Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Ciri-Ciri Ikhlas dan Kesalehan


Topswara.com -- Ada beberapa ciri-ciri yang dapat menandakan keberadaan ikhlas dalam suatu perbuatan atau niat seseorang:

1. Niat yang Tulus: Orang yang ikhlas melakukan sesuatu dengan niat yang murni, yaitu semata-mata untuk memperoleh ridha Allah SWT. Mereka tidak dilandasi oleh motif-motif dunia seperti popularitas, kekayaan, atau pujian manusia.

2. Konsistensi dalam Amal: Orang yang ikhlas akan tetap konsisten dalam perbuatan baik mereka, bahkan ketika tidak ada pujian atau penghargaan yang diperoleh dari manusia. Mereka melanjutkan amal baik mereka karena mereka menyadari bahwa Allah selalu menyaksikan dan menghargai niat mereka.

3. Kehadiran Kesadaran Spiritual: Orang yang ikhlas memiliki kesadaran spiritual yang tinggi. Mereka menyadari bahwa Allah hadir dan mengawasi setiap tindakan dan pikiran mereka, sehingga mereka berusaha untuk menjaga niat dan perilaku mereka sesuai dengan kehendak-Nya.

4. Ketidak-bergantungan pada Pujian Manusia: Orang yang ikhlas tidak tergantung pada pujian atau pengakuan dari manusia untuk merasa puas dengan perbuatan mereka. Mereka mengerti bahwa pujian manusia hanyalah sementara dan tidak berarti jika tidak didasarkan pada keridhaan Allah.

5. Keterbukaan dan Kehumblan: Orang yang ikhlas bersikap terbuka dan rendah hati terhadap kebenaran. Mereka menerima kritik dan saran dengan lapang dada, karena mereka menyadari bahwa mereka tidak sempurna dan selalu berusaha untuk memperbaiki diri demi mendekatkan diri kepada Allah.

6. Ketidak-ekspektasian Imbalan Dunia: Orang yang ikhlas tidak mengharapkan imbalan dunia atas perbuatan baik mereka. Mereka memahami bahwa ganjaran sejati terletak di akhirat, dan mereka bersedia mengorbankan kesenangan dunia demi kebahagiaan abadi di akhirat.

Ciri-ciri ini membentuk landasan perilaku dan karakter orang yang memiliki ikhlas dalam setiap aspek kehidupan mereka, baik dalam ibadah, hubungan sosial, maupun aktivitas sehari-hari.
Orang yang Ikhlas adalah orang yang menyembunyikan amal kebaikannya sebagaimana ia menutupi amal keburukannya.

Benar, pernyataan tersebut mencerminkan salah satu ciri dari orang yang benar-benar ikhlas. Orang yang ikhlas cenderung tidak memamerkan atau menyombongkan amal kebaikan yang mereka lakukan kepada orang lain. Mereka tidak mencari pujian atau pengakuan dari manusia atas perbuatan baik yang mereka lakukan. 

Sebagaimana mereka menutupi atau menyembunyikan keburukan mereka, demikian pula mereka menjaga kerahasiaan amal kebaikan mereka.

Tindakan menyembunyikan amal kebaikan tersebut juga mencerminkan tingkat kedalaman keikhlasan hati seseorang. Mereka tidak ingin menjadikan amal kebaikan sebagai alat untuk mendapatkan pujian atau imbalan dunia, melainkan semata-mata sebagai bentuk ibadah kepada Allah SWT. 

Dengan menyembunyikan amal kebaikan, mereka memastikan bahwa niat mereka dalam berbuat baik tetap murni dan tidak terpengaruh oleh motif-motif duniawi.

Tanda Orang Riya Menurut Imam Ali bin Abi Thalib

Imam Ali bin Abi Thalib, yang dikenal sebagai Khalifah keempat dalam tradisi Islam, memberikan banyak ajaran dan nasihat tentang keikhlasan dan menghindari riya' (pamer). Berikut adalah beberapa tanda yang disebutkan oleh Imam Ali bin Abi Thalib yang dapat menunjukkan perilaku riya':

1. Mencari Pujian: Orang yang melakukan riya' cenderung mencari pujian dan pengakuan dari manusia atas perbuatan baik yang mereka lakukan, bukan semata-mata karena keridhaan Allah.

2. Menyembunyikan Keburukan: Mereka menutupi atau menyembunyikan keburukan dan dosa-dosa mereka dari pandangan manusia, tetapi mereka menampakkan amal kebaikan mereka agar dipuji.

3. Perilaku Berlebihan: Orang yang melakukan riya' cenderung berlebihan dalam menunjukkan amal kebaikan mereka kepada orang lain, dengan tujuan untuk mendapatkan pengakuan atau pujian.

4. Perubahan Perilaku: Mereka mungkin menunjukkan perilaku atau amal baik hanya di depan orang lain, sementara dalam kehidupan pribadi mereka tidak memperhatikan praktik kebaikan tersebut.

5. Ketidak-Konsistensian: Tindakan atau perilaku baik mereka tidak konsisten, tergantung pada siapa yang mereka hadapi. Mereka mungkin berubah-ubah dalam perilaku mereka tergantung pada siapa yang mereka ingin imbangi.

6. Perasaan Bangga: Orang yang melakukan riya' mungkin merasa bangga dengan amal kebaikan yang mereka lakukan dan mungkin merasa lebih baik dari orang lain karena itu.

Ini adalah beberapa tanda yang disebutkan oleh Imam Ali bin Abi Thalib yang dapat menunjukkan perilaku riya'. Menurut ajaran Islam, perilaku riya' sangat tidak diinginkan karena dapat menghancurkan keikhlasan dalam ibadah dan menghalangi seseorang dari mendapatkan keridhaan Allah SWT. Sebaliknya, Islam menekankan pentingnya berbuat baik semata-mata karena Allah, tanpa mengharapkan imbalan atau pengakuan dari manusia.

Ciri-Ciri Orang yang Saleh

Orang yang sholeh atau saleh adalah individu yang memiliki karakter dan perilaku yang sesuai dengan ajaran agama dan nilai-nilai moral yang tinggi. Berikut adalah beberapa ciri-ciri orang yang sholeh:

1. Ketaatan kepada Allah: Mereka menjalankan ibadah kepada Allah SWT dengan sungguh-sungguh dan konsisten, termasuk shalat, puasa, sedekah, dan ibadah lainnya.

2. Karakter Mulia: Mereka memiliki karakter yang baik, seperti jujur, adil, sabar, bersikap baik kepada orang lain, dan mengendalikan amarah serta hawa nafsu.

3. Ketulusan Niat: Segala perbuatan baik yang mereka lakukan dilandasi oleh niat yang tulus, yaitu semata-mata untuk mendapatkan keridhaan Allah SWT, bukan untuk mencari pujian atau imbalan dunia.

4. Kesederhanaan: Mereka hidup dengan sederhana dan tidak terlalu terikat pada harta dunia. Mereka menggunakan kekayaan mereka untuk kebaikan diri sendiri, keluarga, dan membantu orang lain yang membutuhkan.

5. Kebijaksanaan dalam Berbicara dan Bertindak: Mereka bijaksana dalam berbicara dan bertindak, tidak menyakiti perasaan orang lain, dan selalu mencari cara terbaik untuk menyelesaikan masalah dengan damai.

6. Kepedulian Sosial: Mereka peduli terhadap kondisi sosial dan membantu orang-orang yang kurang beruntung. Mereka terlibat dalam amal sosial, seperti membantu yatim piatu, kaum dhuafa, dan mengunjungi orang sakit.

7. Kesetiaan dan Kehormatan: Mereka setia kepada nilai-nilai kebenaran dan kehormatan, tidak tergoda untuk melakukan tindakan yang bertentangan dengan prinsip-prinsip agama dan moralitas.

8. Kesadaran Akan Akhirat: Mereka selalu menyadari bahwa kehidupan di dunia ini hanya sementara, dan mereka berusaha untuk mempersiapkan diri dengan baik untuk kehidupan akhirat dengan amal perbuatan yang baik.

9. Toleransi dan Kasih Sayang: Mereka menghormati perbedaan dan bersikap toleran terhadap orang lain, serta selalu menyebarkan kasih sayang dan kebaikan kepada sesama manusia.

10. Kepemimpinan Moral: Mereka menjadi teladan bagi orang lain dalam menjalankan ajaran agama dan nilai-nilai moral, serta aktif dalam memperjuangkan kebaikan dan menolak kejahatan.

Ini adalah beberapa ciri-ciri orang yang sholeh, yang menunjukkan bahwa mereka hidup dengan penuh kesadaran akan tanggung jawab mereka sebagai hamba Allah dan anggota masyarakat yang baik.

Allah SWT berfirman:
 
مَنۡ عَمِلَ صَٰلِحٗا مِّن ذَكَرٍ أَوۡ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤۡمِنٞ فَلَنُحۡيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةٗ طَيِّبَةٗۖ وَلَنَجۡزِيَنَّهُمۡ أَجۡرَهُم بِأَحۡسَنِ مَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ  

“Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl (16): 97)

Kemudian Allah swt dalam ayat ini berjanji bahwa Allah swt benar-benar akan memberikan kehidupan yang bahagia dan sejahtera di dunia kepada hamba-Nya, baik laki-laki maupun perempuan, yang mengerjakan amal saleh yaitu segala amal yang sesuai petunjuk Al-Qur'an dan sunnah Rasul, sedang hati mereka penuh dengan keimanan.

Rasulullah bersabda: Dari 'Abdullah bin 'Umar bahwa Rasulullah saw bersabda, "Sungguh beruntung orang yang masuk Islam, diberi rezeki yang cukup dan menerima dengan senang hati atas pemberian Allah. (Riwayat Ahmad)

Kehidupan bahagia dan sejahtera di dunia ini adalah suatu kehidupan di mana jiwa manusia memperoleh ketenangan dan kedamaian karena merasakan kelezatan iman dan kenikmatan keyakinan. Jiwanya penuh dengan kerinduan akan janji Allah, tetapi rela dan ikhlas menerima takdir. Jiwanya bebas dari perbudakan benda-benda duniawi, dan hanya tertuju kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta mendapatkan limpahan cahaya dari-Nya.

Jiwanya selalu merasa puas terhadap segala yang diperuntukkan baginya, karena ia mengetahui bahwa rezeki yang diterimanya itu adalah hasil dari ketentuan Allah swt. Adapun di akhirat dia akan memperoleh balasan pahala yang besar dan paling baik dari Allah karena kebijaksanaan dan amal saleh yang telah diperbuatnya serta iman yang bersih yang mengisi jiwanya.

Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual. Ramadhan Maghfirah 1445 H. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar