Topswara.com -- Menjadi pribadi yang dirindukan suaranya dan ditunggu nasihatnya.
Setiap orang tentu ingin didengar. Namun kenyataannya, tidak semua pembicaraan mampu menarik hati pendengar. Ada orang yang sekali berbicara langsung membuat suasana hidup, sementara ada pula yang panjang lebar bicara tetapi membuat orang kehilangan fokus. Rahasianya bukan hanya pada apa yang disampaikan, tetapi juga bagaimana cara menyampaikannya.
Dalam dunia dakwah, pendidikan, bisnis, maupun obrolan sehari-hari, kemampuan membuat orang betah mendengarkan adalah seni komunikasi yang berakar pada ketulusan hati, kepekaan, dan keindahan bahasa.
1. Mulailah dengan Niat dan Hati yang Bersih
Nabi Muhammad SAW bersabda:
"Sesungguhnya setiap amal tergantung pada niatnya." (HR. Bukhari dan Muslim)
Jika niat bicaramu adalah untuk berbagi kebaikan, memberi manfaat, atau menghibur hati orang lain, maka ucapanmu akan lebih mudah diterima. Orang bisa merasakan getaran hati yang tulus, meski tanpa kata-kata yang berlebihan.
2. Gunakan Bahasa yang Sederhana dan Mengalir
Bahasa yang rumit membuat pendengar merasa jauh, sebaliknya bahasa yang sederhana membuat orang merasa dekat.
Contoh: Alih-alih berkata: “Paradigma kehidupan modern meniscayakan reinterpretasi nilai spiritual,” lebih baik katakan: “Di zaman modern ini, kita tetap butuh nilai-nilai spiritual agar hati tetap tenang.”
Kekuatan bahasa bukan pada kerumitannya, tapi pada kemampuannya menjangkau hati.
3. Cerita Lebih Mengena daripada Teori
Manusia adalah makhluk yang mencintai cerita. Seorang dai yang menyampaikan kisah sahabat Nabi akan lebih memikat daripada sekadar memaparkan hukum-hukum. Seorang guru yang mengisahkan perjuangan tokoh akan lebih membekas daripada hanya memberi definisi.
Cerita adalah jembatan menuju hati, sementara teori sering kali hanya berhenti di kepala.
4. Ekspresi, Intonasi, dan Bahasa Tubuh
Suara yang datar membuat pendengar bosan. Gunakan intonasi naik turun, penekanan di kata penting, dan jeda yang tepat. Senyuman yang tulus, tatapan mata yang bersahabat, serta gerakan tangan yang alami akan memperkuat pesanmu.
Bahasa tubuh yang tepat dapat membuat orang betah, karena mereka merasa sedang diajak bicara, bukan digurui.
5. Libatkan Pendengar
Orang betah mendengarkan kalau mereka merasa terlibat. Sesekali ajukan pertanyaan ringan, mintalah pendapat, atau beri kesempatan mereka merespons.
Contoh dalam ceramah:
“Siapa di sini yang pernah merasakan doa tiba-tiba dikabulkan Allah?”
Dengan begitu, audiens merasa hadir, bukan sekadar penonton.
6. Singkat, Padat, Bernilai
Pepatah Arab mengatakan: “Sebaik-baik perkataan adalah yang sedikit namun memberi banyak makna.” Jangan berbicara terlalu panjang tanpa arah. Orang lebih menghargai ucapan yang jelas, ringkas, dan penuh manfaat.
Kalau bisa disampaikan dalam lima menit, mengapa harus berputar-putar setengah jam?
7. Sentuh Hati, Bukan Hanya Pikiran
Kata-kata yang datang dari hati akan sampai ke hati. Gunakan ungkapan yang penuh empati:
“Saya tahu ini tidak mudah…”
“Mungkin kita semua pernah merasa lelah seperti itu…”
Ucapan semacam ini membuat orang merasa dimengerti, bukan sekadar didikte.
8. Akhiri dengan Pesan yang Membekas
Yang terakhir sering lebih diingat daripada yang pertama. Tutup pembicaraan dengan kalimat yang menggerakkan: doa, motivasi, atau ajakan kebaikan.
Contoh:
“Sahabat-sahabatku, hidup ini singkat. Mari kita isi dengan kebaikan sebelum kesempatan itu hilang.”
Penutup
Membuat orang betah mendengarkan bukanlah sekadar teknik retorika, tetapi perpaduan antara ketulusan hati, kejelasan bahasa, dan keindahan penyampaian. Orang akan betah mendengar jika mereka merasa dihargai, terhubung, dan mendapatkan manfaat.
Maka, jadilah pribadi yang berbicara bukan untuk meninggikan diri, melainkan untuk meninggikan hati orang lain. Dengan begitu, kata-katamu bukan hanya didengar telinga, tetapi juga dirindukan oleh jiwa.
Oleh: Dr Nasrul Syarif M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo
0 Komentar