Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Refleksi Ramadhan: Filosofi Ulat Menjadi Kupu-kupu yang Indah


Topswara.com-- Ramadhan telah berlalu, umat Islam seluruh dunia meramaikan idulfitri sebagai hari kemenangan setelah sebulan penuh berpuasa.

Banyaknya bonus yang Allah sediakan selama bulan Ramadhan mendorong setiap muslim untuk berlomba-lomba mengamalkan ibadah-ibadah yang diutamakan. Rela menyediakan waktu, turut aturan agar diterima segala amal dan berbalas pahala. Sangat berhati-hati dalam berkata dan bersikap kepada sesama. Kuatir jika amal tidak diterima. Inilah spesialnya kekuatan Ramadhan, yang hanya datang setahun sekali. Tidak berhenti di sela-sela doa selalu berharap bisa melewati  Ramadhan tahun ini dan berharap bertemu di Ramadhan yang akan datang.

Selain memburu keutamaan ibadah, di penghujung sepuluh hari terakhir antusias bertemu dengan malam lailatul qadar pun tak kalah penting. Malam yang telah Allah khususkan lebih baik dari seribu bulan. Mesti tidak semua berhasil menemuinya tak membuat kecewa, sebab ikut puas dapat bermunajat bertemu Allah SWT.

Semua rasa, harap, cemas dan asa tercurah secara sempurna. Terasa betapa sempurnanya Allah yang maha kuasa. Kadang membuat air mata meleleh tak terasa, kala ingat betapa diri penuh bergelimang dosa. Butuh ampunan dari yang kuasa dipenghujung perpisahan dengan bulan yang mulia. 

Puasa adalah ibadah yang disyariatkan, kewajiban untuk membentuk dan membangun mentalitas seorang muslim kuat dan taat. Baik jiwa maupun raga. Sebab tujuan puasa adalah untuk memastikan tingkat ketaqwaan seorang hamba kepada penciptanya. Sebagaimana yang diseru Allah dalam firman-Nya,

 "Hai orang-orang yang beriman telah diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertaqwa". (TQS.al Baqarah [2] : 183) 

Jadi, esensi dari pencapaian puasa adalah pembuktian ketaqwaan kepada Allah. Akan tampak dari ketundukan kepada segala perintah-Nya dan kepatuhan meninggalkan segala larangan-Nya dalam sebelas bulan setelah Ramadhan. Cerminan kesuksesan taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah setelah sebulan penuh berjuang, berlatih tanpa kata letih.

Bisa jadi sebelum memasuki Ramadhan seseorang merasa dan menilai dirinya sebagai hamba yang banyak bersalah, banyak dosa, sering tergelincir kemaksiatan, acuh dengan agama, enggan belajar dan bertanya, bahkan kadang pandangan sumir terhadap seruan dakwah Islam dan segudang kelalaian lainnya. Namun hikmah Ramadhan membawa secercah harapan dan penempaannya menepis segala rasa sinis dan apatis. Berubah menjadi hamba-hamba yang bertakwa, berbenah agar bisa sempurna.

Inilah prosesi sukses yang sesungguhnya. Setelah bermetamorfosis selama sebulan penuh muncul sosok-sosok hamba yang kuat lagi hebat dan bermanfaat setelah merenung disertai tobat. Persis seperti filosofi ulat menjadi kupu-kupu yang indah dan sangat menawan.

Mendengar kata-kata ulat langsung memori akal sehat kita membayangkan sosok makhluk yang menjijikan, menggelikan, bikin tak nyaman kalau sempat tersentuh atau disentuh, suka makan tanaman dan banyak lagi yang tidak disuka dari ulat. Ketika melihatnya orang akan segera menghindar. Kadang-kadang sosok manusia benar-benar ada yang mirip dengan ulat ini, sederhananya tidak disuka dan dijauhi sesama. 

Jangan heran, tidak hanya berhenti sampai disitu, ternyata ulat adalah binatang yang bakal menjadi kupu-kupu. Melalui suatu proses metamorfosa yaitu menjadi kepompong. 

Metamorfosa inilah yang menjadi proses perjuangan kepompong dalam cangkang dalam waktu tertentu berhasil keluar dengan bersusah payah menjadi makhluk yang telah bersayap. Jadilah kupu-kupu indah warna warni sangat menawan hati saat melihatnya terbang. Ulat yang menjijikan dan menggelikan telah berubah menjadi makhluk yang membawa manfaat. Dari kaki-kakinya akan menyebarkan benih-benih tumbuhan dan persilangan tumbuhan secara alami, saat kupu-kupu memakan serbuk sari dari kuncup-kuncup bunga. Semua atas kuasa Allah yang maha mengatur segala sesuatunya. 

Terlebih lagi manusia, Ramadhan seperti proses metamorfosa kita. Walau bersusah payah namun dengan mengikuti proses yang tepat, maka Ramadhan berakhir sambut kemenangan di hari fitri kembali kepada fitrah benar-benar bisa terealisasi. Ada perubahan pada diri dari buruk menjadi baik, dari baik semakin baik dan seterusnya. Tampil menjadi pribadi yang membawa warna-warni dalam kehidupan, bermanfaat bagi sesama, menampilkan pribadi yang elok bersakhsiyah islamiyyah. Seperti ilustrasi kepompong Ramadhan yang telah keluar menjadi kupu-kupu yang Indah.

Rasulullah SAW. bersabda,

خَيْرُ الناسِ أَنفَعُهُم لِلنَّاسِ

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.” (Hadis Riwayat ath-Thabrani).

Hadis ini memberi isyarat kepada kita berusaha agar menjadi orang yang bisa memberi manfaat pada orang lain. Hanya orang yang bertaqwa yang bisa merealisasikannya, sebab manfaat akan diperoleh saat seorang hamba taat dan patuh pada syariat Allah. Bermanfaat pada agama, saat menjalankan dan membela keagungannya. Giat belajar untuk merawat iman dan keyakinan. Dakwah sebagai jalan merealisasikannya. Tanpa dakwah agama ini tak akan tersebar, tanpa dakwah umat ini tak bisa diajak kembali, kembali untuk menjalankan syariat. Maka kesungguhan umat Islam yang terlahir seperti kupu-kupu akan siap menebar benih-benih kebaikan agar konsisten dalam ketakwaan.
Wallahu a'lam


Oleh: Dr. Hj. Septimar Prihatini, M.Pd.
(Praktisi Pendidikan dan Penulis Buku Asesmen Ilahiyah)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar