Topswara.com -- Kamu pernah mikir enggak, kenapa tiba-tiba bendera bajak laut One Piece jadi viral pas HUT RI ke-80? Kok bisa bendera tengkorak pake topi jerami jadi trending pas hari paling sakral bangsa ini?
Menurut seorang warga Surabaya, Caca yang mengibarkan bendera Jolly Roger dari anime One Piece di kawasan pertokoan Jalan Kejawan Putih Tambak, Mulyorejo, Surabaya, Jawa Timur bahwa pengibaran bendera tersebut sebagai bentuk ekspresi kekecewaan sekaligus kritik.
Ia menegaskan tidak ada niat separatis atau pun anti nasionalis. Buktinya ia masih memasang bendera Merah Putih di atas. Yang dia lakukan adalah bukti bahwa dia masih mencintai, namun kecewa dengan perilaku pejabatnya, kebijakannya, yang pro terhadap kalangan atas, kontra ke bawah kepada rakyat kecil (cnnindonesia.com, 4/8/2025).
Jadi, santai, tenang, ini bukan makar, bukan tanda mau ambil alih kapal perang RI terus jadi Luffy KW. Ini cuma ekspresi rakyat yang udah muak, tetapi kreatif. Muaknya dapet, lucunya dapet, satirnya dapet.
Karena jujur aja, hidup di negeri +62 ini tuh kadang kayak nonton One Piece, seru, penuh plot twist, tetapi lama-lama bikin frustasi karena keadilan kayaknya cuma buat karakter utama (baca: elite). Mirip dengan nasib kita yang katanya sudah merdeka, tetapi kok rasanya masih tertawan?
Secara formal, Indonesia merdeka sejak 1945. Lagu kebangsaan berkumandang, bendera berkibar, dan tiap 17-an kita upacara dengan khidmat. Tetapi setelah 80 tahun merdeka, kenapa rasanya hidup rakyat jelata masih kayak jadi kru bajak laut yang dikejar-kejar angkatan laut Dunia? Harga pangan naik, lapangan kerja seret, korupsi merajalela, pajak di mana-mana. Merdeka sih, tapi merdeka buat siapa?
Rasanya kayak ikut kru Luffy, tapi yang makan daging cuma kapten sama elitenya, sisanya disuruh ngemil tulang. Kemerdekaan ini sering kali cuma jadi hak eksklusif kelompok elit, seperti para pejabat, konglomerat, dan kroni-kroninya. Sementara rakyat cuma jadi cameo yang harus tepuk tangan tiap ada proyek mercusuar.
Kalau di One Piece ada World Government (Pemerintah Dunia) yang korup, di dunia nyata kita punya kapitalisme. Sistem ini yang bikin aturan main hidup kita ditentukan oleh duit. Siapa punya modal, dia berkuasa. Siapa miskin, ya jadi korban. Mirip banget sama Celestial Dragon di One Piece, hidup mewah di atas penderitaan orang lain, dan kalau mereka bersin aja, satu pulau bisa dikorbankan.
Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani sudah lama menjelaskan bahwa kapitalisme itu biangnya penindasan struktural. Dalam bukunya Nizhamul Islam dan Muqaddimah ad-Dustur, beliau mengatakan,
“Masalah mendasar umat manusia bukanlah individu yang korup, tetapi sistem yang rusak. Selama hukum yang diterapkan buatan manusia, pasti akan menguntungkan segelintir orang dan menzalimi kebanyakan orang.”
Nah, itu yang kita rasain sekarang kan? Kebijakan publik bukan lagi buat rakyat, tapi buat sponsor politik. Hutan habis buat sawit, tambang diserahkan ke Asing, rakyat cuma kebagian debu dan banjir. Kapitalisme bikin negeri ini kayak Alabasta sebelum Luffy dateng, penuh konflik, kelaparan, dan rakyat jadi korban.
Bendera One Piece Simbol Kekecewaan
Kenapa bendera bajak laut ini jadi simbol perlawanan? Karena rakyat pengen nyindir, “Halo pejabat, kami enggak anti NKRI, kami cuma muak sama ketidakadilan kalian.”
Kayak Luffy yang lawan Pemerintah Dunia, bukan karena benci dunia, tetapi karena dunia dipimpin orang-orang brengsek.
Bendera itu bukan ajakan perang, tetapi alarm sosial. Kalau sampe rakyat lebih relate sama bendera bajak laut ketimbang bendera resmi negara, berarti ada yang salah banget sama cara negara ngurus rakyatnya.
Bagaimana tidak? Kesenjangan sosial makin lebar. Orang kaya bisa beli pulau, rakyat jelata nabung bertahun-tahun buat DP rumah subsidi aja susah. Pajak dikenakan disegala lini, rakyat diperas habis-habisan, tetapi fasilitas publik ambyar. Kayak di One Piece, Warlord (Shichibukai) dan Celestial Dragon hidup aman nyaman, sementara bajak laut dan rakyat jelata jadi kambing hitam.
Kapitalisme itu pinter banget bikin rakyat sibuk rebutan receh. Kita disuruh bangga sama statistik kemiskinan turun 0,1 persen, padahal harga cabai naik 100 persen. Disuruh senyum liat jalan tol baru, padahal sekolah di desa masih ambruk. Ini bukan merdeka, ini cuma pindah penjajah dari kolonial Belanda ke kolonial modal.
Islam: Plot Twist yang Dibutuhkan Dunia
Di One Piece, kru Topi Jerami selalu berlayar cari “One Piece” harta karun yang katanya bisa bikin dunia berubah. Di dunia nyata, umat Islam juga punya “One Piece” mereka sendiri, yaitu khilafah. Sistem yang diwarisin Nabi Muhammad SAW dan udah terbukti bikin umat Islam pernah jadi super power dunia.
Bedanya, khilafah bukan sekadar harta karun misterius. Ini sistem nyata yang ngurus rakyat, bukan ngurus citra. Rasulullah Saw bersabda, “Imam adalah pengurus rakyat dan ia bertanggung jawab atas mereka” (HR. Bukhari dan Muslim).
Artinya, kalau rakyat lapar, itu dosa negara. Kalau rakyat miskin, itu tanggung jawab negara. Bukan disuruh sabar sambil doa minta hujan.
Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani
dengan tegas mengatakan, Islam harus diterapkan kaffah (menyeluruh) dalam bentuk negara. Enggak cukup cuma ngaji, nggak cukup cuma sedekah, apalagi cuma simbolik kayak pasang quotes islami di bio. Harus ada sistem yang mampu menjamin sandang, pangan, papan rakyat terpenuhi.
Bagaimana caranya? Kekayaan alam dikelola negara, bukan swasta/asing. Sehingga hasilnya bisa dialokasikan untuk pendidikan, kesehatan gratis dan berkualitas. Enggak bakal ada pajak. Kalau toh ada pajak (dharibah) sifatnya hanya darurat, bukan sumber utama APBN.
Dalam khilafah, enggak ada tuh elite yang hidup mewah sementara rakyat kelaparan. Karena negara bener-bener jadi raa’in (pengurus), bukan cuma regulator pasar bebas.
Kebayang enggak kalau Indonesia diurus pake sistem Islam? Tambang nikel di Sulawesi nggak jatuh ke tangan asing, emas freeport gak bakal dikeruk asing dari gunung menjadi lembah, minyak nggak ludes diekspor, sawit nggak cuma buat korporasi. Hasilnya balik ke rakyat, seperti listrik murah, BBM murah, sekolah gratis, layanan kesehatan manusiawi. Enggak ada tuh cerita emak-emak jual ginjal buat bayar rumah sakit.
Sejarah udah membuktikan, zaman Khalifah Umar bin Abdul Aziz, zakat numpuk karena nggak ada lagi orang miskin yang mau nerima. Bandingin sama sekarang, bansos aja rebutan sampai dorong-dorongan.
Jadi, bendera One Piece hanyalah simbol. Tetapi rasa kecewa rakyat itu nyata. Mereka muak lihat ketidakadilan, tetapi belum tau harus kemana. Nah, di sinilah dakwah Islam harus masuk, maka tugas kita untuk kasih arah perjuangan yang bener. Bukan makar, bukan anarki, tetapi perubahan sistemis menuju keadilan hakiki. Karena keadilan itu enggak lahir dari statistik yang dipoles, tetapi dari sistem yang bener, yaitu sistem Islam.
Dan selama kapitalisme masih bercokol, rakyat cuma jadi NPC di negeri sendiri. Satu-satunya jalan keluar? Balik ke sistem buatan Allah Ta'ala, yaitu penerapan sistem Islam secara kaffah. Khilafah bukan mimpi, tetapi kewajiban. Dan itu bukan cuma buat Muslim, tetapi buat seluruh manusia yang pengen hidup dengan suasana keberkahan dan keadilan.
"Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, niscaya Kami akan melimpahkan kepada mereka keberkahan dari langit dan bumi. Tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka disebabkan apa yang telah mereka kerjakan" (QS. Al-A’raf: 96). []
Oleh: Nabila Zidane
(Jurnalis)
0 Komentar