Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

DNA Kesalehan Anak, Tegak Lurus Akarnya Menghujam ke Bumi dan Batangnya Kokoh Menjulang ke Langit


Topswara.com -- Ingin anak-anak kita berada di shaf shalat lima waktu berjamaah di masjid, paham shirah Nabi SAW, mencintai para sahabat, tapi ayah bunda kosong dari pemahaman Islam, mungkinkah terwujud?

Apalagi DNA yang akan kita wariskan dan kembangkan bukan sekedar DNA kesalehan pribadi. Membuat anak raji shalat, pandai mengaji, bersedekah, tapi tak peduli dengan nasib umat Islam yang terpuruk. Ia menutup mata ketika negerinya dijarah oleh imperialis asing, bahkan saat dewasa ia justru bersekutu dengan para penjarah dan membenci saudara seakidah.

Tapi yang kita inginkan adalah DNA para pejuang Islam. DNA ikrimah bin Ali Jahal, DNA Nuruddin az- Zanki, DNA Salahuddin al-Ayyubi, DNA Diponegoro sang Panatagama atau DNA KH Mama Abdullah bin Nuh pahlawan juga cendekiawan.

Hari ini kita masih melihat kesalehan bercampur dengan kemungkaran. Ada saja Muslim yang kening mereka terlihat tanda sujud merendah di hadapan Illahi, tapi tinggi hati di hadapan saudara sendiri. Ucapannya menyakiti dan tindakannya melukai.

Anehnya pada kemungkaran dan kekufuran mereka berdiam diri, dan senang menjadi syaitan bisu. Tapi lidahnya aktif menyudutkan sesama Muslim hanya karena perbedaan pendapat.

Bukan seperti itu anak-anak yang kita harapkan tumbuh dan berkembang. Kita tidak ingin anak-anak kita hanya punya separuh kesalehan.

Kita inginkan DNA kesalehan anak-anak kita penuh, tegak lurus yang akarnya menghujam ke bumi dan batangnya kokoh menjulang ke langit. Disegani kaum kuffar, tapi memberikan keteduhan pada sesama Muslim.


Bersambung...

Ditulis kembali oleh: Munamah

Disadur dari buku: DNA Generasi Pejuang (bagian pengantar penulis), Iwan Januar, Bogor, Cetakan ke-1, Maret 2017.
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar