pada umumnya, dekat suami saja rasanya seperti ini," batinku. 

Namanya juga menjemput jodoh pastinya sudah usaha beberapa kali ta'aruf, nah cerita yang berhasil sampai nikah ini berawal dari kakak suami yang bernama Hesti memperkenalkannya kepadaku untuk ta'aruf. Ketika nadhar (bertemu) alhamdulillah langsung cocok baik keluarga maupun aku sendiri. Sepakat lanjut ta'aruf baru komunikasi lagi menjelang pernikahan. 

Waktu terasa lama, proses komunikasi jarang banget, karena memang untuk menjaga perasaan dan alhamdulillah tidak membuat halangan dalam proses ta'aruf.

Demikian dengan proses ta'aruf suami dengan akhwat lain yang dulu tidak jodohnya. Walaupun sudah menentukan hari juga tidak lanjut ke jenjang pernikahan. Ada juga yang proses ta'arufnya hilang tidak ada kabar. Berati Allah berkehendak bukan jodohnya.

Akhirnya a sweet moment itu tiba, di waktu dan jodoh yang Allah sudah takdirkan. Walaupun waktu sebelum ta'aruf dengan suamiku sekarang, aku sempat juga mengajukan ta'aruf duluan kepada ikhwan lain, walaupun dikejar-kejar kalau bukan jodohnya ada saja halangannya. Dan dengan kesabaran insyaallah akan berbuah manis cinta dan momen itu.

"Alhamdulillah ya Allah" ucap syukurku, semoga Engkau meridhai pernikahan kami, menjadikan keluarga kami sakinah, mawadah, dan warahmah sampai surga. Aamiin. [] Munamah
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar