Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Begini Bahayanya jika Negara Melakukan Pematokan Harga


Topswara.com -- Pakar Ekonomi Syariah Dwi Condro Triono, Ph.D. menjelaskan bahayanya jika negara melakukan tas’ir atau pematokan harga.

“Menurut kacamata orang ekonomi, tas’ir memang merusak harga,” jelasnya dalam acara Live - Konsepsi dan Sejarah Pasar di Era Emas Khilafah Islam, Selasa (31/08/2021) di YouTube Khilafah Channel Reborn.

Condro menjelaskan, kasus di zaman nabi, sahabat menuntut agar nabi sebagai kepala negara waktu itu di Madinah, supaya mematok harga. Dalam hal ini adalah harga atas. “Kenapa? Karena harga mulai naik dan mencekik. Biasanya terjadi ketika kemarau dan gagal panen. Ketika bahan baku itu mulai langka, pasti sesuai dengan mekanisme pasar, apabila penawaran turun atau produksi turun, pasti harga akan naik,” bebernya. 

“Nah kalau itu dipatok, menurut orang enonomi hal tersebut merusak pasar. Karena, Islam itu menghendaki pasar itu berlangsung secara aktif. Ada masanya produsen, jadi Islam tidak memandang sisi konsumen saja, tapi juga memandang produsen,” katanya. 

Ia memberikan permisalan, seperti kasus di Indonesia. Ketika harga lombok itu naik, itu siapa yang gembira dan siapa yang menikmati. Mestinya petani benar-benar menikmati hasil yang sangat tinggi. 

“Petani itu, mohon maaf ya, kalau kondisinya seperti sekarang ini, dia enggak pernah menikmati sama sekali. Kalau pas harga tinggi, eh dihabisi oleh para apa tengkulak. Itu dia enggak menikmati. Ada seharusnya, masa-masa harga tinggi itu, harusnya dia menikmati harga yang  baik untuk kepentingan kesejahteraan mereka,” paparnya. 

Di sisi lain, ia menjelaskan, menurut kacamata ekonomi, kalau harga itu tinggi, sebenarnya tidak usah dikhawatirkan. Misalnya, harga lombok tiba-tiba tinggi, itu pasti akan mendorong para petani itu untuk menanam lombok. 

“Itulah yang disebut bahwa mekanisme pasar kalau tidak diganggu akan mendorong pertumbuhan. Sehingga, enggak usah negara itu terlalu banyak turut campur. Nanti kalau harga lombok itu naik terus, dorongan para petani untuk menanam lombok itu naik. Hal itu akan membuat produksi lombok juga akan naik sendiri dan nanti harga lombok itu akan turun sendiri,” urainya. 

“Jadi jangan sampai yang dilihat itu hanya satu sisi saja, sementara di sisi lain kita melupakan bahwa produsen petani itu juga membutuhkan kesejahteraan juga. Itu salah satu tinjauan sederhana dalam mekanisme pasar,” pungkasnya.[] Reni Tri Yuli Setiawati
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar