Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Bimbinglah Anak-anak Kita Bahwa Allah Senantiasa Bersama Mereka di Mana Pun dan Kapan Pun


Topswara.com -- Ada orang tua yang dengan entengnya berkata, "Saya beri kebebasan pada anak saya untuk memilih jalan hidup, saya tak akan memaksa mereka, itu pilihan mereka, saya akan hormati apa pun pilihan mereka."

Pastinya tak pantas seorang ayah yang mengaku beriman kepada Allah mengucap kalimat ini. Seorang ayah Mukmin akan senantiasa sadar ia adalah 'duta' Allah bagi anak-anak mereka, sekaligus musyrif atau murabbi bagi mereka. Mendidik setiap anak mereka bahwa menjadi Muslim yang taat bukanlah pilihan, tapi kewajiban setiap insan.

Itulah potret yang Allah berikan kepada para ayah dalam surat al-Luqman. Bagaimana Luqman al-hakim bijak mendidik anaknya agar senantiasa berpegang pada tali agama Allah, dan bukan membebaskan pilihan hidupnya.

"Wahai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar, dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan oleh Allah." (TQS. Luqman [33]:17)

Katakan pada anak-anak kita, "Nak, Allahlah yang sudah memberikan kamu nikmat sebagai manusia, menghirup udara segar, air yang jernih dan makanan yang nikmat. Pantaskah kita melupakan Allah dan tak mau taat pada-Nya?"

Berikan perumpamaan yang mudah dipahami akal mereka dan mengena jantung hatinya. "Apa pendapatmu Nak, bila seorang buruh yang disayangi oleh majikannya, upahnya dibayar dengan baik malah diberi kelebihan, bila sakit ia dimuliakan, tapi sang buruh malah melawan majikannya.  Apakah yang baik atau buruk?" Akan dengan mudah anak-anak kita apalagi yang telah aqil baligh akan menilai buruh itu adalah pribadi yang buruk.

Agar anak-anak kita selalu terikat dengan tuntunan Allah, bimbinglah anak-anak kita kepada realita bahwa Allah senantiasa bersama mereka di mana pun dan kapan pun. Tak ada yang tersembunyi bagi Allah SWT. Maka jadilah insan yang senantiasa jujur dan menjaga diri. Tetaplah beramal shalih meski tak ada yang menyaksikan, meski amal itu mungkin bernilai kecil dihadapan orang lain, tapi tetap akan tiba ke hadapan Allah SWT.

"Wahai anakku, bila ada kebaikan yang kamu kerjakan, kecil (tidak nampak oleh pandangan mata yang zahir), yang kecil itu tersembunyi di puncak langit, di dasar bumi yang paling dalam atau di tengah-tengah batu hitam sekali pun, Allah pasti akan mengetahuinya dan pasti akan memberikan balasan yang seadil-adilnya." (TQS. Luqman [33:]16)

Ungkapkan pada mereka, jangankan sebuah gunung yang meletus, sehelai daun yang jatuh di tengah hutan belantara pun diketahui oleh Allah SWT. Maka tak ada gunanya bersembunyi dari-Nya untuk berbuat maksiat. Tak ada artinya melarikan diri untuk meninggalkan aturan-Nya. Allah Maha Menyaksikan dan Maha Membalas.

Kenalkan pada anak bahwa hanya Allah pembuat aturan terbaik pada manusia. Hukum Allah tak akan keliru dan salah. Tak akan menyusahkan manusia dan berkesesuaian hingga akhir zaman.

Ceritakan bahwa ketika manusia berselisih paham tentang larangan minuman keras, Allah ta'ala telah mengharamkannya 14 abad silam. Ketika masyarakat meributkan dampak pengrusakan terhadap wanita, Allah SWT telah memuliakan sejak lama dengan menempatkan mereka sebagai ibu dan pengaturan rumah tangga, seraya mewajibkan hijab untuk jaga kehormatan mereka.

Bila anak telah yakin akan kebenaran hukum dari Rabbnya, mereka akan berdiri di garis depan menjadi pembela agama Allah. Mereka pun tak akan pernah rela melihat umat meninggalkan syariat Islam. Dalam diri mereka telah tertanam manisnya iman sebagai buah kecintaan pada Allah SWT.

"Tiga golongan yang merasakan manisnya iman, orang yang menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai dari selain keduanya, seseorang yang mencintai orang karena Allah, dan orang yang benci untuk kembali kepada kekufuran di mana ia benci dilemparkan ke dalam neraka." (HR. Bukhari)

Betapa indah orang tua mana kala menyaksikan anak-anaknya ada di barisan perjuangan Islam.

Bersambung...

Ditulis kembali oleh: Munamah

Disadur dari buku: DNA Generasi Pejuang (Bagian Pengantar Penulis), Bogor, Cetakan ke-1, Maret 2017.
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar