Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Heboh BTS Lifestyle, Analis Politik dan Media: Sekularisme Giring Remaja Muslim Jadikan Artis sebagai Idola


Topswara.com -- Menanggapi fenomena BTS lifestyle, Analis Politik dan Media yang juga Dosen Online (Dosol) Universitas Online (Uniol) 4.0 Diponorogo Puspita Satyawati menilai, hal tersebut sebagai dominasi sekularisme yang menggiring remaja Muslim menjadikan artis sebagai idola.

"Penyebab BTS menjadi lifestyle baru sehingga menimbulkan fanatisme remaja Muslim adalah dominasi sekularisme kapitalistik yang menggiring remaja Muslim untuk menjadikan artis sebagai idola, sang panutan, hal yang tentu bertentangan dengan gambaran sosok teladan dalam Islam," katanya dalam kuliah online di grup WhatsApp Uniol 4.0 Diponorogo, Ahad (20/6/2021).

Lebih lanjut ia mengatakan, adapun dalam hal idola, kapitalisme mengajarkan bahwa manusia yang layak diidolakan lebih diukur dari sesuatu bersifat fisik, materi, kebendaan. Padahal, Allah SWT telah menurunkan Rasulullah Muhammad SAW sebagai idola dari segala idola.

"Bagaimana tidak? Sekularisme terus mencekoki remaja Muslim melalui konten media dan tayangan lainnya,  bahwa tujuan hidup manusia demi meraih kesenangan dunia. Mereka tak mengenal hakikat ibadah dan menghamba pada-Nya sebagai puncak aktivitas kehidupan. Sedari dini, remaja Muslim mengenal asas perbuatannya bersandar manfaat dan keuntungan semata," jelasnya.

Dengan demikian ia menilai, bukan halal-haram sebagaimana yang dikehendaki-Nya. Mereka pun menganggap makna bahagia ialah kala meraih materi sebanyak-banyaknya. Bukan saat Allah SWT memberikan ridha ketika ia berhasil menyingkirkan syahwat demi menunaikan titah Rabb-Nya. 

Menurutnya, remaja dan idola seolah tak terpisahkan. Sayangnya, dalam dominasi sistem sekularisme liberalistik saat ini, remaja Muslim tidak memiliki panduan benar dalam memilih idola. Terlebih, arus globalisasi yang menawarkan gaya hidup hedonis melalui serangan 3F (Fun, Food, Fashion), menyodorkan prototipe idola berbagai rupa.

"Sosok artis dipilih sebagai idola karena dipandang merepresentasikan corak hidup ideal ala kapitalisme. Kaya, hebat, terkenal dan dipuja. Pemikirannya disukai, perilakunya diikuti, meskpun salah dan bertentangan dengan ajaran Islam. Jadilah, cinta idola yang membabi-buta," tegasnya.

Ia mengungkap, sebagaimana ditunjukkan oleh para ARMY yang rela mengeluarkan uang tak sedikit demi membeli produk berlabel pujaannya. Atau penggemar artis lainnya yang rela antre berjam-jam untuk mendapatkan selembar tiket konser. Demi idolanya, tidak sedikit yang berani melakukan pelanggaran hukum syariat, seperti meninggalkan shalat, campur baur laki-laki dan perempuan, bahkan ada yang menyertainya dengan aktivitas mabuk-mabukan dan seks bebas.

"Ya, remaja Muslim yang lahir dan dibesarkan dalam dekapan liberalisme kapitalistik, menjelma menjadi sosok berkepribadian ganda. Secara keyakinan memeluk Islam, menuhankan Allah SWT, namun cara berpikir dan berperilakunya menyimpang dari ajaran Tuhannya. Muslim tapi sekuler, liberal dan kapitalis. Lambat laun, identitas (kepribadian) Islamnya luntur, kabur, bahkan hancur lebur," tandasnya. [] Munamah
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar