Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Rakyat Menderita Akibat Cengkeraman Kapitalisme Neoliberal


Topswara.com -- Dilansir dari fajar.co.id, kelangkaan minyak goreng dikaitkan dengan nama dua partai politik (parpol), di antaranya Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Sebagaimana diketahui PDIP telah melakukan pembagian minyak goreng hingga 10 ton. Sementara PSI telah menggelar operasi pasar murah. 

Tokoh Nahdlatul Ulama (NU) Habib Noval Assegaf melalui akun twitternya juga mengaku bingung atas banyaknya pembagian minyak goreng di tengah kelangkaannya, "minyak goreng langka tapi banyak yang dibagi-bagikan dan operasi pasar. Jadi sebenarnya siapa yang menimbun?" tulisnya, Selasa (8/3/2022).

Derita Rakyat yang Tak Berkesudahan

Kelangkaan minyak goreng ini menunjukkan betapa ironisnya negeri ini. Pasalnya Indonesia merupakan negara dengan produksi sawit terbesar dunia yang menjadi pemasok minyak mentah dunia. Bila Indonesia dan Malaysia digabungkan, 80 persen CPO dunia dipasok oleh kedua negara tersebut.

Bayangkan saja, data menunjukkan 2021 jumlah penghasilan CPO mencapai 40,88 juta ton. Sedangkan untuk kebutuhan rakyat mencapai 18,42 juta ton. Seharusnya bila dilihat dari data di atas, selisih antara penghasilan dan kebutuhan rakyat masih sangat jauh yaitu sekitar 28,26 juta ton. Lantas mengapa tetap terjadi kelangkaan dari komoditas minyak kelapa sawit ini?

Mirisnya, kelangkaan ini hanya bagi masyarakat menengah ke bawah, sedangkan untuk partai politik (parpol) justru berlimpah ruah. Sementara rakyat menjerit tanpa terdengar suaranya. Luka rakyat semakin terlengkapi dihantam pandemi selama dua tahun dan ditambah dengan krisis komoditas pangan yang semakin hari semakin merangkak naik harganya. Lagi-lagi rakyat yang terzalimi. 

Pada akhirnya negara angkat tangan soal minyak goreng ini. Setelah beberapa bulan terjadi kelangkaan, tiba-tiba sekarang malah terlihat hampir semua deretan pasar berbaris minyak goreng dengan harga yang melangit. 

Bersamaan dengan itu kesengsaraan rakyat semakin meningkat pula. Tentu telah kita ketahui bersama kisah jutaan ibu-ibu yang harus menghabiskan waktu di luar rumah hanya demi mendapatkan minyak goreng satue atau dua liter dengan mengantri sampai menelan korban jiwa.

Kisah seorang ibu yang meninggal saat antrian minyak goreng ini sangat memilukan, demi minyak goreng ibu tersebut harus sampai meninggal dunia. Di saat rakyat sampai harus bertaruh nyawa demi mendapatkan minyak goreng, di sisi lain negara justru sibuk dengan kepentingan-kepentingan pribadi mereka. 

Seolah-olah apa yang menjadi masalah rakyat bukan lah urusannya. Mereka bersikap abai bahkan rasa empati pun tak ada. Suara jeritan rakyat tak didengarkan. Rakyat hanya dibutuhkan ketika memasuki area pemilu. Sangat terlihat sekali watak asli para penguasa dan pengusaha serakah dalam pusaran kapitalis.

Kapitalisme Neoliberal Biang Kesengsaraan

Inilah potret kesengsaraan rakyat dalam sistem kapitalisme neoliberal yang tidak akan pernah ada habis-habisnya. Sistem ini telah mencengkram dunia dari berbagai aspek kehidupan termasuk dalam kasus kelangkaan minyak goreng ini. Segelintir orang berkuasa menzalimi rakyat.

Dalam sistem kapitalisme para bos-bos besar yang mendominasi pasar seringkali melakukan praktek kecurangan dalam berbisnis. Seperti kenyataan di atas, adanya penimbunan minyak goreng yang mengakibatkan kelangkaan. 

Hal semacam ini bukan saja dilakukan oleh kalangan masyarakat biasa, namun jauh lebih membahayakan ketika negara ikut menjadikan praktek kecurangan ini sebagai jalan pintas untuk meraup keuntungan yang lebih besar. 

Sayangnya, praktik curang ini bukan sekali dua kali terjadi, namun begitu sering. Seperti penimbunan masker, tabung oksigen, dan lain-lain. Semua dilakukan demi menghasilkan keuntungan yang fantastik. Tidak menghiraukan halal-haramnya jalan yang ditempuh, semua menjadi halal ketika keinginan kepuasan jasad dan materi menjadi tujuan hidup. 

Namun meskipun begitu negara abai dalam menangani kasus seperti ini. Padahal ini termasuk tindak pidana yang sangat merugikan rakyat. Sistem sekularisme kapitalisme telah memandulkan peran negara. 

Dalam sistem ini negara hanya berfungsi sebagai regulator yang tak mampu terjun langsung untuk menyelesaikan masalah yang ada dan memberikan solusi yang tuntas. Maka mustahil bagi negara dalam sistem kapitalisme ini untuk mampu mensejahterahkan rakyatnya.

Islam Harapan Umat

Sebenarnya masyarakat sudah mulai sadar akan kebobrokan rezim kapitalisme ini. Untuk itu tinggal bagaimana masyarakat ini diarahkan untuk mengambil alternatif lain atau sistem lain yang mampu menuntaskan permasalahan hari ini. Tentu jika kita mengaku Muslim yang beriman dan bertakwa, pasti kita akan menjalankan segala perintah Allah, Sang Maha Pencipta. 

Faktanya, Islam, agama satu-satunya yang Allah ridai bukanlah sekadar agama ritual, melainkan Islam adalah ideologi. Islam adalah agama yang mengatur urusan manusia di segala aspek kehidupannya. Dalam sistem Islam, kesejahteraan akan sangat mudah diraih. 

Sebab Islam selalu punya solusi tepat dan jitu dalam menyelesaikan setiap problematika umat, termasuk di dalamnya persoalan krisis pangan dan bagaimana mengatasi kecurangan di dunia perdagangan yang menyebabkan kesengsaraan dan kezaliman rakyat menengah ke bawah.

Negara dalam sistem Islam yakni khilafah akan memprioritaskan kebutuhan pangan dalam negeri dan kecukupan persediaan kebutuhan-kebutuhan yang lain, sehingga tidak ada alasan rakyat menjerit sebab kenaikan dan kelangkaan kebutuhan pokok. 

Lain halnya dengan sistem kapitalis yang lebih mengutamakan keuntungan kelompok, dengan memilih mengekspor barang komoditas untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Juga melakukan praktik kecurangan dengan menimbun barang tersebut, guna meraup keuntungan sebanyak-banyaknya.

Sedang praktek semacam ini sudah sangat jelas diharamkan dalam Islam. Memanfaatkan situasi ketika rakyat sedang tertimpa kesulitan itu adalah sebuah kezaliman besar. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang artinya, "siapa yang melakukan menimbun makanan terhadap kaum muslim, Allah akan menimpakan kepada dirinya kebangkrutan atau kusta." (HR. Ahmad).

Maka jelas lah haram hukumnya melakukan praktik kecurangan dalam menimbun makanan atau menimbun komoditi perdagangan lainnya. Sehingga harga melejit tinggi yang hanya menguntungkan produsen dan para pedagang. Dari sinilah kita tahu bahwa Islam sangat melindungi rakyatnya dari kecurangan, baik untuk melindungi pengusaha juga melindungi konsumen sehingga semua mendapat hak sesuai syariat.

Begitulah Islam sangat detail, terperinci dalam mengatur dan menyelesaikan semua persoalan kehidupan. Baik persoalan individu, keluarga, masyarakat bahkan negara. Sebab Islam turun dengan kesempurnaan dari Sang Khaliq Allah Azza wa Jalla.

Wallahu a'lam bishawwab 


Oleh: Yumnah Maemunah Muhsin
(Sahabat Topswara)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar