Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Islam Tengah atau Islam Kaffah?

Topswara.com -- Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. (QS Al Baqarah : 143).

Ada yang aneh dari orang-orang yang kini meneriakkan Islam tengah yang kata mereka tidak ekstrim. Anehnya adalah ketika mereka mengaku muslim di satu sisi, namun disisi lain menafikan penerapan syariah Islam secara kaffah dan formalisasai syariah oleh negara, bahkan menolaknya dengan terang-terangan. 

Tidak segan mereka memusuhi saudara seagama yang hendak menerapkan Islam kaffah, bahkan rela berpelukan dengan para musuh Islam. Jika konsep Islam tengah punya prinsip seperti ini, tentu hal ini adalah sesat dan menyesatkan.

Islam tengah yang sering mengaku sebagai muslim moderat atau liberal sering merubah tafsir dan fiqih agama sesuai pemahaman moderat. Mereka juga sering membuat metode penafsiran ijtihad yang fleksibel, disesuaikan dengan nilai nilai yang mereka emban. 

Mereka juga tidak jarang berompromi terhadap isme-isme yang ada di dunia, demokrasi, sekulerisme, pluralisme dan kapitalisme. Mereka juga sering berteriak bahwa fiqih adalah aktivitas individu belaka yang tidak butuh penerapan hukum oleh negara, maka mereka menolak formalisasi syariat.

Sesungguhnya pengarusutamaan Islam moderat adalah proyek ghazwul fikir yang memanfaatkan tokoh-tokoh muslim yang dibayar sebagai corong bagi proyek ini. Para corong intelektual dan tokoh adalah kaum sekular, para aktivis Islam liberal dan moderat serta kaum tradisional termasuk di antaranya kaum sufi. 

Untuk menaikkan nilai jual mereka, maka mereka diberi penghargaan nasional maupun internasional bahkan mereka diberi ruang politik, publik dan ketokohan. Ini tentu bukan bermaksud sebuah gereralisasi, namun tentu saja hanya yang memiliki karakter sebagaimana dalam tulisan ini.

Langkah berikutnya adalah pengopinian pemikiran Islam moderat atau Islam tengah melalui media massa. Media yang dipakai di antaranya adalah televisi, radio, koran, media sosial dan lainnya dengan mengangkat tokoh-tokoh sebagai nara sumber sehingga dikenal dan mampu mempengaruhi masyarakat.

Tidak sampai disitu, pengarusutamaan Islam tengah ini juga melalui aspek pendidikan, yakni melalui rumusan kurikulum pendidikan. Masuk dalam kurikulum madrasah dan pesantren untuk tujuan sekularisasi dan moderatisasi (meskipun sekolah ini masih fokus pada pendidikan islam). 

Berbagai universitas Islam juga telah disusupi agen liberal sehingga memakai kurikulum pendidikan berbasis demokrasi dan moderatisasi. Tidak ketinggalan, kekuasaan dengan kebijakannya juga dijadikan alat untuk pengarusutamaan Islam moderat ini.

Ghazwul fikr sama dengan ghalazwul musthalahat, yang maknanya perang istilah. Perubahan istilah itu hanyalah pengulangan sejarah belaka, sementara substansinya sama, yakni kesesatan berpikir. Penggunaan istilah ini sebenarnya adalah lagu lama. 

Sebelumnya ada istilah Islam liberal, islam multikultural, Islam inklusif dan terakhir islam indonesia yang kemudian diterjemahkan lagi dengan islam nusantara supaya lebih diterima. Islam tengah setali mata uang. 

Kesemua istilah itu hanyalah upaya untuk mengelabuhi dan menipu umat Islam. Dengan perkataan yang terdengar indah namun esensinya adalah kesesatan. Sejak dahulu orang-orang kafir selalu menggunakan istilah indah untuk menipu.

Selain menggunakan kekuasaan sebagai corong, gazwul fikr perusak akidah umat Islam ini juga memanfaatkan pusat penelitian dan studinya tentang Islam sebagai sumber informasi utama bagi para pengambil keputusan dan kebijakan. 

Banyak lembaga studi atau lembaga penelitian sosial yang mendapatkan dana proyek pengrusakan Islam ini. Mereka sesungguhnya telah berkhianat kepada Islam, mereka menjual agama dengan harga sedikit. Penampakan mereka adalah kaum intelektual yang cerdas dengan deretan gelar yang ada di belakang namanya, namun sesungguhnya mereka telah terpapar logical fallacy.

Dengan dalil HAM, pengarusutamaan moderasi ini juga mengkampanyekan kesetaraan gender dan menyerang hukum-hukum Islam terkait relasi laki-laki dan perempuan. Ini adalah komponen kritis dari beberapa proyek untuk memberdayakan muslim moderat. 

Programnya, diantaranya adalah mereintepretasikan ajaran Al-Qur’an sehingga sesuai dengan keadilan dan kesetaraan gender. Misal mereintrepretasikan Al-Qur’an agar bisa menghapus poligami.

Banyak lembaga studi gender yang telibat. Lembaga lembaga ini selanjutnya terjun ke masyarakat menjajakan pemikiran gender mereka dengan tujuan membentuk masyarakat yang liberalis dan pluralis. 

Propaganda Islam moderat juga didukung oleh terbitnya beberapa buku yang ditulis oleh kaum liberal. Kaum feminis juga terus berupaya merevisi UU Pernikahan melalui Counter Legal Draft Kompilasi Hukum Islam (CLD-KHI) yang dimotori oleh gerombolan perempuan liberal yang bertujuan hendak menghapus syariat Islam dalam UU Pernikahan.

Paham Islam tengah itu sama dengan Islam moderat, ya cuma itu-itu saja. Islam moderat atau Islam tengah itu maksudnya Islam setengah-setengah yang wataknya kompromistis dengan nilai-nilai Barat seperti demokrasi sekuler. 

Islam tengah dan moderat menolak keras penerapan syariat Islam kaffah dalam bingkai daulah. Padahal Islam itu harus kaffah, tidak boleh setengah-setengah. Firman Allah : Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu (QS Al Baqarah : 208).

Untuk menyempurnakan propaganda sesatnya, pengasong Islam moderat selalu melakukan stigmatisasi terhadap ide syariah dan khilafah dengan mengidentikkan sebagai sumber anarkisme dan berperan menyulut konflik horisontal. 

Mereka berkoar tanpa paham tentang bahaya ideologi transnasional yang ditujukan kepada Islam dan syariahnya. Padahal mereka sendiri sedang memuja ideologi rusak transnasional yakni demokrasi, kapitalisme, sekulerisme. 

Tanpa sadar, merekalah yang telah membudak kepada ideologi sesat transnasional sekulerisme. Tidak tanggung-tanggung, banyak lembaga yang mendapat kucuran dana transnasional untuk proyek destruktif ini.

Tuduhan kaum moderat atas Islam radikal hanyalah pengulangan sejarah semata. Padahal pada hakikatnya, kaum moderat yang makan dari kaum kafir telah terjebak pada politik adu domba sesama muslim. 

Namun, mereka tidak juga mau sadar, sudah terlalu kenyang makan haram. Meski sepanjang sejarah, kesempurnaan Islam selalu mendapat tuduhan keji karena kebencian dan dendam sejarah. 

Bahkan Barat yang tidak suka dengan Islam menginginkan keterpecahan kaum muslimin dengan strategi adu domba. Barat menginginkan polarisasi muslim dengan memberikan label dan kampling-kapling Islam sehingga menimbulkan berbagai friksi intelektual hingga fisik sesama muslim yang cenderung destruktif. Akibatnya kini kaum muslim mengalami perpecahan dan bahkan hingga permusuhan.

Konstruksi epistemologi Barat didasarkan oleh aliran pemikiran sekuleristik, liberalistik, pluralistik, skeptisistik, ateisitik, permisifistik, relatifistik dengan tujuan dekonstruksi epistemologi Islam. Istilah Islam radikal adalah bagian dari ghozwul fikr yang bermuara kepada imperialisme epistemologi. Hasilnya umat Islam menjadi ragu kepada agamanya sendiri karena telah terjadi sinkretisme, pelarutan dan pembaratan ajaran Islam

Secara historis, serangan epistemologi Barat terhadap Islam memiliki tujuan utama untuk melumpuhkan ajaran Islam dan memecah belah kaum muslimin di seluruh dunia, melalui gerakan misionarisme dan orientalisme. 

Gerakan misionaris dan orientalisme berperan besar dalam pola dekonstruksi ajaran Islam melalui apa yang disebut sebagai metode ilmiah. Metode ilmiah inilah pula yang telah menipu dan menyeret kaum intelektual muslim hingga mereka merasa bangga dengan pendekatan baru studi Islam kontemporer ini. Inilah cikal bakal lahirnya kaum liberal di dunia Islam.

Tokoh utama pengusung hermeneutika di dunia Islam adalah Nasr Hamid Abu Zayd (Mesir) yang telah divonis murtad oleh Mahkamah Agung Mesir 1996, juga Arkoun dari Afrika Utara yang kini di Eropa, serta Fazlur Rahman yang harus hengkang dari Pakistan ke Chicago Amerika. Kini para penerus mereka bertebaran di Indonesia dan bermarkas di berbagai perguruan tinggi Islam.

Setidaknya ada empat karakteristik dan tujuan Barat melancarkan imperialisme epistemologi sebagai propaganda Barat menyerang Islam, pertama, Harakah At Tasykik yakni menumbuhkan keraguan (skeptis) pada umat Islam akan kebenaran Islam. 

Diantara keraguan yang mereka lancarkan adalah gugatan tentang otentitas Al Qur’an, Islam sebagai Mohammadanisme, keraguan atas kerasulan Muhammad. Dampak dari at tasykik adalah tumbuhnya sikap netralitas dan relativitas terhadap ajaran Islam. Jika masih ada seorang muslim yang secara fanatik memahami Islam maka mereka kemudian dicap sebagai fundamentalis, radikalis, islamist dan teroris.

Kedua, Harakah At Tasywih, yaitu menghilangkan rasa kebanggaan terhadap ajaran Islam dengan cara memberikan stigma buruk terhadap Islam. Mereka dengan gencar mencitrakan Islam secara keji melalui media-media. Islam dipresentasikan sebagai agama yang antagonistik terhadap ide-ide kebebasan, HAM, demokrasi, pluralisme dan nilai-nilai Barat lainnya. Dampak dari tasywih ini adalah menggejalanya inferiority complex (rendah diri) pada diri umat Islam, islamopobhia, pemujaan kepada Barat.

Ketiga, Harakah At Tadzwib, yakni gerakan pelarutan (akulturasi) peradaban dan pemikiran. Dampaknya adalah terjebaknya umat Islam dalam pemikiran pluralisme agama. Pluralisme jelas bertentangan dengan Islam. Sebab pluralisme menurut WC Smith bermakna transendent unity of religion (wihdat al adyan), dan global teologi menurut John Hick.

Keempat, Hakarah At Taghrib yakni gerakan westernisasi segala aspek kehidupan kaum muslimin. Paradigma Barat dijadikan sebagai kiblat kaum muslimin dengan meninggalkan tsaqafah Islam. Melalui berbagai bidang seperti fun, fashion, film, dan food, Barat terus mempropagandakan ideologinya.

Wahai kaum muslimin, ingatlah bahwa kedengkian kaum kafir akan terus berlangsung hingga kiamat datang. Sebagaimana dahulu, mereka kini juga menggunakan kaum munafik pemuja dunia untuk menjadi corong-corongnya. Tetaplah cerdas dan waspada, jangan sampai terjebak kepada kedunguan mereka. Tetaplah berpegang teguh kepada Islam yang sesungguhnya, yakni Islam kaffah yang sempurna, tanpa embel-embel.

(KotaHujan,04/02/22 : 14.20 WIB)


Oleh : Dr. Ahmad Sastra
Dosen Filsafat 
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar