Topswara.com -- Akhir-akhir ini muncul fenomena di masyarakat menjelang HUT RI ke-80, dengan adanya pengibaran bendera Jolly Roger atau one Piece pada sejumlah rumah warga dan kendaraan. Memang menjelang bulan Agustus ini, media sosial ramai muncul seruan untuk mengibarkan bendera tersebut. Aksi ini sebagai bentuk protes dan kekecewaan atas kondisi bangsa.
One Piece adalah bendera bajak laut ikonik dari anime populer Jepang berwarna hitam dengan tengkorak putih berhiaskan topi jerami kuning, dengan dua tulang bersilang sebagai identitas mereka.
Menurut para nakama (sebutan bagi penggemar serial One Piece), bendera ini sebagai simbol perlawanan atas ketidakadilan. Bisa dipahami kekecewaan ini akibat kinerja pemerintah dimana kebijakannya tidak memihak rakyat. Simbol bendera One Piece ini mencerminkan bentuk pemaknaan terhadap keadaan sosial dan politik yang ada.
Sebagian kalangan mempertanyakan atas sikap pemerintah yang dinilai terlalu serius merespon hal ini, dengan menyebutnya sebagai ancaman bagi negara. Salah satunya mendapat perhatian serius dari politisi wakil ketua DPR Sufmi Dasko Ahmad.
Menurutnya, pemasangan bendera One Piece tersebut sebagai upaya yang dapat memecah belah bangsa. Selain itu, ada upaya secara sistematis untuk mengganggu persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia melalui pemasangan bendera tersebut (tempo.co 4/8/25). Meski kemudian diralat setelahnya dengan membolehkan selama itu adalah bentuk kreativitas.
Menteri Koordinator Politik dan Keamanan (menkopolkam) Budi Gunawan, menyampaikan adanya provokasi dari semua kelompok yang berupaya menurunkan marwah bendera perjuangan (merah putih) dengan mengganti kepada bendera simbol-simbol fiksi tertentu.
Dia menegaskan bahwa tindakan yang mencederai kehormatan bendera memiliki sanksi pidana dalam Pasal 24 ayat 1 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009, tentang pengibaran bendera.
Founder drone emprit Ismail Fahmi dalam analisis dan opini bertajuk 'Dari Jolly Roger ke ruang dialog' menilai, bagi sebagian orang terutama generasi muda milenial, pengibaran bendera ini adalah cara baru menyuarakan kritik sosial.
Jolly Roger adalah bentuk imajinatif, damai, dan syarat makna. Sebabnya, para pengibar bendera tersebut menjadikan simbol kegelisahan kolektif tentang ketimpangan, korupsi, dan ketidakadilan struktural yang tak kunjung reda.
Ismail mengungkapkan di tik tok dan platform X, One Piece bukan lambang pemberontakan tapi lambang orang kecil yang ingin mimpi mereka dihormati (sindonews.com 5/8/25).
Kebijakan Kapitalis Tak Berpihak Rakyat
Semakin hari rakyat disuguhkan beragam kebijakan pemerintah yang dirasa tidak memihak rakyat. Mundur ke belakang belum lama muncul aturan tentang iuran tapera 3 persen semasa masih di bawah pemerintahan Joko Widodo.
Kemudian di masa presiden Prabowo, adanya pemangkasan anggaran kemendikti saintek sebagai efisiensi belanja APBN dan APBD anggaran 2025.
Baru-baru ini muncul lagi kebijakan pemblokiran rekening yang dilakukan oleh PPATK atas rekening yang menganggur selama 3 bulan. Alasannya ada dugaan rekening Dormant telah disalahgunakan untuk aktivitas ilegal jual beli rekening hingga praktek cuci uang.
Ada lagi kebijakan di mana negara dapat mengambil alih tanah hak guna usaha atau hak guna bangunan yang menganggur selama 2 tahun. Kebijakan ini dirasa menambah beban rakyat di mana masalah korupsi tampak tidak serius dituntaskan, yang menimbulkan ketimpangan kehidupan elite dan masyarakat.
Belum lagi PHK besar-besaran di berbagai sektor yang menjadi faktor kian tingginya pengangguran di negeri ini. bahkan menurut data BPS, keadaan ketenagakerjaan Indonesia per Februari 2025, pengangguran mencapai 7,28 juta orang (detik.com 6/5/25).
Kondisi sulitnya ekonomi yang mulai dirasakan pasca Covid 19, telah membuat adanya penurunan kelas masyarakat menengah menjadi rentan miskin. Akibatnya, banyak masyarakat hidup dari makan tabungan, dan kini makan dari utang untuk memenuhi kebutuhan.
Wajar, akibat ketimpangan dan ketidakadilan yang terus menghimpit rakyat, banyak protes yang muncul dengan berbagai kreativitas agar didengar dan mendapatkan perhatian. Salah satu fenomena terbaru adalah kritik menggunakan pengibaran bendera One Piece.
Akar masalah negeri ini sejatinya adalah diterapkannya sistem kapitalisme. Penerapan sistem kapitalisme telah melahirkan kesenjangan sosial yang tajam. Kebijakan dibuat demi kepentingan elite sehingga rakyat terus ditindas oleh kezaliman struktural.
Merdeka Hakiki dengan Sistem Islam
Masyarakat mencoba menumpahkan ekspresi kekecewaannya melalui simbol agar bisa didengar oleh pemerintah. Gerakan ini bukanlah bentuk makar, melainkan sikap bahwa masyarakat mencintai negeri ini, namun tidak rela negerinya terus didera berbagai macam penderitaan dikarenakan ulah oligarki yang menghisap negeri ini.
Cerita One Piece mencerminkan kondisi yang terjadi di Indonesia, dimana segelintir pejabat menikmati kekuasaan sementara rakyat tertindas.
Meski secara formal telah 80 tahun merdeka, rakyat belum merasakan kemerdekaan sejati. Nyatanya dalam kehidupan mereka masih sengsara dengan berbagai himpitan hidup akibat kebijakan yang condong pada kalangan elite.
Rasa kekecewaan masyarakat ini telah memuncak. Maka harus disadarkan bahwa problem mendasar yang dihadapi adalah penerapan sistem yang menaungi merupakan sistem buatan manusia, bukan dari Allah pencipta manusia yang maha adil.
Islam diturunkan bukan sekedar ajaran spiritual tetapi sebagai sistem hidup yang menjadikan umat Islam sebagai umat terbaik yang menegakkan keadilan dan menolak segala bentuk penindasan. Kesadaran rakyat yang mulai muncul bahwa ada yang salah dalam pengurusan hak rakyat, harus diarahkan pada perjuangan hakiki.
Tidak lain adalah mengubah sistem kapitalisme menuju penerapan sistem Islam di bawah naungan khilafah. Perlawanan atas kezaliman yang bukan sekadar simbolik, tetapi perlawanan yang terarah dan terukur melalui dakwah untuk perubahan sistem, kepada sistem Islam yang menjamin kebaikan bagi manusia dan seluruh alam. []
Oleh: Noor Jannatun Ratnawati, S.Kom.I.
(Aktivis Muslimah)
0 Komentar