Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Sesungguhnya Ilmu Meberi Energi dan Kekuatan dalam Kehidupan


Topswara.com -- Founder Syameela Ustaz Abu Bassam Oemar Mita, Lc. mennerangkan bahwa sesungguhnya ilmu itu memberikan kekuatan dan energi dalam kehidupan.

“Sesungguhnya ilmu bukan sesuatu yang biasa. Ilmu memberikan kekuatan dan energi dalam kehidupan kita,” ujarnya dalam Kajian MT Al Iman di Masjid Jami’ Al Iman Telaga Golf Sawangan, Pengaruh Kehalalan Harta dalam Rumah Tangga, Ahad (30/10/2025).

Dia menjelaskan, dengan ilmu, seseorang tahu bagaimana menghadapi pasangannya. Apa yang harus diberikan kepada keluarga, apa yang dilakukan di waktu malam, serta bagaimana membangun benteng kesabaran ketika mendidik anak.

Oemar Mita menegaskan, bahwa ilmu adalah kebutuhan pokok dalam perjalanan hidup. Siapa pun yang terus belajar akan selamat dari banyak benturan dan musibah. Banyak orang mendapatkan ujian bukan karena Allah zalim, namun karena mereka enggan berilmu dan mengkaji petunjuk yang bisa menyelamatkan dari kerasnya perjalanan hidup. 

“Inilah yang mengharuskan kita untuk mengaji. Kita ngaji bukan karena pengangguran atau tidak punya kegiatan. Kita ngaji karena itu prioritas dan kualitas besar dalam hidup," jelasnya.

Dia mengatakan, akan pentingnya ilmu bagi seorang perempuan. Tanpa ilmu, perempuan akan sibuk dengan perasaan, sensitivitas, dan aktivitas sia-sia yang menjauhkannya dari kekuatan hidup. 

“Kalaulah bukan karena ilmu, kita tidak akan tahu bagaimana menjawab pertanyaan kehidupan, mendidik anak, atau menjadi istri yang baik. Bahkan ada istri yang tetap tersenyum meski ditinggal suaminya, dan tetap sabar di depan anak-anak di tengah beratnya perjuangan mendidik mereka, semuanya karena ilmu,” imbuhnya.

Ilmu, lanjutnya, memberikan kebaikan, petunjuk, dan energi. Inilah yang membuat kita senantiasa memohon sebagaimana doa Nabi:
‎اللَّهُمَّ إنِّي أَسْأَلُكَ عِلْماً نَافِعاً، وَرِزْقاً طَيِّباً، وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً

“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang baik, dan amal yang diterima.”

Karena itu, aktivitas ngaji setiap waktu bisa mengajarkan kembali kepada anak-anak. Ibu adalah madrasah, guru utama anak; ayah adalah kepala madrasahnya. Karena itu jadilah ibu, ayah, dan anak yang terisi ilmu agar mampu mengisi ruang-ruang kosong dalam perjalanan hidup.

Tentang Sukur

Dia mengingatkan pentingnya sukur. Menurutnya, sukur tidak menjanjikan kuantitas, tetapi kualitas hidup. Orang yang bersukur tidak otomatis kaya, namun Allah akan memberikan kualitas dalam apa yang ia miliki, yaitu sesuatu yang tidak dimiliki orang yang tidak bersukur.

Sukur adalah perintah, bukan sekadar anjuran. Sukur tanpa syarat, sabar tanpa tepi, dan ridha tanpa batas adalah bekal perjalanan hidup seorang mukmin. Tanda sukur yang diterima Allah adalah ketika Allah menyederhanakan keinginan seseorang, mencukupkan kehidupannya, dan membahagiakannya dalam kesederhanaan. 

“Hidup menjadi mudah ketika keinginan disederhanakan. Makin banyak keinginan, makin sulit bahagia,” tukasnya. 

Terkadang bentuk ketidaksukaan Allah bukan memberi penyakit, tetapi memberi keinginan yang tidak ada habisnya, sehingga seseorang tidak merasakan kebahagiaan karena selalu merasa kurang.

“Bukan hidup kita yang sempit, tetapi hati kita yang kurang lapang. Bukan rezekinya yang kurang, tetapi sukurnya yang kurang,” ujarnya. 

Ia juga mengutip Ulama besar, Imam Ibnu Qayyim, yang menyebutkan tiga komponen hati. Pertama, sukur tanpa syarat. Kedua, sabar tanpa tepi. Ketiga, ridha tanpa batas.

“Bukan bahagia yang membuat kita bersukur, tetapi dengan bersukur pasti bahagia. Orang beriman tidak butuh banyak alasan untuk bersukur,” tutupnya. [] Nuraida
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar