Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Takdir Jodohku


Topswara.com -- "Sampai kapan Nduk kamu mau nikah. Apa nunggu jadi perawan tua?" 

Pertanyaan emak seperti kaset yang diputar ulang. Hampir setiap aku di dekatnya, pertanyaan itu selalu terlontar. Saat ini pun, ketika kakinya kupijat, pertanyaan itu kudengar kembali. 

"Nin mau Mak nikah. Tapi, memang belum ketemu jodohnya," sahutku datar. Tanganku memijit-mijit kaki Emak yang tampak keriput dimakan usia.

"Kalau kamu nggak mau pacaran, pakaian yang kamu kenakan kayak punya emak-emak, nggak mau dandan pula. Bagaimana bisa dapat jodoh?"

Aku bergeming. Emak tidak pernah mengungkit-ungkit pakaian atau dandananku selama ini. Biasanya yang diprotes adalah kesibukan ngajarku sejak pagi sampai siang di SD. Rehat sejenak lanjut ke TPQ mengajar anak-anak kampung mengaji. Tapi ini? Ada yang aneh pada emak. 

"Kok Emak bilang begitu?" 

"Lha iya to, kata ibu-ibu kamu itu jadi perawan tua karena prinsip Islammu itu yang terlalu es krim. Eh, apa ya tadi katanya?" 

Emak menepuk jidatnya. Ada yang salah dari ucapannya. 

"Ekstrem?" 

"Iya itu es.. Apa Nduk?" 

"Ekstrem Mak," 

"Iya itulah pokoknya. Istilah sekarang itu aneh-aneh. Emak nggak ngerti,"

"Kalau nggak ngerti, nggak perlu diomongkan kali Mak," 

Kutunjukkan senyum termanisku padanya. Seseorang yang telah berjuang membesarkanku seorang diri. Dialah emak sekaligus bapakku. Ya, Bapak yang meninggal kala aku baru mengenakan baju merah putih. 

"Emakmu sudah tua Nduk, belum tentu Emak bisa mendampingimu lebih lama lagi. Emak ingin kamu punya suami. Sehingga, saat Allah mencabut nyawa Emak dan bisa berdampingan dengan Bapak lagi, Emak bisa tenang."

Kulihat buliran air mata mengalir dari sudut mata tua emak. Mata yang selalu terjaga untukku. Mata yang tak pernah bosan mengalirkan semangat juang agar aku tak menyerah pada keadaan.

"Mak....!" 

Aku menggenggam tangan emak. Menciumnya dengan takzim. Memandang mata tuanya dengan sendu.

"Nin, memakai pakaian takwa ini karena inilah perintah Allah. Dengan pakaian seperti inilah Allah memuliakan wanita dan menjaganya dari pandangan laki-laki yang tidak halal memandangnya. Emak nggak mau kan ada laki-laki yang memandang Nin dengan nafsu?"

Kulihat emak menganggukkan kepalanya. Mulutnya terbuka lebar menguap lalu buru-buru ku tutup dengan punggung tangan kiri sembari mengucapkan taawud untuknya. Ku sampaikan bahwa itulah adab dalam Islam saat menguap. 

"Nin, juga nggak mau pacaran bukan karena Nin nggak laku atau ingin jadi perawan tua mak. Nin, ingin laki-laki yang serius. Bukan yang ngajak main-main. Nin, takut seperti teman-teman Nin yang belum nikah sudah hamil duluan,"

Aku menghembuskan nafas keras, "Nin, ingin laki-laki yang saleh Mak, yang bisa menjadikan Nin istrinya bukan tempat ia bermain-main."

Emak menatapku. Ia mencoba mengerti prinsip hidup yang telah kupilih sejak mengkaji Islam di kampus. Bersyukur beasiswa yang kudapat karena prestasi mengantarkanku mengenal Islam lebih baik lagi. 

"Emak, mau kan doakan Nin supaya mendapat suami yang saleh?" 

"Aamiin. Emak selalu mendoakanmu Nak. Tapi, jangan lama-lama. Keburu usia Emak tidak cukup untuk menunggumu," 

"Nin, doakan emak panjang umur dan senantiasa diberikan Allah kesehatan,"

Aku memeluk emak yang raganya tampak ringkih, "Ya Allah, berikanlah aku jodoh terbaik dan emak bisa melihatku bahagia bersamanya," doaku dalam diam.

Kuselimuti emak yang tertidur pulas. Kakiku melangkah menuju kamar yang bersisian dengan kamarnya. Kutatap sinar rembulan purnama yang sempurna dari balik jendela. 

Suara murottal mengalun menyenandungkan suara qori' favorit melantunkan surat An Nur ayat 26 beserta terjemahannya.

اَلْخَبِيْثٰتُ لِلْخَبِيْثِيْنَ وَالْخَبِيْثُوْنَ لِلْخَبِيْثٰتِۚ وَالطَّيِّبٰتُ لِلطَّيِّبِيْنَ وَالطَّيِّبُوْنَ لِلطَّيِّبٰتِۚ اُولٰۤىِٕكَ مُبَرَّءُوْنَ مِمَّا يَقُوْلُوْنَۗ لَهُمْ مَّغْفِرَةٌ وَّرِزْقٌ كَرِيْمٌ ࣖ

"Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang keji (pula), sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik (pula). Mereka itu bersih dari apa yang dituduhkan orang. Mereka memperoleh ampunan dan rezeki yang mulia (surga)."

Tak terasa ayat ini sukses meluncurkan air mata haru dari sudut mataku. Keyakinanku bahwa takdir jodohku Allah lah pemegangnya takkan ku ubah. Aku akan menyiapkan diri sebagai sebaik-baik wanita agar Allah siapakan pula sebaik-baik laki-laki. Insya Allah dengan izin-Nya kami akan dipertemukan pada saat yang tepat.

Karya: Choirin Fitri
(Sahabat Topswara)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar