Topswara.com -- Menindaklanjuti adanya grup Facebook dengan nama "Fantasi Sedarah", sekretaris Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA), Titi Eko Rahayu menyatakan bahwa keberadaan grup semacam ini jelas bertentangan dengan nilai-nilai moral sekaligus mengancam keselamatan dan masa depan anak-anak Indonesia.
Fantasi seksual yang melibatkan inses bukan hanya tidak pantas, akan tetapi juga dapat merusak persepsi publik terhadap hubungan keluarga yang sehat. (Republika.co.id, 17/05/2025).
Keluarga yang harusnya menjadi tempat bernaung bagi anak-anak menjadi tak lagi aman dan nyaman. Sebagian besar pelaku adalah ayah terhadap anak perempuannya, saudara laki-laki terhadap saudari perempuannya, bahkan anak kepada ibu kandungnya sendiri.
Telah hilang sosok ayah sebagai pemberi contoh, pemangku tanggung jawab sebuah keluarga, dan pahlawan dalam keluarga, yang tersisa adalah sosoknya berubah menjadi penjahat yang menghancurkan masa depan anaknya sendiri. Telah hilang pula sosok ibu yang harusnya menjadi tempat paling nyaman untuk bercerita, hadirnya justru tak dalam porsi yang seharusnya.
Anak-anak kehilangan figur contoh dalam keluarga. Anak-anak kehilangan pendidikan utama dan pertamanya. Jika sudah begini, teramat sulit mengembalikan anak-anak seperti sedia kala. Membasuh lukanya, memulihkan kondisi psikisnya. Disfungsi keluarga sangat fatal dampaknya.
Manusia-manusia ini sudah berjalan terlalu tanpa agama. Kehidupan yang tak tersentuh oleh agama, jauh dari aturan Allah Sang Maha Pencipta. Hidup sekuler tanpa peduli halal dan haram pasti akan amburadul. Rusak dan merusak.
Kehidupan yang jauh dari agama sejatinya hanya menyajikan kenikmatan semu.
Mereka lupa hakikat sesungguhnya penciptaan manusia. Mulai darimana ia berasal, untuk apa ia diciptakan, hingga kemana ia setelah mati. Simpul ini harus benar cara mengurainya. Materi dasar keimanan ini harus tuntas dalam keluarga.
Kehidupan yang sulit, sistem kapitalisme yang saat ini sedang dihadapi adalah penyebab disfungsi keluarga kebanyakan. Peran ayah dan ibu semakin berat. Ayah dengan tuntutan mencari nafkah yang berat karena kebutuhan hidup terus meningkat. Tak adanya jaminan terhadap kehidupan, kesehatan, pendidikan sering membuat Ibu ikut turun tangan.
Disinilah peran utama Ibu sebagai madrasah utama bagi anak-anak sering terabaikan. Pengasuhan diambil alih hingga dilakukan sekedarnya. Pengasuhan bukan hanya memberi makan, rumah dan tempat tinggal. Lebih dari itu, keluarga memiliki fungsi pendidikan non formal yang tak bisa tergantikan.
Allah berfirman "Hai orang-orang yang beriman, pelihara lah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang behan bakarnya adalah manusia dan batu" (QS At-Tahrim [66]: 6).
Keluarga harus menjalankan fungsinya dengan benar agar cita-cita menjadi penghuni surga bersama keluarga dapat terwujud. Bukan sebuah misi yang mudah, sehingga harus dirancang sebaik mungkin dari anak-anak usia balita hingga terbebani hukum syariat (mukalaf). Namun sayangnya cita-cita ini tak dimiliki oleh semua keluarga dewasa ini.
Perlu peran negara dalam upaya membentengi akidah umat. Negara yang mengayomi dan memelihara rakyatnya tentu tak akan membiarkan rakyatnya berjuang sendiri dalam hidup. Ada jaminan kehidupan yang memadai.
Negara memberikan hak-hak rakyat sesuai porsinya, bukan justru membiarkan rakyat pontang-panting hanya untuk kebutuhan perut, belum lagi pajak, dan tekanan hidup lainnya. Akhirnya para ayah dan ibu terpaksa mengabaikan pendidikan dalam keluarga. Negara tak mempedulikan fungsi keluarga yang perlahan luntur bahkan hilang.
Jika aturan Islam dijalankan oleh masyarakat dengan baik maka tak akan ada salah pergaulan hingga kerusakan pergaulan seperti saat ini. Mulai dari tatanan keluarga yang menjalankan fungsinya, lingkungan sekitar yang mendukung, serta negara yang tegas mengatur maka penyimpangan akan berkurang hingga nihil jumlahnya.
"Sesungguhnya telah datang kepada kami keterangan yang nyata dari Tuhanmu, petunjuk, dan rahmat. Maka siapakah yang lebih dzalim daripada orang yang mendustakan ayat-ayat Allah dan berpaling darinya? Kelak kami akan memberi balasan kepada orang-orang uang berpaling dari ayat-ayat Kami dengan siksa yang buruk disebabkan mereka selalu berpaling..." (QS Al-An'am [6]: 57).
Wallahu'alam bishawab.
Hima Dewi, S.Si.,M.Si.
(Aktivis Muslimah)
0 Komentar