Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Hukum Diperjual Belikan dalam Sistem Demokrasi

Topswara.com -- Saat ini, dunia dipenuhi oleh sistem pemerintahan yang melahirkan beragam kerusakan dan tidak jelas arah pandangnya. Prof. YIM mengemukakan pandangan lewat postingannya yang menarik. "Dalam sistem yang kuat dan baik, orang jahat akan dipaksa menjadi orang baik; sebaliknya, dalam sistem yang buruk, orang baik terpaksa menjadi orang jahat..." (linkedin.com 3/4/2023).

Sistem demokrasi, meniscayakan hukum dibuat oleh manusia. Halal haram, tidak jadi standar penilaian. Semuanya dilihat dari segi manfaat. Inilah sebabnya demokrasi disebut sistem yang cacat.

Konsekuensinya, hukum akan berubah-ubah sesuai kepentingan para pembuatnya. Jika ada keuntungan akan dilakukan, tetapi kalau menyebabkan kerugian akan ditinggalkan. Inilah asas manfaat yang menjadi pandangan orang kapitalis. Namun sayang mereka menolak untuk mengakuinya.

Maka, tidak heran apabila yang benar menjadi salah dan perkara salah menjadi benar. Hukum dapat diperjualbelikan, atas dasar pertimbangan untung dan rugi. Curang dan licik menjadi strategi untuk mempertahankan kekuasaan.

Seperti isu yang sedang berkembang saat ini tentang dugaan adanya kecurangan dalam Pemilu 2024. Yang tejadi di Indonesia.

Dugaan kecurangan tersebut mencuat akibat temuan bahwa surat suara untuk Presiden dan Wakil Presiden sudah dilubangi sebelum pemilih melakukan pencoblosan. Lubang tersebut tampaknya telah mengarah pada pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden nomor urut 2, Prabowo Subianto Gibran. Kejadian ini sebenarnya bukan perkara yang baru, hampir di setiap pemilu terjadi hal yang sama.

Padahal menjadi seorang pemimpin itu berat, sangat besar amanah yang dibebankan atas pundaknya. Dalam Islam kepemimpinan adalah amanah yang akan dipertanggungjawabkan oleh Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda ”Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas apa yang di pimpin” (HR Al-Bukhari). 

Menilik apa yang sedang terjadi hari ini, rasanya persis seperti apa yang disabdakan baginda Rasulullah SAW 14 abad yang lalu. Kala itu beliau bersabda, “Akan datang pada manusia tahun-tahun yang penuh tipudaya. Pada tahun-tahun itu pendusta dibenarkan, orang jujur didustakan, pengkhianat dipercaya, orang terpercaya dianggap pengkhianat. Pada masa itu yang banyak berbicara adalah ruwaybidhah,“. 
.
Lalu ada yang bertanya, “Apa itu ruwaybidhah?” Rasul menjawab, “Yaitu orang dungu yang berbicara tentang urusan orang banyak“. Hadits shahih ini diriwayatkan oleh Ibu Majah, Rahiimahullaahu Ta’ala..
"Rauwaybidhah", nama yang Rasul sematkan untuk menggambarkan prototipe kepemimpinan seperti itu. Dicirikan oleh beliau sebagai kepemimpinan politik yang didominasi dan disetir oleh orang-orang dungu.

Semuanya demi uang. Moralitas diabaikan, agama dibuang dari praktik kehidupan. Ternyata, ada aktor di balik kejahatan yang makin meningkat dalam sistem sekarang.

Siapakah aktornya? Ialah para penguasa dan pejabat jahat. “Prestasi” buruk para pejabat dalam sistem demokrasi selain banyak memproduksi UU yang tidak mampu menyolusi permasalahan rakyat dan negara, juga tidak mampu menciptakan lingkungan aman bagi tempat tinggal manusia. 

Kejahatan terus meningkat tajam karena terlalu banyak kasus yang harus diselesaikan hingga berakhir berupa tumpukan berkas di meja pengadilan.

Bagaimana Islam memandang itu semua:
Teori politik Islam menyebutkan tiga ciri dasar demokrasi Islam: pemimpin harus dipilih oleh rakyat, tunduk pada syariah, dan berkomitmen untuk mempraktekkan "syura", sebuah bentuk konsultasi khusus yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW yang dapat ditemukan dalam berbagai hadis dengan komunitas mereka.

Demokrasi yang sesuai dengan Islam mengandung ide dan lembaga demokratis yang dilandaskan pada prinsip atau nilai sebagai berikut, kekuasaan tertinggi dan mutlak adalah milik Allah swt Syura menjadi dasar prinsip kedaulatan Allah SWT dan supremasi syari'ah.

Untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh umat (hasil adil dan beradab) diperlukan suatu sistem yang mendukung secara menyeluruh yaitu tiada lain hanya ada di sistem Islam yang telah mengatur sedemikian rupa sehingga kecurang atau kejahatan pemilu yang tidak beradab, tidak akan pernah ada/tidak akan muncul karena disistim Islam keadilan ada ditangan Allah hukum ada ditangan Allah.

Wallahu' alam bishshawwab.


Oleh: Elin Rosidah
Aktivis Dakwah 
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar