Topswara.com -- Kalau kata orang, punya anak perempuan itu ribet. Katanya banyak dramanya, gampang baper, gampang ngambek, susah ditebak. Tetapi, di balik semua itu, sebenarnya punya anak perempuan itu kayak punya “Kartu VIP” menuju surga dan yang paling asik tiketnya gratis, asal orang tua bisa sabar dan amanah menjaganya.
Rasulullah Saw pernah bersabda,
"Barang siapa diuji dengan anak-anak perempuan, lalu ia berbuat baik kepada mereka, maka anak-anak perempuan itu akan menjadi penghalang baginya dari api neraka." (HR. Bukhari dan Muslim).
Nah loh. Jadi jangan pernah remehkan “Drama nangis” anak perempuan cuma gara-gara kuncir rambutnya miring, atau bajunya salah warna. Itu semua ladang pahala. Makin sabar, makin dekat bau harum surga.
Anak Perempuan Itu Amanah, Bukan Aset
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surah Al-Isra' ayat 31, "janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin. Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan juga kepadamu."
Artinya? Jangan pernah merasa terbebani dengan punya anak perempuan. Dia bukan beban, dia anugerah. Dia bukan sekadar perhiasan dunia, tetapi juga “jalan tol” menuju ridha Allah.
Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani juga mengingatkan dalam banyak karyanya, bahwa anak itu amanah dari Allah. Mereka harus dibesarkan dengan pola pikir Islam, bukan dibiarkan liar ikut arus budaya sekuler-liberal. Karena kalau sampai anak perempuan kita lebih kenal “trend crop top” daripada “ayat hijab”, berarti ada yang salah di rumah.
Cinta Bapaknya, Jaga Ibunya
Punya anak perempuan itu bikin bapaknya gampang luluh. Lihat aja banyak bapak yang biasanya judes, begitu punya anak cewek langsung bisa jadi badut demi liat dia ketawa. Ibunya? Jangan ditanya, otomatis jadi pelindung dan pembela garda terdepan selamanya sekaligus guru pertama.
Tetapi yang bikin hati nyesek, anak perempuan itu enggak selamanya sama kita. Begitu jodohnya datang, dia sudah jadi milik suaminya. Kita cuma bisa berharap dia menemukan imam yang tepat, yang bisa bimbing dia dengan Islam, bukan cuma bawa motor gede dan isi saldo e-wallet.
Makanya, sebelum tiba hari itu, nikmatilah setiap momen. Dari dia masih suka main boneka, sampai tiba-tiba jadi suka pakai lip tint. Dari dia nempel terus sama kita, sampai suatu hari dia bilang, “Abi, Umi, aku sudah siap menikah, duar.”
Nah, di situ biasanya hati orang tua luluh jadi es batu yang meleleh.
Tugas Kita: Menjaga dengan Cinta dan Syariat
Islam ngajarin, anak perempuan itu harus dijaga kehormatannya. Bukan cuma dijaga dari kejahatan luar, tapi juga diarahkan supaya paham siapa dirinya.
Anak perempuan bukan sekadar pelengkap keluarga. Dia adalah rahmat, penghalang neraka, dan pintu surga. Jaga dia, cintai dia, arahkan dengan Islam. Karena seberuntung-beruntungnya orang tua, adalah mereka yang punya anak perempuan yang kelak jadi sebab mereka masuk surga.
Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa memiliki tiga anak perempuan lalu ia bersabar atas mereka, memberi makan, minum, dan pakaian dari hasil usahanya, maka mereka akan menjadi penghalang baginya dari neraka" (HR. Ahmad).
Kalau begitu, tugas kita bukan cuma kasih sekolah bagus, tapi juga kasih mereka identitas yang jelas. Kenapa? Karena mereka adalah hamba Allah, calon ibu generasi, dan tiang peradaban.
Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani menegaskan, generasi perempuan dalam Islam itu bukan sekadar pelengkap, tapi penopang peradaban. Mereka adalah madrasah pertama bagi anak-anak. Kalau perempuannya rusak, maka rusaklah generasi. Kalau perempuannya kuat dengan Islam, maka umat akan kokoh.
Jadi, beruntunglah kalian yang punya anak perempuan. Jangan cuma sibuk mikirin biaya skincare dia nanti, tetapi sibuklah mikirin bagaimana caranya dia jadi perempuan beriman. Jangan cuma bangga kalau dia ranking di sekolah, tetapi lupa ajarin dia ranking pertama di ketaatan.
Karena kalau kita berhasil menjaga anak perempuan dengan cinta dan syariat, insyaAllah kelak di akhirat, mereka yang akan narik tangan kita menuju surga.
Maka nikmatilah setiap detik bersama mereka. Abadikan senyum, tangis, bahkan cerewetnya. Sebab suatu hari nanti, mereka akan berpindah tangan, bukan lagi milik kita dan saat itu tiba, kita bisa menangis dan tersenyum sambil bilang,
“Ya Allah, aku sudah menjaga amanah-Mu dengan penuh cinta. Kini aku titipkan dia pada imam pilihannya.” []
Oleh: Nabila Zidane
(Jurnalis)

0 Komentar