Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Merampas Potensi Santri sebagai Agen Perubahan


Topswara.com -- Telah sepekan perayaan Hari Santri Nasional, yahg jatuh pada 22 Oktober 2021. Hari Santri Nasional ditetapkan dengan  merujuk pada resolusi jihad yang difatwakan Hadratus Syekh  KH Hasyim Asy'ari untuk mengusir keberadaan penjajah yang akhirnya memicu perang besar pada 10 November 1945 di Surabaya, yang kemudian diperingati sebagai Hari Pahlawan.

Santri adalah sosok penuntut ilmu agama dan ilmu dunia. Dedikasi mereka tinggi dan luhur mengikuti jejak kiai dan ulama, mewarisi warisan para Nabi dan Rasul dalam menapaki jalan perjuangan. Kedudukan mereka mulia disisi Allah SWT dengan ilmu pengetahuan yang ada pada diri mereka. 

Santri mengabdikan diri pada Sang Pencipta tidak silau pada gemerlap duniawi, tidak lemah di hadapan musuh dan penjajah. Serta senantiasa berpegang teguh pada kitabullah dan sunah. Taat pada syariat dan jihad fii sabilillah adalah jalan mereka.

Santri adalah aset unggul dalam menciptakan perubahan dan membawa kemajuan suatu bangsa. Sungguh sangat disayangkan,  jika potensi yang luar biasa dipakai untuk sesuatu yang biasa, tidak membawa perubahan yang besar apalagi kebangkitan pada umat. 

Dilansir dari iNews.id, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Abdul Halim Iskandar menyatakan, santri berperan besar dalam menggerakkan ekonomi desa.
  
“Secara kultural pesantren dan desa seperti dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan. Sebagian besar pesantren-pesantren berada di tengah-tengah desa. Para kiai pesantren merupakan rujukan utama warga desa jika mereka membutuhkan pandangan terkait masalah spiritual dan sosial. Dewasa ini, pesantren juga menjadi penggerak ekonomi desa,” ujar Abdul Halim Iskandar, pada peringatan Hari Santri Nasional 2021, Jumat (22/10/2021).

Pernyataan ini tidaklah tepat. Sebab, secara langsung telah merampas potensi santri sebagai aktor penting perubahan sesuai tuntunan syariat, bila saat ini diorientasikan untuk menggerakkan ekonomi dengan program kewirausahaan. Hal ini hanya akan menghambat kebangkitan yang hakiki.

Semestinya di kalangan santri dan ulama diharapkan lahir gelombang perubahan yang menentang segala bentuk penjajahan berdasarkan tuntutan Islam. Karena buktinya sampai hari ini, kita belum sepenuhnya merdeka. Masih dalam cengkeraman para penjajah kapitalis yang hampir menguasai seluruh kekayaan negeri ini dengan bantuan segelintir oknum yang rakus. 

Maka berdasarkan tuntunan syariat Islam, melihat kondisi buruk ekonomi Indonesia sepatutnya diperbaiki bukan dibiarkan. Bahkan semua tahu ekonomi Indonesia pun bertentangan dengan syariat Islam. Karena aktivitas ribawi, suap menyuap, korupsi semua ada dalam perekonomian Indonesia. Hal ini bisa saja menyebabkan Allah SWT tidak rida. 

Ditambah penegakan hukum yang curang, adanya penguasa yang lalim, pengelolahan kekayaan alam yang kacau, rusaknya moral masyarakat, lahirnya penista agama dan macam-macam kerusakan lainnya. Hal ini akibat ditegakkannya sistem yang salah, yakni sistem kapitalis-liberal yang telah mengakar pada tubuh umat. 

Selama sistem fasad dipegang, maka  kesengsaraan akan terus  kita pikul. Bahkan tidak ditemukan jalan yang lain, kecuali merubah keadaan kita sebagai mana firman Allah SWT :
اِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْۗ 
Artinya: "Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri" (TQS Ar - Rad [13] : 11)

Melepaskan yang batil dan mengenggam yang haq. Maka peran santri dan ulama sangatlah dibutuhkan untuk menggerakkan perubahan sesuai dengan tuntunan syariat dan mengambil jalan perjuangan. 

Wallahu a'lam bishawab

Oleh: Peni Sartika
(Sahabat Topswara)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar