Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Pandemi Kian Merebak, Tuntaskah Hanya dengan Gerakan Doa Keluarga?


Topswara.com -- Pandemi Covid-19 telah menyebar ke berbagai wilayah. Berbagai upaya penekanan penyebaran pun dilakukan, hingga adanya upaya gerakan keluarga berdoa di tengah wabah saat ini.

Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Abdul Halim Iskandar mengirimkan surat resmi kepada kepala desa, pendamping desa dan warga desa untuk menggelar doa bersama. Surat resmi tersebut, Halim mengimbau agar seluruh pihak melakukan doa bersama sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing. Adapun doa ini dilakukan guna menyikapi kondisi melonjaknya angka Covid-19 di Indonesia. (Detiknews.com, 3/7/2021).

Adanya himbauan doa bersama keluarga untuk meminta pertolongan Allah SWT agar pandemi saat ini segera berlalu. Namun akhirnya muncul pertanyaan, apakah gerakan doa keluarga ini mampu menuntaskan pandemi Covid-19 yang telah merebak di negeri ini?

Kapitalisme Lepas Tangan Menangani Wabah

Hidup di bawah naungan sistem kapitalisme, sebuah sistem yang meniscayakan segala masalah kehidupan akan dikembalikan kepada masing-masing individ. Negara lepas tangan dalam tanggung jawabnya. Terlebih pandemi saat ini, upaya memang dilakukan seperti adanya PPKM mikro berlaku pada pedagang begitu tegas di tetapkan tetapi di satu sisi lainnya proyek pembangunan negeri tetap jalan, inilah inkonsistensi kapitalisme dalam menangani wabah.

Begitupula munculnya gerakan doa bersama, seakan hanya doa yang menjadi jalan upaya selanjutnya untuk menuntaskan problem pandemi saat ini.

Sistem kapitalisme yang dilahirkan dari akidah sekuler (memisahkan agama dari kehidupan) yang sudah pasti perangkat aturannya bersumber pada akal manusia. Padahal, manusia sendiri adalah makhluk yang lemah, terbatas dan tergantung. Dia tidak akan mampu membua, bahkan merancang aturan untuk solusi permasalahan dalamkehidupan.

Keterbatasan akal inilah yang seharusnya disadari oleh manusia bahwa ia sejatinya lemah dan hanya bisa bergantung pada Zat Azali yakni Allah SWT.

Adapun, pandemi Covid-19 memang bagian dari ujian yang di turunkan oleh Allah SWT. Himbauan doa bersama artinya pengakuan bahwa manusia butuh pertolongan Allah SWT untuk menghadapi wabah saat ini. Namun, sayangnya himbauan doa bersama oleh negeri ini tidak dibarengi dengan pengambilan kebijakan tepat untuk mengatasi wabah saat ini.

Maka, bisa kita lihat bagaimana kegagapan sistem kapitalisme ini ketika memberikan solusi atas wabah yang terjadi. Himbauan hanya sekedar ajakan yang kurang berarti, terlahir dari nafas sistem kapitalisme sekuler yang meniscayakan keadaan saat ini semakin runyam. Hal ini semakin mengkonfirmasi bahwa penerapan sistem kapitalisme sekuler yang bersumber dari akal manusia menyebabkan wabah makin berkembang. 

Memadukan Keimanan dengan Syariah

Keagungan dan kesempurnaan Islam tergambar dari akidah yakni keimanan kepada Allah SWT, kalaikat-Nya, kitab-Nya, para Rasul-Nya, hari akhir dan iman kepada qadha dan qadar (ketetapan atau takdir) baik dan buruk semua yang terjadi atas Ilmu-Nya.
Keimanan seperti ini tidak hanya diyakini dalam hati dan lisan, namun di wujudkan dalam ketaatan secara menyeluruh pada syariat Islam, termasuk dalam menghadapi wabah saat ini.
 
Adapun memadukan keimanan dengan syariat Islam saat menghadapi wabah telah ada dalam catatan sejarah peradaban Islam dahulu. Yakni pada masa kekhilafahan Umar bin Khattab ra dengan para sahabat Nabi SAW lainnya saat menghadapi wabah. Umar dan para sahabat angat meyakini bahwa wabah sejatinya wujud kekuasaan dari Allah SWT. Begitu telah nampak dalam perbincangan antara Abu ‘Ubaidah bin Jarrah yang bertanya kepada khalifah Umar ra : “Apakah kita hendak lari dari takdir Allah?” Umar menjawab : “Ya, kita lari dari takdir Allah kepada takdir Allah yang lain”. 

Begitu kiranya sikap bagi orang yang beriman. Wabah memang ujian dari Allah, namun menyikapi hal tersebut semestinya dengan memadukan keimanan. Sebagaimana artinya meyakini bahwa ujian sebagai penguat keimanan dan wujud dari ketetapan Allah. Seorang Muslim harus menerima dengan sabar dan rida atas ujian wabah ini. Begitu juga menundukkan diri untuk taat pada syarit-Nya. Artinya mengambil syariat Islam sebagai solusi dalam penanganan wabah, bukan kemudian hanya berdoa dan pasrah semata.

Sebagaimana saat menangani wabah, khalifah Umar bin Khattab tidak berhenti hanya menyerahkannya pada takdir (ketetapan) dari Allah semata, namun beliau bersegera terikat pada ketentuan syariat yang dicontohkan Baginda Nabi Muhammad SAW. Adapun kebijakan yang diambil oleh khalifah Umar bukan hanya memerintahkan rakyatnya untuk bertaubat kepada Allah atau kebijakan yang dilahirkan atas kecerdasannya saja, namun kebijakan beliau tentu bersandar pada syariat yakni apa yang diperintahkan Nabi SAW. 

Adanya bukti atas kegembiraan khalifah Umar dan rasa syukurnya atas pernyataan Abdurrahman bin ‘Auf yang menegaskan bahwa keputusan Umar adalah keputusan yang sesuai dengan apa yang di perintahkan Rasulullah SAW. Ibnu Hajar menceritakan kisah ini di dalam Fathu al-Bârî bahwa Umar ra. keluar ke Syam, ketika tiba di Syargh, sampai kepadanya bahwa wabah terjadi di Syam. Lalu Abdurrahman bin ‘Auf memberitahunya bahwa Rasulullah  bersabda : 
“Apabila kamu mendengar wabah berjangkit di suatu negeri, janganlah kamu datangi negeri itu. Dan apabila wabah itu berjangkit di negeri tempat kamu berada, maka janganlah keluar dari negeri itu karena hendak melarikan diri.”

Demikianlah yang dilakukan oleh khalifah Umar ketika menangani wabah. Beliau bermodal keimanan dan ketaatan pada syariat Islam dalam menangani wabah walhasil atas izin Allah wabah cepat tertangani dan berakhir. Oleh karena itu, semestinya pemerintah harus menyadari himbauan berdoa bersama keluarga tidaklah menjadi satu dari solusi untuk menekan penyebaran wabah saat ini.

Urgensi atas memadukan keimanan dengan ketaatan pada syariah Islam kaffah dalam kehidupan adalah solusi pilihan paling rasional untuk menghadapi situasi ujian wabah yang diberikan Allah SWT hari ini. Namun, sayangnya keberhasilan atas memadukan keimanan dengan syariat Islam kaffah hanya bisa terwujud jika negeri ini mengadopsi sistem Islam yakni khilafah islamiyah. Maka, Insya Allah pertolongan-Nya segera turun, wabah akan segerah berakhir dan hidup menjadi berkah, bi ‘idznillah. Wallahu a'lam Bishawwab


Oleh: Qonitta Al-Mujadillaa 
(Aktivis Muslimah Banua)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar