Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Mengapa Harus Istiqamah dan Tidak Mutungan dalam Dakwah?


Topswara.com -- Dakwah bukanlah perkara yang ringan, namun jangan dianggap sulit. Karena dakwah adalah kewajiban seorang Muslim. Berbicara terkait dakwah, memang dakwah harus istiqamah. Apalagi tantangan dakwah dalam tata kehidupan kapitalisme sekuler sangatlah tinggi. Dakwah kerap mendapat stigma yang tidak mengenakkan. Walhasil, ada yang istiqamah dalam dakwah dan ada pula yang mutung dari dakwah dan akhirnya berhenti dari dakwah. Mencabar alasan dakwah harus istiqamah dan tidak gampang mutungan adalah sebagai berikut.

Pertama, mutungan bukan sifat Muslim yang tangguh. Oleh karena itu, tidak sepatutnya menuruti hawa nafsu untuk mutung dari dakwah. Ketika melalui lika-liku dakwah, rasa marah dan kecewa sering menggelayut. Tetapi, seharusnya perasaan itu ditaklukkan, jangan dibiarkan atau dituruti. Karena, jika dituruti bisa gugur dalam medan dakwah. 

Namanya berdakwah, harus siap menerima qada. Ketika kita sudah berlelah-lelah dalam proses, tetapi hasil tidak sesuai harapan. Seharusnya muhasabah dan tetap semangat. Bukan malah mutung. Sebagaimana ketika kita sudah ikhtiar mengajak orang dalam kebaikan Islam. Bukannya sepakat, tapi dakwah malah ditolak. Di saat yang sama kita jangan marah dengannya. Tetapi, tetap didoakan dan menahan marah dengan sabar. 

Sebagaimana dalam ayat Al-Qur'an dituliskan untuk menahan marah. "Dan bersegeralah kalian kepada ampunan dari Tuhan kalian dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. (TQS. Ali Imran[3]: 134)

Ibnu Katsir menerangkan maksud ayat tersebut bahwa apabila mereka mengalami emosi, maka mereka menahannya (yakni memendamnya dan tidak  mengeluarkannya); selain itu mereka memaafkan orang-orang yang berbuat jahat kepada mereka.

Dari Abu Amr ibnu Anas ibnu Malik, dari ayahnya yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda: Barang siapa yang mengekang amarahnya, maka Allah menahan siksa-Nya terhadapnya. Dan barang siapa yang mengekang lisannya, maka Allah menutupi auratnya. Dan barang siapa yang meminta maaf kepada Allah, maka Allah menerima permintaan maafnya.

"Ibnu Mas’ud berkata, Nabi bertanya, ‘Siapa yang kalian anggap sebagai orang yang perkasa?’ Kami menjawab, ‘Dia yang tidak bisa dikalahkan keperkasaannya oleh siapa pun.’ Nabi menimpali, ‘Bukan demikian, akan tetapi yang perkasa adalah orang yang bisa menahan dirinya ketika marah’.” (HR Muslim)

Sekali lagi, jangan sampai marah dan kecewa kita membuat kita mutung. Karena itu menunjukkan kelemahan kita. Semakin kuat dan tangguhnya kita bergelut di medan dakwah, semakin kuat pula dalam mengendalikan emosi yang berkecamuk.

Kedua, istiqamah di jalan kebenaran adalah kewajiban. Istiqamah artinya tegak atau lurus. Selain itu, istiqamah adalah sebuah pembuktian tentang sejauh mana kesungguhan seseorang dalam berislam.

"Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu wahai anak cucu Adam supaya kamu tidak menyembah setan? Sungguh, setan adalah musuh yang nyata bagimu, (60) dan hendaklah kamu menyembah-Ku. Inilah jalan yang lurus.” (61)." (Q.S Yasin: 60-61)

Dalam ayat di atas terungkap, jika kita tidak kuat menahan ujian istiqamah dalam Islam. Bisa jadi hal tersebut menjerumuskan kita ke jalan setan yang dimurkai Allah SWT. Makanya, menjaga istiqamah di jalan dakwah itu penting. 

Ketiga, dakwah adalah jalan emas mewujudkan umat satu yang terbaik. Hanya dengan dakwah, umat Islam mampu menjadi umat terbaik di muka bumi. Hanya dengan Islam dakwah seseorang dapat menjadi insan yang terbaik. Hanya dengan dakwah Islam, sebuah komunitas menjadi komunitas terbaik. Dakwahlah yang membuat hidup kita jadi bermakna dan berguna.

Dalam sebuah ayat dijelaskan, “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.” (Q.S. Ali Imran [3]: 110).

Sebagai seorang Muslim jangan lupa senantiasa memurnikan niat dalam melakukan segala aktivitas. Niat ini yang akan arah amal yang kita lakukan. Ketika niatnya bukan untuk meraih ridha Allah. Dapat dipastikan seseorang itu akan mudah sekali gugur di medan dakwah. Semoga Allah senantiasa istiqamahkan kita di jalan Islam yang lurus. Amin.[] Ika Mawarningtyas
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar