Topswara.com -- "Udah dakwah capek-capek, eh yang diajak malah ngegas."
“Ngasih nasihat dibilang sok suci.”
“Posting kebaikan dibilang riya’.”
Pernah ngerasain yang kayak gitu? Tenang, kamu nggak sendiri. Hampir semua yang serius berdakwah pasti pernah disapa kekecewaan. Tetapi ingat, dakwah itu bukan soal hasil, tetapi soal tanggung jawab. Dakwah itu kewajiban, bukan opsi. Dakwah nggak perlu surat izin dari negara, tapi langsung perintah dari Allah Ta'ala dan Rasul-Nya.
Allah SWT dengan tegas memerintahkan kita untuk menyampaikan kebenaran, “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik…” (QS. An-Nahl: 125).
Ayat ini bukan cuma buat para ustaz, bukan cuma buat yang pakai jubah atau jilbab syar’i, tetapi buat semua manusia baik laki-laki atau perempuan yang ngaku Muslim. Karena Islam itu bukan cuma identitas di KTP saja, tetapi juga amanah dan salah satu amanahnya adalah dakwah.
Kalau enggak diterima, tapi justru dimusuhi bagaimana? Lah, ya sudah risiko kalau dakwah itu enggak selalu disambut pelukan hangat. Kadang malah dilempar batu, disiram cacian, bahkan dikucilkan. Baru sehari dakwah sudah tumbang, enggak kuat katanya. Bagaimana dengan Nabi Nuh a.s.?
Bayangin, beliau berdakwah 950 tahun! Tetapi yang ikut cuma segelintir. Bahkan istrinya sendiri nggak nurut! Kaumnya ngejek, ngatain beliau gila, dan setiap kali beliau dakwah, mereka nutup kuping sambil tutup muka pakai baju (QS. Nuh: 5-7).
Tetapi Nabi Nuh sabar. Beliau enggak berhenti. Karena beliau tahu, tugasnya bukan bikin orang tobat massal, tetapi tetap menyampaikan kebenaran.
Nabi Musa AS harus menghadapi Fir’aun, penguasa sombong yang ngaku sebagai Tuhan, bukan ngadepin pemimpin pengajian yang arogannya masih di level enggak mau ngajak ziarah wali lima, tetapi sudah berbahaya secara fisik. Dikejar-kejar, mau dibunuh.
Tetapi Nabi Musa tetap maju. Beliau hanya berkata, “Sesungguhnya aku takut mereka akan mendustakanku.”
Namun, Allah SWT menjamin, “Jangan takut, Aku bersama kalian berdua, Aku mendengar dan melihat” (QS. Thaha: 46).
Rasulullah SAW pun enggak lepas dari ujian. Dibilang penyihir, pemecah-belah, bahkan dilempari kotoran saat shalat. Di Taif, beliau dilempari batu sampai berdarah. Tetapi beliau tetap sabar, bahkan mendoakan kaumnya agar mendapat hidayah. Kenapa? Karena beliau tahu risikonya, tetapi juga tahu nilai besarnya. Dakwah itu jalan mulia, dan setiap luka di jalan ini akan diganjar surga.
Beliau tetap jalan terus, karena beliau tahu tugasnya hanya menyampaikan Rasulullah bersabda, "Sampaikan dariku walau hanya satu ayat" (HR. Bukhari).
Artinya, meskipun kita cuma tahu satu ayat, satu hadis, asal kita paham, ya kita sampaikan. Enggak usah nunggu jadi ustaz dulu dan jangan takut hasilnya nggak sesuai harapan, karena yang beri hidayah itu bukan kita, hidayah itu urusan Allah.
“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki...” (QS. Al-Qashash: 56).
Kita cuma kurir kebaikan, jadi biasa saja. Kalau berhasil itu karena hidayah Allah, kalau ditolak ya enggak apa-apa. Yang bisa kita lakukan adalah terus menyampaikan dengan cara terbaik, sabar, dan ikhlas. Soal hati orang lain, itu hak prerogatif Allah SWT.
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,
“Kewajiban para rasul hanyalah menyampaikan dan menjelaskan. Adapun hidayah dan taufik itu hanya dari Allah.”
Jadi, jangan sampai kita terlalu fokus pada “hasil” sampai lupa melanjutkan dakwah. Karena justru keberkahan ada dalam proses istiqamah menyampaikan kebenaran, walau terasa berat.
Zaman Sekarang Juga Susah Dakwah
Memang, apalagi sekarang, orang lebih gampang viral karena joget atau drama. Tetapi Islam tetap perlu disuarakan. Masalahnya, selama ini kita berdakwah dalam sistem yang nggak mendukung syiar Islam.
Negara kita sekuler, agama dibatasi cuma di masjid dan di pengajian saja, tapi nggak boleh atur sistem kehidupan. Padahal, Islam itu bukan cuma shalat dan puasa.Islam itu sistem hidup.
Maka, supaya dakwah benar-benar bisa mengubah masyarakat, kita butuh negara yang menjadikan dakwah sebagai misi utama, yaitu Khilafah Islamiah
Dalam sistem Khilafah Islamiah, dakwah bukan cuma tugas individu. Negara punya tanggung jawab langsung menyampaikan Islam ke seluruh penjuru dunia. Dakwah bukan cuma lewat mimbar, tetapi lewat penerapan sistem pendidikan Islam, media Islam, bahkan politik luar negeri Islam.
Negara Islam akan mengirim utusan ke negeri-negeri lain untuk mengenalkan Islam dan menunjukkan keadilan syariat. Lihat bagaimana dulu Umar bin Khattab dan Khalifah Umar bin Abdul Aziz berdakwah lewat kebijakan sehingga rakyat sejahtera, keadilan merata, dan Islam menyebar luas.
Jadi, yuk dakwah jalan terus. Karena, dakwah itu ibarat ngebangun rumah besar. Kita mungkin cuma nyumbang satu batu bata. Tapi batu bata itu berharga. Jangan nunggu sempurna baru bergerak. Jangan nunggu viral baru semangat dan jangan pernah berhenti hanya karena ditolak, toh yang ditolak itu syariat Allah, bukan diri kita secara pribadi.
Terus dakwah, terus belajar, terus mengkaji Islam, terus bergerak bahkan jikalau dirimu saat itu sendirian. Karena tugas kita hanya menyampaikan, hasilnya? Serahkan kepada Allah Ta'ala.[]
Oleh: Nabila Zidane
(Jurnalis)
0 Komentar