Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Menjadi Emak Produktif Berbasis Spiritual di Masa Pandemi

Topswara.com -- Sudahkah kita menerapkan 2S (sabar dan syukur) hari ini Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, "Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruh urusannya itu baik. Ini tidak didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR. Muslim)

Masyaa Allah. Begitulah sikap yang dimiliki seorang mukmin di kala susah atau senang. Hal "ajaib" yang Rasulullah SAW sungguh memujinya.

Terkait pandemi Covid-19 saat ini, tentu susah adalah hal yang cukup dominan dirasakan. Tersebab pandemi merupakan musibah. Namun, seorang Muslim meyakini bahwa musibah adalah bagian dari qadla-Nya. Ridha menjadi cara terbaik menyikapinya. Insyaa Allah akan banyak mendatangkan kebaikan.

"Sungguh besarnya pahala itu seiring dengan besarnya ujian. Sungguh jika Allah mencintai suatu kaum, Dia menguji mereka. Siapa saja yang ridha, untuk dia keridhaan itu. Siapa yang benci, untuk dia kebencian itu." (HR at-Tirmidzi, Ibnu Majah dan al-Baihaqi)

Sabar dan Syukur

Karena merupakan qadla Allah, musibah itu tak terhindarkan. Mau tidak mau, harus dihadapi dengan kesabaran. 

Apa itu sabar? Sabar secara bahasa berarti al habsu yaitu menahan diri. Sedangkan secara syar’i, sabar adalah menahan diri dalam tiga perkara : pertama, ketaatan kepada Allah, kedua, hal-hal yang diharamkan, ketiga, takdir Allah yang dirasa pahit (musibah). Inilah tiga bentuk sabar yang biasa dipaparkan oleh para ulama.

Sabar menghadapi musibah pandemi terwujud dalam: 

Pertama, berikhtiar optimal menjaga kesehatan diri dan sekitarnya. Dengan menjalankan protokol kesehatan (mencuci tangan, menjauhi kerumunan, memakai masker, menjaga jarak), mengupayakan asupan bergizi, dan seterusnya. 

Kedua, senantiasa berharap, meminta kepada Allah SWT agar pandemi ini berakhir dengan izin-Nya. Menjadikan diri tidak berputus asa, tidak "nglokro" dari rahmat Allah. 

Ketiga, terus melakukan kebaikan (amal shalih). Ingatlah bahwa kelak Allah akan menghisab setiap aktivitas kita, meski sekecil apapun.

Pun, jangan lupa lahirkan rasa syukur atas nikmat yang dianugerahkan oleh-Nya. Tetap sehat di tengah banyaknya penderita Covid-19, masih bisa makan kenyang di saat orang lain belum tentu merasakannya, merupakan anugerah luar biasa. Maka, bersyukurlah.

Menjadi Emak Produktif

Allah SWT berfirman, "Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa, Maha Pengampun." (QS. Al Mulk: 2) 

Hidup itu hakikatnya merupakan ujian dari-Nya. Allah SWT ingin melihat sikap hamba menghadapinya, berdasarkan tuntunan Allah atau tidak. Sehingga terkategori amal terbaik (amal shalih) atau bukan. 

Termasuk pandemi saat ini. Sejauh mana seorang hamba menyikapi secara tepat dan mengisi masa sulit dengan tetap memproduksi kebaikan demi kebaikan. 

Seorang emak Muslimah diharapkan produktif selama pandemi. Terlebih ia memiliki peran strategis dalam keluarga, masyarakat, bahkan negara. 

Produktif dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bermakna: pertama, bersifat atau mampu menghasilkan (dalam jumlah besar); kedua, mendatangkan (memberi hasil, manfaat, dan sebagainya). Dengan kata lain, emak produktif ialah emak yang mampu menghasilkan sesuatu atau memberikan manfaat. 

Namun, sebagai Muslimah, produktif di sini tak hanya berhenti pada makna menghasilkan sesuatu yang bersifat fisik, materi, kebendaan, seperti uang, dan sebagainya. Akan tetapi, produktif yang berbasis pada spiritual, aspek ruhiyah, yaitu dibangun atas dasar kedekatannya dengan Allah SWT. Maka Muslimah produktif senantiasa berbuat untuk menghasilkan karya bernilai amal shalih, amal jariyah. Tak hanya bermanfaat bagi dirinya, pun sesama manusia.

Kiat emak produktif di masa pandemi yaitu: 

Pertama, jadikan pandemi sebagai momentum berubah menjadi pribadi lebih baik. 

Pandemi adalah ujian Allah sekaligus media tarbiyah luar biasa dari-Nya. Allah telah menampakkan Maha Perkasa-Nya, berikut menguak kelemahan manusia. Terlebih kita tidak tahu, sampai di angka usia berapa nyawa kita masih meliputi raga.

Kedua, menggali potensi diri. 

Setiap orang pasti memiliki potensi. Gali, dalami, lejitkan. Jangan fokus pada kesusahan diri dan sekitar, cari hal kebaikan sekaligus menyenangkan. Tak hanya untuk diri kita, pun orang lain. Diharapkan lahir produk, yang tak hanya menambah income materiil bagi keluarga, juga menyumbang kemaslahatan umat. 

Misalnya, yang hobi menanam sayur, kembangkan. Selain dapat uang saat dijual, hasilnya bisa dinikmati sendiri atau dibagi dengan tetangga sekitar. Ini jadi amal shalih. Demikian pula yang hobi menulis. Buat tulisan, kirimkan ke media. Insyaa Allah menambah pengetahuan pembaca atau memotivasi berbuat kebaikan. Ini pun menjadi amal shalih. 

Ketiga, memperkuat ukhuwah, baik dengan keluarga, sahabat, lingkungan sekitar. 

Lebih banyaknya waktu di rumah bersama keluarga dibanding sebelum pandemi, manfaatkan untuk kian dekat dengan keluarga. Hal yang belum tentu terulang saat nanti pandemi berakhir. 

Demikian pula, Allah SWT memberikan kesempatan beramal shalih bagi sebagian orang di balik kesempitan sebagian orang lainnya. Kala sahabat, saudara tertimpa derita, menjadi ladang pahala untuk membantunya. 
Keempat, memperbanyak taqarrub ilallah (mendekatkan diri kepada Allah SWT). 

Dengan ujian pandemi, semestinya kita kian dekat dengan Allah. Banyak meminta pertolongan Allah agar dijauhkan dari segala marabahaya dan senantiasa dilindungi oleh-Nya. 

Kelima, mengajak orang lain dengan dakwah. 

Dari pandemi ini kita juga belajar bahwa Allah SWT telah menampakkan kelemahan sistem/aturan hidup manusia dalam mengatasi masalah pandemi. Realitasnya, hampir semua negara kapitalis keok menghadapi penyebaran virus supermini ini. 

Dan sejatinya tak hanya pandemi. Berbagai kerusakan hidup yang terjadi, sebagai bukti kegagalan sistem hidup sekularisme kapitalistik. Maka, jika ingin mendapat rahmat Allah SWT, ajaklah manusia kembali pada tuntunan Allah. Terapkan syariat Allah SWT dalam seluruh aspek kehidupan.

Demikian kiat emak produktif ala Islam di tengah pandemi Covid-19. Semoga bermanfaat. Mudah-mudahan pandemi ini segera berlalu dengan penerapan hukum Allah secara nyata dalam kehidupan. Wallahu a'lam.


Oleh: Puspita Satyawati 
(Founder Majelis Qonitaat, Sleman, DIY) 
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar