Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Tips Mengurangi Kecanduan Gawai pada Anak


Topswara.com -- Penggunaan gawai (gadget/smartphone) berlebih pada anak akan berdampak negatif, di antaranya adalah defisit perhatian, impulsif, kesulitan belajar, gangguan kognitif, dan kurangnya kemampuan mengendalikan diri. Bila Anda mendapatkan anak sudah kadung kecanduan, harus segera diatasi sebelum terlambat. Salah satunya bisa dengan mencoba tips berikut. Semoga berhasil. 

Pertama, batasi penggunaan gawai. Beri pengertian kepada anak untuk membatasi penggunaan gawai. Asosiasi dokter anak Amerika Serikat dan Kanada memberikan batasan untuk anak 0-2 tahun sama sekali tidak boleh terpapar gawai. Anak 3-5 tahun maksimal 1 jam per hari. Sedangkan anak 6-18 tahun paling banyak 2 jam per hari.

Kedua, beri pengertian bahaya penggunaan gawai berlebih. Bila anak tidak terima batasan tersebut, jelaskan kepada mereka dampak buruk dari penggunaan gawai berlebih. Baiknya, orang tua membaca referensi tentang masalah ini lalu disampaikan kembali dengan bahasa yang mudah dipahami anak.

Ketiga, laranglah anak membawa gawai ke tempat tidur ketika waktunya tidur. Lalu jelaskan pula bahwa sebuah studi menyebut 75 persen anak-anak usia 9-10 tahun yang menggunakan gawai di kamar tidur mengalami gangguan tidur yang berdampak pada penurunan prestasi belajar.

Keempat, luangkan waktu bersama anak tanpa gawai. Misalnya saat makan bersama, atau ketika berkumpul di ruang keluarga, kumpulkanlah seluruh gawai anggota keluarga dalam satu kotak. Sehingga seluruh anggota keluarga lebih berkonsentrasi bercengkrama berbicara dan berinteraksi dari hati ke hati tanpa diganggu gawai.

Kelima, kenalkan anak dengan permainan tradisional. Perbanyak kegiatan anak yang tidak menggunakan gawai, salah satunya dengan kita perkenalkan permaian masa kecil kita dulu kepada anak dan teman-temannya, seperti engkle, sondah, sorodot gaplok, gala jidar, kucing-kucingan dan lainnya yang banyak mengandung dampak positif seperti menanamkan kebersamaan, kekompakkan dan toleransi di samping kompetisi tentunya. Setelah mereka memahami aturan mainnya, insya Allah mereka akan asyik bermain permaian tradisional tersebut dan lupa dengan gawai.[]

Oleh: Joko Prasetyo (Jurnalis)

Dimuat pada rubrik TIPS Newsletter Badan Wakaf Al-Qur’an (BWA) edisi 77 (Januari 2017).
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar