Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

UIJ Beberkan Kekurangan Ayah sebagai Father Vector


Topswara.com -- Berdasarkan catatan badan sensus Amerika Serikat terhadap 17 juta anak yang satu dari empat anak tidak berhubungan dekat dengan ayah (fatherless) mengalami dampak negatif, Ustaz Iwan Januar (UIJ)  mengungkapkan kekurangan father vector.

“Jadi menurut bahasanya itu, ayah seperti ini cuma ayah pabrik saja. Kenapa, karena kerjanya cuma bikin anak. Begitu bikin anak tapi enggak memberikan peran sosiologis,  ekonomis, apalagi ideologis, ayah cuma father vector. Jadi ayah sebagai pabrik saja memiliki kekurangan,” bebernya dalam acara Kajian Keluarga: Bahaya Fatherless, di kanal YouTube Sulthan Channel Kamis (2/9/2021).   

Ia menjelaskan,  anak-anak yang mengalami fatherless memiliki dampak negatif diantaranya pertama, mereka empat kali lebih besar peluangnya hidup dalam kemiskinan.

“Karena haknya enggak diterima, ayahnya tidak memberikan nafkah. Termasuk di tanah air, ketika suami istri bercerai, banyak ayah yang kemudian tidak memberikan nafkah untuk anak-anak mereka. Kadang anak ikut  sama ibunya, atau ikut sama familinya. Ayahnya pergi ke mana tidak memberikan hak anak-anak mereka,” ungkapnya.

“Jadi ada pandangan bahwasanya, kalau yang namanya sudah bercerai anak tidak ikut dengan ayah maka itu bukan tanggung jawab ayah dalam pemberian nafkah. Ini ayah yang berdosa, ayah fasik. Karena mereka tidak memberikan nafkah untuk anak-anak mereka. Sementara anaknya ada yang masih kecil masih bayi bahkan begitu ya enggak diberikan nafkah oleh ayahnya itu,” tambahnya.

Selanjutnya, kalau anak-anak perempuan yang hidup di dalam kondisi fatherless, kurang peran ayahnya,  perempuan ini mereka berisiko tujuh kali lebih besar untuk hamil di usia remaja. “Makanya para bapak jangan cuma jadi pabrik doang pak. Harus berperan sebagai apa, sebagai bodyguard untuk anak-anak,” terangnya.

Ia mencontohkan, bahwa anak-anak yang hidup kekurangan peran ayah maka mereka berpeluang lebih besar memiliki masalah perilaku jadi antisosial, mudah marah kemudian malas atau kemudian suka mem-bully orang lain. Itu adalah risiko mereka hidup jauh dari ayahnya. Bukan jauh dalam  pengertian jarak, tapi jauh dari sisi secara emosional. 

“Ayahnya  enggak terlibat, enggak pernah memberikan kasih sayang dan pendidikan. Kalau anak salah, gak mengingatkan. Kalau malas, ayahnya gak mengingatkan. Kalau enggak ibadah, enggak mengingatkan. Anaknya tumbuh dengan behavior dengan syakhsiyah yang rusak,” lugasnya.

Lebih lanjut ia menambahkan bahwa anak-anak yang hidup tanpa peran ayah lebih berisiko terlibat di dalam kecanduan narkoba termasuk minum-minuman keras. 

“Maka, para ayah terutama harus ikut berperan di dalam mendidik membesarkan anak-anak. Bukan sekadar ngasih hadiah, uang belanja, nafkah, pakaian, makanan dan tempat tinggal.Tapi tidak memberikan kasih sayang, adab kepada anak-anaknya,” tandasnya. [] Sri Nova Sagita
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar