Topswara.com -- Dari semua negeri lebih dari tiga juta umat Muslim berkumpul di Masjidil Haram untuk melakukan ibadah haji. Berasal dari berbagai suku bangsa, bahasa serta warna kulit mereka yang berpadu dalam kekhusyukan seta keharuan di hadapan Allah SWT.
Tak ada nampak perbedaan baik ekonomi ataupun status sosial. Seluruhnya justru nampak terbalut kain ihram, mengagungkan Allah, melantunkan talbiyah. Berharap hanya kepada keridhaan Allah SWT.
Ibadah haji sungguh menjadi titik lebur untuk umat Islam. Buktinya adalah tak satu pun agama serta ideologi yang dapat melebur umat muslim dalam sebuah wadah persatuan, kecuali Islam.
Telah berhasil Islam mengikat jutaan manusia dalam sebuah persatuan mulia yaitu ukhuwah Islamiyah sampai belasan abad, selaras dengan firman Allah SWT dalam Surah Al-Hujarat ayat 10, "Sesungguhnya kaum Mukmin itu bersaudara..."
Digambarkan dengan sangat indahnya ukhuwah islamiyah ini dalam sabda Nabi Muhammad SAW, "Perumpamaan kaum Mukmin itu dalam hal saling mengasihi, mencintai dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Jika ada salah satu anggota tubuh yang sakit maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga dan demam (turut merasakan sakitnya)" (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Maka dari itu sungguh miris jika terdapat seorang Muslim tidak berempati, tidak peduli dengan penderitaan dengan saudara Muslim yang lain.
Dirinya bagaimana mungkin tidak merasakan sakit, padahal anggota badannya yang lain sedang terluka sampai bersimbah darah. Sedangkan salah satu tanda keimanan masih terdapat dalam diri seorang hamba, yakni mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri, selaras dengan sabda Nabi Muhammad SAW, "Tidak sempurna kalian hingga ia mencintai untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri" (HR. Muttafaq'alaih).
Walhasil, pantaslah jadi renungan bersama, apakah tepat kaum Muslim sekarang telah seperti satu tubuh dalam ikatan persatuan, maupun persatuan ini sekadar bias belaka.
Karena, sekarang kita melihat lebih dari tiga juta umat Islam dari seluruh pelosok dunia berkumpul di Masjidil Haram melaksanakan ibadah yang sama, memohon keridhaan Tuhan yang sama. Tetapi saat ibadah haji selesai, persatuan umat ini tidak tersisa.
Sangat disayangkan, sekarang kita bisa melihat bahwa persatuan itu sedang terkikis, kaum Muslim tidak seluruhnya peduli serta mau menolong saudaranya yang sedang tertimpa penderitaan. Lihatlah bagaimana penderitaan saudara-saudara kita di berbagai tempat di dunia juga tertuju ke Gaza serta Rafah yang menjadi ajang pembantaian.
Jenazah-jenazah para syuhada bergelimpangan. Tertimbun di bawah reruntuhan bangunan. Tidak sedikit jenazah para syuhada hancur lebur. Betapa sangat menyedihkan.
Mirisnya, ketika umat Islam di pelosok dunia yang lain sedang merayakan Hari Raya Idul Adha, bersama keluarga berkumpul serta menikmati hidangan dari hewan kurban. Di Palestina, petaka kelaparan disebabkan perbuatan Zionis Yahudi sedang membelenggu penduduknya.
Berita terkini, Zionis Yahudi tidak membolehkan hewan kurban masuk ke Palestina, menjadikan ratusan ribu keluarga di Palestina kehilangan kesempatan untuk merayakan Idul Adha serta melakukan ibadah kurban sebagai bagian dari syariah (tempo.co, 16/6/2024).
Sangat menyedihkan, sikap diam para penguasa negeri Muslim dunia. Hatinya tidak bergeming melihat pembantaian yang sedang terjadi di Palestina. Bibirnya tidak takut mengecam serta mengutuk, tapi tangan-tangannya malah bersalaman dengan Zionis Yahudi dengan membuka hubungan ekonomi serta diplomatik.
Saat ini dunia menjadi saksi bagaimana penguasa Mesir yang bukan hanya menolak pada pengungsi Palestina, tetapi serta menolak membuka pintu gerbang perbatasan agar umat Muslim bisa menolong umat Muslim di Palestina.
Hal yang juga menyedihkan, banyak para penguasa negeri Muslim yang malah tidak membolehkan aksi membela Gaza serta menangkapi para pesertanya.
Padahal sesungguhnya Nabi Muhammad SAW sudah mengingatkan bagaimana ancaman teh pemimpin seperti itu, "Siapa saja yang Allah takdirkan untuk menjadi pemimpin yang mengemban urusan orang banyak, lalu dia menutup diri dari orang yang lemah dan yang membutuhkan, Allah pasti akan menutup diri dari pemimpin tersebut pada Hari Kiamat" (HR. Ahmad).
Sesungguhnya dunia sedang menyaksikan muka-muka penuh pencitraan serta pura-pura para penguasa Muslim dunia. Di depan rakyatnya, menggunakan retorika politik penuh kutukan serta kecaman, tetapi tidak mau menggerakkan bala tentaranya untuk membebaskan serta melindungi umat Muslim Gaza, dan melenyapkan Zionis Yahudi.
Justru mereka berharap pertolongan pada PBB. Mereka seperti tidak melihat bahwa badan internasional tersebut ada di bawah ketiak negara-negara Barat, terlebih Amerika Serikat yang menjadi pendukung pertama serta utama Zionis Yahudi.
Pada hakikatnya, terkoyaknya umat Muslim sekarang adalah akibat konsep negara bangsa serta nasionalisme yang menginfeksi benak-benak umat Muslim. Itulah yang berhasil mengoyak persatuan umat Islam serta mengikis habis ukhuwah Islamiyah. Walhasil setiap penguasa negeri Muslim tak peduli dengan kepentingan negeri Muslim lainnya.
Nation-state serta nasionalisme itu sudah menjadi penjara imajiner sehingga menghalangi umat Islam membantu saudaranya di negeri Muslim yang lain. Diri umat terbelenggu sehingga kesulitan untuk melenyapkan penderitaan yang sedang menimpa saudaranya di bagian bumi yang lain. Apalagi seringkali akibat nasionalisme dapat membutakan mata serta nurani umat bahwasanya saudara seakidah itu adalah bersaudara.
Padahal Nabi Muhammad SAW sudah mengingatkan, "Seorang Muslim itu saudara bagi Muslim yang lainnya. Ia tidak boleh menzalimi dan tidak menelantarkan saudaranya" (HR. Muslim).
Telah nyata, bahwasanya nation-state serta nasionalisme adalah alat mencerai-beraikan ikatan kaum Muslim. Oleh sebab itu, penting untuk umat Islam sekarang agar mengembalikan persatuan tersebut, yaitu dengan menyadarkan umat bahwasanya seluruh permasalahan umat baik di Gaza ataupun negeri Muslim yang lain hanyalah dapat diselesaikan apabila kaum Muslim bersatu di bawah satu kepemimpinan Islam.
Di dalam naungan kepemimpinan Islam, pasti seorang khalifah akan menjadi perisai yang sanggup melindungi serta menjaga semua keperluan kaum Muslim, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW, "Sungguh imam adalah perisai; orang-orang berperang di belakang dia dan menjadikan dirinya pelindung" (HR. Muslim).
Khalifah akan menyusun kekuatan militer umat Islam yang mempunyai potensi besar di berbagai negeri Muslim. Khalifah akan menggerakkan kekuatan militer itu untuk berjihad, membebaskan Gaza dari penjajahan Zionis Yahudi serta para anteknya. Dengan cara itu pasti keberadaan Zionis Yahudi bisa dilenyapkan dari atas Bumi Gaza.
Di dalam lindungan kepemimpinan Islam, pasti kaum Muslim akan mampu memimpin dunia sesudah melenyapkan dominasi negara-negara Barat atas dunia serta umat Islam. Dunia ada dalam naungan tatanan kehidupan yang harmonis dalam pangkuan Islam. []
Oleh: Dwi Ariyani
(Aktivis Muslimah di Sedayu, Bantul)
0 Komentar