Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Memihak yang Benar, Tolak Kata 'Netral'


Topswara.com -- Melihat rumput tetangga memang tidak ada habisnya. Negara Ukraina dengan posisi strategisnya yang membuatnya spesial banding Georgia dan Uzbekistan membuat Rusia tak mampu berhenti meliriknya. Begitupula dengan kekayaan alam Ukraina yang melimpah, tentu hal itu menarik hati Rusia. Terlebih lagi posisi Ukraina yang bila dikuasai oleh NATO tentu merupakan langkah awal kekalahan Rusia.

Oleh karena itu, Rusia mempresentasikan NATO dan AS dengan serangkaian tuntutan tertulis demi memastikan keamanannya. Yang menjadi benang merahnya adalah Rusia menuntut jaminan bahwa Ukraina tidak akan pernah bersekutu dengan NATO plus penarikan pasukan di negara negara timur dan gencatan senjata di Ukraina untuk dilaksanakan.

Dan pada akhirnya, Rusia mengambil tindakan besar untuk menyerangnya. Keputusan dikeluarkan dini hari tepat sebelum pukul 6 pagi hari Kamis (24/2/2022). Dengan lantang Putin menyatakan kepada bangsanya atas dimulainya "operasi militer khusus" di Ukraina.

Hanya beberapa menit kemudian, ledakan besar terlihat di dekat Kharkiv, kota terbesar kedua di Ukraina. Ledakan juga dilaporkan terjadi di Kyiv, ibu kota, serta bagian lain negara itu. Tak lama setelah itu Kementerian Dalam Negeri Ukraina melaporkan bahwa pasukan Rusia telah mendarat di Odessa dan sedang melintasi perbatasan.

Mengenai hal itu, seperti yang dilansir dari beritasatu.com Indonesia menanggapi dengan beberapa hal berikut ;

"Pertama, (Indonesia) prihatin atas eskalasi konflik bersenjata di wilayah Ukraina yang sangat membahayakan keselamatan rakyat serta berdampak bagi perdamaian di kawasan,” kata kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri RI, Teuku Faizasyah, dalam pengarahan pers di Jakarta, Kamis.

“Indonesia dalam berbagai kesempatan menekankan penghormatan wilayah integral suatu negara dan penerapan hukum internasional. Bagaimana kita memaknai suatu wilayah karena ini merupakan prinsip kehormatan kedaulatan suatu wilayah,” kata Teuku, yang juga menjabat Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kemenlu.

"Ketiga, menegaskan kembali agar semua pihak tetap mengedepankan perundingan dan diplomasi untuk menghentikan konflik dan mengutamakan penyelesaian damai,” kata dia.

Keempat, kata Teuku, Kedutaan Besar RI telah mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menyelamatkan WNI di Ukraina sesuai rencana kontingensi yang telah disiapkan.

Hal ini menunjukkan tema pokok tanggapan Indonesia berpusat pada satu kata yakni 'netral'. Hal tersebut untuk menghindari jatuhnya dampak buruk tersendiri bagi Indonesia dalam jangka pendek maupun panjang, dari sisi keamanan politik ataupun ekonomi.

Seperti yang dikatakan Hikmahanto kepada reporter Tirto, Jumat (25/2/2022) ;“Presiden Jokowi telah tepat menyatakan sikap Indonesia terkait situasi di Ukraina dengan mengatakan ‘penanganan krisis Ukraina harus dilakukan secara cermat agar bencana besar bagi umat manusia bisa dihindarkan.’ Hal ini karena konsisten dengan politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif,”.

Dia menambahkan bahwa Indonesia sikap tidak memihak ini bukan untuk mencari kata selamat tapi takut membuat perang semakin panas dan berskala besar.

Lain dengan pendapat M Iqbal bahwa Indonesia punya peran signifikan di G20 karena Turki dan Rusia masuk dalam anggota G20. Sehingga posisi tersebut menjadi peluang atau momentum besar Indonesia untuk memainkan politik tersebut. 

Karena bagaimanapun juga eskalasi perang tersebut tidak akan mudah serta cepat selesai. Selama Rusia belum memenuhi keinginannya penyerangan demi penyerangan akan bermunculan hingga merembet pada pemihak Rusia maupun Ukraina, pun berdampak buruk bagi Indonesia.

Seperti yang dilansir dari tirto.id bahwa “Peran G20 dalam presidensi Indonesia itu sangat menentukan kalau cantik memainkannya dan butuh kejelian untuk melihat mana peran yang tidak dinilai oleh Putin sebagai cenderung pro-barat," kata Iqbal.

Yang jelas perang ini adalah jebakan tersendiri dari Amerika bagi Rusia bagaimanapun Rusia berupaya mempertahankan dirinya. Sehingga, sikap netral tentu bukanlah solusi yang mampu menjadi akhir dari segalanya. Melainkan butuh pemihakan serius terhadap sisi yang benar.

Maka dengan khilafah, segala tindak intervensi akan selesai tuntas dan menggembirakan negara kecil. Khilafah mampu membongkar kejahatan para penguasa zalim sebagaimana yang telah tercatat dalam sejarah ketika daulah  menyelamatkan warga Palestina dari berbagi tipu daya Yahudi, pun dengan masyarakat Andalusia dari penjajahan pendudukan Romawi. Karena Khilafah dengan sistem Islam serta pertahanan yang terstruktur mampu menembus tindak kejahatan yang kasat mata. 

Wallahu a'lam bishawab


Oleh: Annisa Sabikha Al Arifah 
(Sahabat Topswara)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar