Topswara.com -- Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan Senin (21/4/2025) malam bahwa dia tidak akan menerima pembentukan kekhalifahan mana pun di pantai Mediterania.
Selain itu, dia juga menjelaskan bahwa respons Israel tidak akan terbatas pada Yaman, tetapi akan meluas ke Lebanon dan wilayah lainnya.
Klaim Netanyahu menolak khilafah ini sejatinya menggambarkan ketakutan mereka. Faktanya, entitas yahudi hanya alat dari kekuatan besar Barat yang kafir. Tanpa dukungan militer, politik, dan finansial dari kekuatan besar tersebut, Israel tidak akan mampu bertahan.
Ditambah lagi ketakutan akan kekuatan umat Islam yang mulai terbentuk kesadarannya dengan menyerukan jihad dan tegaknya khilafah sebagai solusi di tingkat global mulai menyebar.
Ketakutan itu bukan tanpa dasar. Sejarah menjadi saksi bahwa ketika umat Islam bersatu dalam satu entitas politik global, khilafah tidak hanya menjadi penjaga akidah, tapi juga pelindung darah, kehormatan, dan tanah kaum Muslimin. Palestina pernah berada di bawah perlindungan Khilafah Utsmaniyah.
Namun sejak runtuhnya sistem tersebut pada 1924, Palestina menjadi bulan-bulanan kolonialisme dan proyek imperialisme modern bernama zionisme.
Runtuhnya khilafah bukan hanya kehilangan simbol, tetapi lepasnya pelindung riil atas tanah-tanah umat Islam, termasuk Al-Quds yang diberkahi.
Selama hampir satu abad, dunia Islam dijejali solusi-solusi Barat. Mulai dari diplomasi PBB, perjanjian bilateral, hingga normalisasi dengan penjajah. Namun, alih-alih membawa perdamaian, semua itu menjadi jebakan ilusi.
Kapitalisme sekuler yang menjadi pondasi sistem dunia hari ini telah menunjukkan wajah aslinya; rakus, menindas, dan tak berperikemanusiaan. Sistem ini menjadikan kekuasaan sebagai alat transaksi, dan menjadikan isu Palestina sebagai komoditas tawar-menawar politik. Sehingga umat mulai menyadari bahwa solusi yang ditawarkan Barat bukanlah solusi hakiki.
Makin jelas pula bahwa dakwah menyerukan jihad dan khilafah bukan hanya sekedar bicara alias NATO (No Action Talking Only). Sudah seharusnya umat menyambut seruan ini.
Adapun khilafah adalah sistem pemerintahan Islam yang menyatukan umat di bawah satu kepemimpinan global. Ia memiliki otoritas untuk memutuskan perang, menyiapkan pasukan, dan membela umat Islam tanpa terikat kepentingan kapital.
Inilah yang membuatnya begitu ditakuti. Karena ia melampaui batas geografis, menyatukan lebih dari dua miliar Muslim di seluruh dunia dalam satu suara dan satu langkah. Khilafah adalah ajaran Allah dan bisyarah Rasulullah yang pasti akan terwujud.
Namun musuh Allah pasti menghalangi tegaknya khilafah. Begitu juga penguasa Muslim pengkhianat akan mendukung mereka karena kecintaan mereka pada kekuasaan dan dunia.
Maka umat harus menguatkan keyakinannnya dan berjuang untuk menjemput nashrullah. Seruan penegakan khilafah inilah yang harus terus disuarakan sebagai solusi tuntas atas semua persoalan, termasuk persoalan Palestina yang hingga saat ini belum berkesudahan.
Tentu dimulai dari asasnya, yakni dengan mengukuhkan akidah pada diri umat hingga melahirkan ketaatan pada syariat Islam secara kaffah yang tidak mungkin tegak tanpa institusi khilafah.
Hari ini sudah tampak jelas kerusakan yang ditimbulkan oleh sistem kapitalisme sekularisme. Sehingga Kebutuhan akan penegakkan khilafah sudah makin nyata.
Perjuangan ini tidak bisa kita lakukan seorang diri, akan tetapi harus dipimpin oleh jamaah dakwah ideologis yang mengikuti metode Rasulullah. Para pengembannya harus makin menguatkan dakwah kepada umat dan memanfaatkan situasi hari ini untuk membangun kesadaran umat. []
Oleh: Wike Wijayanti
(Aktivis Muslimah)
0 Komentar