Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Ustaz Abu Zaid Paparkan Kriteria Anak Jadi Shalih


Topswara.com -- Pengasuh Kajian Keluarga Samara Ustaz Abu Zaid mengatakan, dalam Al-Qur’an anak bisa menjadi perhiasan yang menyenangkan bagi kedua orang tuanya serta menjadi harapan perjuangan, namun bisa juga menjadi fitnah dan ujian bagi kedua orang tua. 

“Anak termasuk harta bisa menjadi sumber kebaikan tergantung bagaimana mengelolanya. Bisa jadi sumber kebaikan, bisa jadi fitnah menjadi ujian Allah,” tuturnya dalam acara Kajian Keluarga SAMARA: Empat Sifat Anak yang Shalih, di kanal YouTube Kaffah Channel, Rabu (21/07/2021).

Ia mengatakan bahwa anak shalih memiliki beberapa kriteria. Pertama, memiliki iman yang benar. Sebagai orang tua mendidik anak-anak dengan keimanan yang benar, diajarkan akidah Islam Lā ilāha illalāh  Muhammadar Rasulullah, tidak ada yang berhak disembah selain Allah dengan mengikuti kepada sunah Rasulullah SAW. 

“Kemudian tentang rukun iman, sejak kecil diajarkan sesuai dengan tingkat berpikirnya. Misalnya terdapat tayangan kartun terselip akidah yang tidak benar. Ada kartun yang memiliki saku, dari saku tersebut dapat dimintai apa saja, jadi kalau butuh apa mintanya ke saku dan pasti terpenuhi, secara tidak langsung mengajarkan pemahaman yang mengajarkan bahwa tidak ada Tuhan, yang ada saku ajaib,” terangnya.

Kedua, harus bangga menjadi umat terbaik. Artinya anak harus bangga menjadi Muslim, jangan sampai anak memiliki sifat inferior. Selama di dalam diri terdapat keimanan, melakukan amar makruf nahi mungkar, dan menjalankan perintah Allah maka harus bangga menjadi umat yang terbaik. Dalam Ali Imran: 110, "Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah."

“Dari sejak dini ditanamkan untuk memiliki rasa tanggung jawab, anak-anak shalih bukan mengejar keshalihannya untuk dirinya sendiri. Tidak cukup anak shalih diajari shalat, puasa tetapi mereka harus dididik tanggung jawab meskipun belum melaksanakan secara menyeluruh. Harus peduli dengan lingkungan,” paparnya.

Ketiga, bersegera menjalankan kebaikan. Ditanamkan dalam diri anak bahwa manusia memiliki kesempatan yang terbatas jangan sampai kebaikan itu ditunda-tunda. 

“Misalnya sehari-hari shalat, kalau sudah terdengar azan harus segera shalat. Bersegera shalat, bersegera belajar, bersegera menuntut ilmu. Ali Imran 133: "Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa," imbuhnya.

Keempat, taat kepada Allah dan Rasul. Menjadikan Allah dan Rasul-Nya satu-satunya pihak yang harus ditaati. 

“Selalu dikaitkan mengapa kita harus menuntut ilmu jangan sampai sekadar ditanamkan anak harus pintar, tetapi menuntut ilmu bentuk ketaatan kepada Allah, mencari ridha Allah, sehingga ilmu tersebut dipakai untuk menaati Allah. Bukan menjadi ulama suu’, bukan menjadi orang yang jual agama,” pungkasnya. [] Alfia Purwanti
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar