Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Memukau di Dunia, Belum Tentu Membahagiakan di Akhirat


Topswara.com -- Kalam hikam hari ini: 

Ø¥ِÙ†ْ رَغَّبَتْÙƒَ الْبِدَا ÙŠَا تُ زَÙ‡َّدَتْÙƒَ النِّÙ‡َايَاتُ , Ø¥ِÙ†ْ دَعَا Ùƒَ Ø¥ِÙ„َÙŠْÙ‡َا ظَا Ù‡ِرٌ Ù†َÙ‡َا Ùƒَ عَÙ†ْÙ‡َا بَا Ø·ِÙ†ٌ . 

"Jika engkau tertarik oleh permulaannya, pandangan luarnya (lahir), maka akan menjemukan engkau pada akhirnya. Jika engkau terpengaruh oleh pandangan lahir, maka akan dilarang oleh hakikat batinnya (akan dicegah oleh hakikat batinnya)." 

Segala sesuatu yang awalnya memukau justru pada akhirnya akan menjemukan bahkan menghancurkan. 

Harta benda yang banyak, tampak secara dzahir di awalnya akan membahagiakan dan memukau pemiliknya di dunia. Itu anggapan banyak orang. Namun, sesuatu yang memukau dan membahagiakan di dunia ini ternyata belum tentu membahagiakannya di akhirat. 

Berikut ada kisah tentang harta kekayaan yang justru membuat jemu, payah di akhirat karena dipertanggungjawabkan keseluruhan. Bahkan, satu buah kapak seorang tukang kayu saja dipertanyakan oleh Allah hingga 40 hari, apalagi dengan harta yang nilainya jutaan, hingga milyaran atau trilyunan. 

Kisah Tukang Kayu Temani Mayat selama 40 Hari di Alam Kubur 

Ada sebuah kisah seorang kaya raya yang menulis surat wasiat. Surat itu berisi, barangsiapa yang mau menemaninya selama 40 hari di dalam kubur setelah mati, akan diberi warisan separuh dari harta peninggalan yang dimilikinya. 

Konglomerat itu bertanya hal tersebut kepada anak-anaknya, apakah mereka sanggup menjaganya di dalam kubur nanti. Namun, anak- anaknya justru menjawab tidak sanggup. Sebab, ketika mati, ayahnya sudah menjadi mayat. 

Lantas dia memanggil semua adik-adiknya dan kembali bertanya, “Adik-adikku, sanggupkah di antara kalian menemaniku di dalam kubur selama 40 hari setelah aku mati nanti? Aku akan memberi setengah dari hartaku!" Adik-adiknya pun menjawab, tidak mungkin ada orang yang sanggup bersama mayat selama itu di dalam tanah. 

Dengan perasaan sedih konglomerat tadi memanggil ajudannya, untuk mengumumkan penawaran istimewanya itu ke seluruh negeri. 

Akhirnya, sampai juga pada hari di mana konglomerat tersebut kembali ke rahmatullah. Kuburannya dihias megah laksana sebuah peristirahatan termewah dengan semua perlengkapannya. 

Pada waktu yang hampir bersamaan, seorang tukang kayu yang sangat miskin mendengar pengumuman wasiat tersebut. Dengan tergesa-gesa dia segera datang ke rumah konglomerat tersebut untuk memberitahukan kepada ahli waris akan kesanggupannya. 

Keesokan harinya jenazah sang konglomerat dikebumikanlah. Si tukang kayu pun ikut turun ke dalam liang lahat sambil membawa kapaknya, harta satu-satunya yang dimiliki untuk mencari nafkah. 

Setelah tujuh langkah para pengantar jenazah meninggalkan area pemakaman, datanglah malaikat Munkar dan Nakir ke dalam kubur tersebut. Menyadari siapa yang datang, ia segera agak menjauh dari mayat konglomerat. Di benaknya, sudah tiba saatnya si konglomerat akan diinterogasi oleh malaikat Munkar dan Nakir. 

Tapi yang terjadi malah sebaliknya. Malaikat Munkar-Nakir malah menuju ke arahnya dan bertanya, "Apa yang kau lakukan di sini?" 

Aku menemani mayat ini selama 40 hari untuk mendapatkan setengah dari harta warisannya," jawab si tukang kayu. 

“Apa saja harta yang kau miliki?" tanya Mungkar-Nakir. "Hartaku cuma kapak ini saja, untuk mencari rezeki," jawabnya. 

Kemudian Mungkar-Nakir bertanya lagi, "Dari mana kau dapatkan kapakmu ini?" "Aku membelinya," balasnya. 

Besok di hari kedua, mereka datang lagi dan bertanya, "Apa saja yang kau lakukan dengan kapakmu?" "Aku menebang pohon untuk dijadikan kayu bakar, lalu aku jual ke pasar," jawab tukang kayu. 

Di hari ketiga ditanya lagi, "Pohon siapa yang kau tebang dengan Kapakmu ini?" "Pohon itu tumbuh di hutan belantara, jadi tak ada yang punya," katanya. 

Apa kau yakin?" lanjut malaikat. 

Datang lagi di hari ke empat, bertanya lagi "Adakah kau potong pohon-pohon tersebut dengan kapak ini sesuai ukurannya dan beratnya yang sama untuk dijual?" Aku potong dikira-kira saja, mana mungkin ukurannya bisa sama rata," tegas tukang kayu. 

Begitu terus yang dilakukan malaikat Munkar-Nakir, datang dan pergi sampai tak terasa sudah 39 hari dia berada di alam kubur. Dan yang ditanyakan masih berkisar dengan kapak tersebut. 

Di hari terakhir hari ke-40, datanglah Munkar dan Nakir sekali lagi bertemu dengan tukang kayu tersebut, dan berkata "Hari ini kami akan kembali bertanya soal kapakmu ini."

Belum sempat Munkar-Nakir melanjutkan pertanyaannya, si tukang kayu tersebut segera melarikan diri ke atas dan membuka pintu kubur tersebut. Ternyata di luar sudah banyak orang yang menantikan kehadirannya untuk keluar dari kubur tersebut. Si tukang kayu dengan tergesa-gesa keluar dan lari meninggalkan mereka sambil berteriak, "Kalian ambil saja semua bagian harta warisan ini, karena aku sudah tidak menginginkannya lagi." 

Sesampai di rumah, dia berkata kepada istrinya, "Aku sudah tidak menginginkan separuh harta warisan dari mayat itu. Di dunia ini harta yang kumiliki padahal cuma satu kapak ini, tapi selama 40 hari yang ditanyakan dan dipersoalkan oleh malaikat Munkar-Nakir masih saja seputar kapak ini. Bagaimana jadinya kalau hartaku begitu banyak? Entah berapa lama dan bagaimana aku menjawabnya." 

Dari Ibnu Mas’ud RA dari Nabi Muhammad SAW bahwa beliau bersabda, "Tidak akan bergerak tapak kaki anak Adam pada hari kiamat, hingga ia ditanya tentang lima perkara, yaitu umurnya ini untuk apa dihabiskannya, masa mudanya ke mana dipergunakannya, hartanya dari mana ia memperolehnya dan ke mana dibelanjakannya, ilmunya sejauh mana diamalkan?" (HR. Turmudzi)
(Dikutip dari Muslim OkeZone.com, Kamis, 11 Februari 2021). 

Lanjutan kalam hikam: 

Segala sesuatu yang secara dzahir membuat bahagia, maka justru subtansinya akan mencegahmu dari kebahagiaan. 

Maka para sahabat lebih memilih menghabiskan hari-harinya di dunia dengan menangis dari pada tertawa, misal dengan setiap hari melihat kain kafannya. Standar kemuliaan seseorang adalah takwa, bukan yang lain misalnya harta benda, mobil yang mewah. Samakah kita rasakan ketika kita banyak uang dan ketika kita miskin, sedikit uang? Seberapa hancur kita tergantung juga seberapa kita angkat keduniaan sebagai standar kemuliaan. 

Kalam hikam lanjutan: 

"Sesungguhnya Allah sengaja menjadikan dunia ini tempat kerusakan dan sumber kerusuhan, untuk menjemukan kau terhadap dunia." 

Al kisah para sahabat dahulu pada waktu siang dan malam hari selalu melakukan muhasabah diri hingga menangisi atas dosa-dosa dan sedikitnya ibadah yang telah dilakukannya. Dijadikannya dunia ini dengan tipuan misalnya sedikit-dikit ada ujian, dicela, ditipu dan banyak kesusahan lainnya sebenarnya Allah sedang mengajari agar engkau tidak menyukai dunia, segera sadar memilih kehidupan akhirat. Sehingga para auliya punya pandangan lain ketika ditampakkan keburukan, ketidaksenangan di dunia. Para auliya malah senang karena dibuat tidak senang oleh Allah karena tidak terjebak kesenangan dunia yang menipu. 

Misalnya ada kisah seorang pedagang yang jualan di pasar namun justru kehilangan keuntungan. Banyak orang yang mengetahuinya dia merugi. Tetapi banyak orang yang heran karena pedagang itu tidak bersedih hati dan kecewa. Justru bahagia dengan alasan karena dia sedang diajari oleh Allah untuk tidak lebih mencintai dunia. 

Allah paham betul bahwa sebenarnya manusia itu sulit sekali menerima nasihat. Seringkali manusia harus dihadapkan pada satu keadaan sulit, sakit teraniaya hingga baru bisa menerima nasihat tersebut. 

Kalam hikam lanjutan: 

"Allah telah mengetahui bahwa engkau tidak dapat menerima nasihat yang hanya berupa teori (kata kata), karena itu Allah merasakan kepadamu rasa pahitnya, untuk memudahkan bagimu cara meninggalkannya." 


Ditulis kembali oleh Suteki (Digabung dengan beberapa artikel) 


Kajian Subuh di Masjid At Taufiq Srondol Wetan Banyumanik Semarang. Ngaji Kitab Al Hikam bersama Ustaz Riyad Ahmad, Selasa, 1 Juni 2021.
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar