Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Ustazah Puspita Beberkan Manajemen Komunikasi Suami Istri


Topswara.com -- Aktivis Muslimah Puspita Satyawati membeberkan poin-poin manajemen komunikasi suami istri yang meliputi perbedaan gaya, toxic dalam komunikasi, komunikasi efektif, serta rambu-rambu berkomunikasi. 

"Manajemen komunikasi suami istri itu meliputi  perbedaan gaya berkomunikasi, toxic (racun) dalam komunikasi, karakter komunikasi efektif, dan rambu-rambu dalam berkomunikasi," tuturnya kepada Topswara.com, Ahad (5/12/2021). 

Terkait perbedaan gaya berkomunikasi, Puspita yang juga mentor di Sekolah Online Muslimah Bahagia ini menjabarkan sebagai berikut: 

Pertama, penggunaan bahasa. Bahasa perempuan itu implisit, sedang laki-laki itu bahasanya eksplisit. 

Kedua, kebutuhan berbicara. Bagi wanita berbicara adalah kebutuhan sedangkan bagi pria berbicara seperlunya. 

"Ketiga, saat ada masalah. Perempuan ingin membahas masalah dengan pasangannya karena bisa mengurangi kesedihannya. Tapi saat ada masalah, laki-laki biasanya fokus, berpikir, dan mencari solusi," imbuhnya. 

Menurutnya, dalam komunikasi juga ada toxic (racun)nya, yakni: pertama, blamming partner, adalah menyalahkan pasangan ketika sedang berkomunikasi. 

Kedua, antipati pada kritik. Perkataan pasangan dianggap nyinyiran atau sindiran sehingga mudah tersinggung dan tidak mau memperbaiki diri. 

Ketiga, qiyasy-syumuli.
Menggeneralisir kesalahan pasangan, atau semacam melebih-lebihkan. 

Keempat, tidak mencari akar masalah. Akar masalah tidak dicari dan tidak tuntas diselesaikan, sehingga masalah menumpuk atau muncul lagi. 

"Kelima, jangkauan pendek, tidak mau melihat ke depan. Misalnya, tidak mau memaafkan padahal di masa depan orang bisa berubah lebih baik," ujarnya. 

Puspita juga menjelaskan karakter komunikasi efektif, yakni: pertama, respect. Tunjukkan respect kepada pasangan melalui sikap, intonasi, diksi, tatapan mata, dan bahasa tubuh dalam berkomunikasi. 

Kedua, empati. Kemampuan untuk menempatkan diri pada situasi yang dialami oleh pasangan, sehingga bisa merasakan apa yang dirasakan olehnya.

Ketiga, audible. Ketika kita berbicara, bisa didengar dan dimengerti dengan baik oleh pasangan, agar tidak terjadi miscom. 

"Keempat, clarity. Keterbukaan dalam berkomunikasi agar tidak diganggu oleh kecurigaan. Dan kelima, humble, yaitu rasa rendah hati, tak merasa lebih pintar atau lebih baik daripada pasangan," paparnya.

Selain itu, ia menjelaskan tentang rambu-rambu komunikasi efektif. Yakni: pertama, tanamkan bahwa pasangan adalah bagian dari diri kita. Jika kita baik maka pasangan kita juga baik. 

Kedua, mengedepankan hukum syariah. Syariah sebagai landasan beraktivitas, ridha Allah sebagai tujuan. 

Ketiga, memperlakukan pasangan dengan makruf. Sesuai hadis Nabi, "Sebaik-baik kalian adalah orang yang paling baik bagi keluarganya. Dan aku orang yang paling baik bagi keluargaku." [HR. At Tirmidzi]

Keempat, tidak kaku dalam komunikasi.Jika memiliki pasangan yang kaku dan keras dalam komunikasi, maka siasati dengan kelembutan. 

"Kelima, menyadari pasangan adalah manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan," pungkasnya. [] Rina Eko
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar